58 - Jalang kecil

17.1K 911 68
                                    

Kimora melempar benda pipih yang menunjukkan dua garis merah di tangannya dengan tubuh gemetar.

"Tidak, tidak, tidak." Kepalanya menggeleng frustrasi. Kimora ingat ia benar-benar mengkonsumsi pil kontrasepsi darurat. Tidak mungkin ia hamil atau jangan-jangan ia yang salah minum obat.

Kimora berbalik keluar dari toilet dengan langkah memburu. Ia berlarian ke kamarnya dan mengambil obat yang ia duga salah. Setelah membaca nama obat tersebut, Kimora segera bergegas mencari tahu informasi obat tersebut hingga dapat.

"Sial!" Erang Kimora frustrasi saat membaca informasi yang ada di ponselnya.

Sementara dari luar Anna berteriak histeris masuk ke dalam kamar. "Kim, Kim, aku menemukan ini, ini bukan milikmu bukan?!" Teriak Anna heboh meski sudah berada beberapa langkah di belakang Kimora.

Melihat Kimora yang tampak diam sambil memandang obat yang dulu ia belikan membuat Anna menutup mulut dengan perasaan bersalah. Firasatnya mendadak tidak enak. "Kim, kau tidak hamil bukan. Ini pasti salah iya kan?" Anna Buru-buru meletakkan benda pipih itu di atas nakas dan bergerak mundur.

"Kim, apa aku melakukan kesalahan?" Tanya Anna ragu. Mendadak ia merasa bersalah.

Kimora memejamkan matanya dan memijat kepalanya sendiri dengan pijatan kecil. "Tidak, kau tidak salah. Aku yang salah." Desis Kimora.

Ya, ini adalah kesalahannya. Kesalahannya yang tidak membaca aturan pemakaian pil kontrasepsi tersebut. Kesalahannya juga yang tidak menjelaskan kepada Anna pil jenis apa yang seharusnya di beli gadis itu.

Anna sendiri tertegun di tempatnya. "Aku pasti melakukan kesalahan."

Kimora menoleh, wajah Anna terlihat memelas. Ia menghela nafasnya yang terasa berat. Benar, kesalahannya kenapa ia menyuruh gadis polos itu untuk membeli hal-hal yang tabu untuk gadis perawan seperti Anna.

"Kim, kau sungguh hamil?" Ringis Anna untuk yang kesekian kalinya.

Saat melihat Kimora yang beranjak dari sana, mata Anna mendadak menatap horor pada Kimora. Terakhir kali Kimora tahu ia hamil, gadis itu dengan mudah menggugurkan kandungannya. Apa kali ini Kimora akan melakukan kesalahan yang sama lagi.

"Kim, kali ini bisakah aku memintamu untuk tidak melakukan hal bodoh lagi?" Pinta Anna yang sudah menahan pergelangan tangan Kimora.

Untuk yang kesekian kalinya Kimora menghela nafasnya, gadis pucat itu tampak lelah. "Kali ini aku mungkin melakukan hal yang jauh lebih bodoh, Anna."

"Kim.."

"Anna, ini hidupku. Biar aku yang putuskan sendiri." Potong Kimora telak.

Kali ini Anna tidak memiliki kekuatan untuk menahan Kimora lagi. Langkah Kimora terdengar menjauh. Ia tidak ingin Kimora jatuh ke lubang yang sama seperti dulu, ia tahu hal itu hanya akan menyakiti Kimora sendiri, tapi Anna juga tidak memiliki kuasa atas hidup Kimora.

-o-

"Amora, bawakan kopi untukku."

Amora yang mendengar suara itu dari interkom mendadak semangat. Gadis muda itu buru-buru menutup laptopnya dan membereskan berkas di mejanya sebelum bangkit menuju pantry untuk membuatkan kopi untuk pria pujaannya.

Lucu bukan. Meski sudah bertahun-tahun, perasaan suka itu masih ada hingga saat ini. Tidak pernah sekalipun Amora berhenti memuja seorang Giovano Xergio.

Sambil berjalan Amora memperhatikan penampilannya dari bawah hingga atas. Heels merah dikakinya terlihat pas dan semakin menunjukkan betisnya yang mulus dan kakinya yang panjang. Rok pensil merah yang membalut bokongnya juga memberikan penegasan pada bentuk tubuhnya yang ia yakini tidak kalah bagus dengan bentuk tubuh Kimora, mantan kakak kelasnya dulu.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now