47 - Burn

15K 1K 72
                                    

Pada saat Gio turun ia sudah mendapati Aslan menatapnya sinis dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.

"Kau tidak berpikir semua ini kebetulan, bukan?"

Mata Elang Gio melirik Aslan dengan tatapan permusuhan. Ia tahu Aslan adalah dalang dibalik pertemuannya dan Kimora.

Gio sengaja tidak membalas dan malah bergerak menjauhi Aslan. Aslan tidak jauh berbeda dari dirinya. Pria tua itu sama liciknya meski tidak terlalu kentara seperti dirinya. Lihat bagaimana pria tua itu berhasil mengikat Kimora bertahun-tahun disampingnya.

"Awalnya aku hanya ingin melihat reaksimu. Tapi yang ku dapat lebih dari yang diharapkan. Pengaruh Kimora masih sama besarnya seperti dulu di hidupmu. Kau sadar bukan?"

Rahang Gio mengeras. Berusaha tidak terpancing tapi Aslan seperti tidak membiarkannya lepas.

"Kau masih menginginkan gadis itu."

"Omong kosong!" Desis Gio terbawa emosi.

"Apa yang ku inginkan adalah bagaimana melihatnya mati ditanganku."

Sebelah alis Aslan terangkat. Semua ucapan Gio terasa seperti gurauan belaka.

"Tapi kau kembali menyimpannya. Memaksanya tetap di sisimu dengan cara kotor sama seperti dulu." Aslan maju mendekati Gio.

"Kau jelas tahu Kimora sering keluar masuk di rumah ini. Kau tidak sebodoh itu. Tapi kau hanya mencoba menghindarinya. Berpura-pura tidak perduli dan tidak mau tahu. Tapi lihat hanya karena melihatnya di depan matamu, pertahananmu hancur."

Genggaman tangan Gio mengerat dan Aslan melihat itu sebagai bentuk respon putranya atas setiap pernyataan darinya.

"Kalau memang gadis itu bukan apa-apa, kau jelas tidak akan menyimpannya untuk dirimu sendiri seperti ini."

Gio menoleh, tatapan keduanya beradu. Aslan yang menatapnya dengan seringai mengejek dan Gio yang memancarkan aura membunuh.

"Aku akan membuktikannya. Tapi tidak dengan melepaskannya."

Dahi Aslan sedikit berkerut. Sedikit tertantang untuk melihat apa lagi yang akan putranya itu lakukan demi mengelak perasaannya sendiri.

"Aku pastikan kau akan melihat jasadnya sebentar lagi."

Kali ini bukan hanya Gio yang terbawa Emosi. Aslan juga merasakan udara sekitarnya terasa berat. Wajahnya mendadak dingin seketika.

Bukan ini yang ia inginkan. Ia ingin mereka kembali bersama karena ia sangat tahu bahwa keduanya sangat amat cocok. Tapi mengingat masa lalu yang terlanjur menjadi pisau penghancur hubungan keduanya membuat Aslan berpikir keras. Ia pikir dengan usia dewasa keduanya membuat dua orang keras kepala itu sedikit melunturkan ego dan kekeras kepalaan keduanya. Mungkin saja keduanya bisa memulai dari awal dengan hubungan yang lebih wajar.

Tapi ia sepertinya hanya membuat semuanya menjadi kacau.

"Seharusnya aku menikahi ibu Kimora sejak bertahun-tahun yang lalu tanpa memikirkanmu!" Kesal Aslan beranjak pergi dari sana dengan penuh emosi. Meninggalkan Gio yang masih berdiri disana.

-o-

Hari kedua Kimora dikurung di kamar miliknya dulu. Terhitung sejak semalam, Kimora benar-benar belum mengisi perutnya dengan makanan. Tubuhnya sudah lemas dan kepalanya pusing akibat kekurangan nutrisi. Tapi apa yang bisa ia lakukan. Untuk keluar dari sana saja ia tidak bisa.

Tubuhnya mulai risih karena menggunakan pakaian yang sama dengan kemarin.

Sebenarnya apa maksud Gio mengurungnya. Untuk membuatnya mati perlahan?

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now