41 - Run

15.3K 991 36
                                    

Double Up! 😉

-o-

Nafas Kimora memburu. Matanya menatap jeli setiap tempat, setiap sudut. Bau antiseptik dimana-mana, sinar lampu dan lorong rumah sakit yang serba putih ini membuat Kimora mulai menyumpahi jalan hidupnya.

Dari mulai berandai-andai kini Kimora mulai mengumpati takdirnya.

Memang benar jika ia tidak memiliki perasaan pada Gio dan jika ia tidak mendekati laki-laki itu ia tidak akan sehancur ini. Tapi jika ia bisa memutar waktu apa itu artinya ia akan kembali di masa saat ia menjadi boneka ayahnya.

Jika Kimora tidak mencoba kabur dari ayahnya hidup keluarganya tidak akan hancur tapi Kimora bisa pastikan hidupnya pasti akan tetap hancur.

Seandainya ia mau mendengarkan penjelasan Axel dan pria itu tidak mengalami kecelakaan apa hidup Kimora akan baik-baik saja?

Kimora ragu akan hal itu hari ini.

Bagaimana bisa ia menggantungkan hidupnya pada Axel yang jelas-jelas memilih mempertahankan ego dan dendamnya meski ia tahu itu akan menyakiti Kimora.

"Kim.."

Kimora merasa panggilan itu berdengung di telinganya. Matanya menangkap dokter muda yang akan melakukan aborsi padanya. Dokter itu melambaikan tangannya di depan wajah Kimora dengan raut wajah khawatir.

Kepala Kimora memutari sekitarnya. Entah kenapa ia merasa ruangan ini perlahan ditutupi air yang sangat banyak. Kimora merasa tenggelam hingga kesulitan bernafas.

Tatapan matanya berakhir pada Axel yang terlihat menatapnya dingin dengan sorot mata membunuh.

Suara drum di otaknya menyoraki Kimora untuk memprotes apa yang akan Axel lakukan padanya. Sebagian dirinya melambai-lambai menggodanya, berbisik jika ia lelah ia bisa mengakhiri hidupnya.

Tapi Kimora tidak mau mati.

Ia belum siap.

Nafas Kimora semakin memburu. Ia tidak pernah mau mati.

Mata Kimora menatap pintu putih yang akan menjadi penentu hidupnya. Bahkan jika ia tidak bunuh diri. Hidupnya tetap akan dipertaruhkan di dalam ruangan itu.

Bibir Kimora mulai mengulas seringai, ia mulai tertawa mengejek sambil menggelengkan kepalanya.

Ini hidupnya, kenapa ia harus mengikuti semua perintah yang diperintahkan untuknya.

Melihat Kimora yang mulai aneh membuat dokter muda itu semakin khawatir. Dengan kalut dokter itu bergerak menuju pintu.

Tepat saat Axel berpaling mengangkat telepon dari ponselnya dan dokter tadi membuka pintu untuknya. Kimora mendorong kursi rodanya sekuat tenaga ke arah pintu yang bertanda tangga darurat.

Pintu itu sedikit terbuka dan Kimora mendobraknya hingga ia terpental berguling menuruni tangga, meninggalkan kursi rodanya yang masih tersangkut di pintu itu.

Axel dengan cepat menyadari tindakan Kimora mengumpat kesal dan menyusul Kimora sedikit terhalang oleh kursi roda milik Kimora yang menyangkut diantara pintu itu.

"KIM!" teriak Axel marah. Suaranya menggema di dalam tangga darurat itu.

Kimora terbatuk. Tubuhnya remuk hampir di semua tempat. Pandangannya menggelap tapi suara Axel membangunkannya kembali. Ia harus cepat.

Kimora terbatuk lagi. Kali ini Perutnya terasa keram. Sebelumnya ia berada di lantai 3 karena aksi nekatnya sekarang ia berada di lantai 2. Kimora hanya perlu berguling satu kali lagi agar bisa keluar dari neraka itu.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now