18 - Pay me

29.7K 1.6K 18
                                    

Gio menyugar rambutnya. Pesonanya memang tidak main-main. Ia benar-benar mengalahkan semua pria berbadan besar itu. Masih ada beberapa siswa yang berdiri disana dan menatapnya histeris.

Gio memandangi satu persatu siswa itu dan menaruh jari telunjuknya tepat di bibirnya seraya menginterupsi mereka untuk diam. Semua yang menatapnya kompak mengangguk patuh dan seringai terbit di wajahnya.

Gio menoleh ke belakang. Ia tahu Axel menipunya, ia tahu Axel mengelabuinya dan ia tahu janji ataupun tawaran Axel hanyalah sampah jenaka.

Tapi apa perdulinya.

Andreas mulai bergerak sadar. Kepalanya masih berdenyut. Ia mulai mengingat apa yang terjadi padanya. "Shit!" Umpatnya mengingat ia dengan entengnya melayangkan tamparan yang cukup kuat pada Kimora. Kepalanya bergerak kesana-kemari mencari Kimora meski ia harus menahan rasa sakit di lehernya.

"Mencari siapa?" Tanya Gio mengejek.

Andreas langsung menatap tajam ke arah Gio. Ingatannya mulai jelas bagaimana Gio dengan entengnya menghajarnya mendadak dan menyerangnya seperti orang kesetanan. Andreas bahkan hanya sempat sedikit membela diri mengingat Gio mengunci pergerakannya.

"Kau masih lemah seperti dulu, Andreas." Kekeh Gio mengejek.

Andreas memperhatikan penampilan Gio. Ada yang berubah, tidak. Gio berubah banyak. Selama ini yang ia tahu Gio pecinta kebersihan. Tidak pernah pria itu terlihat seberantakan ini sebelumnya.

"Kau terlihat kacau." Komentar Andreas berusaha bangkit tapi Gio kembali mendorongnya dan menginjak kaki laki-laki itu.

Mendengar ringisan Andreas membuat Gio bahagia. "Sebenarnya aku mau meremukkan tanganmu... Tapi aku tahu kau akan semakin tidak berguna setelah itu."

Andreas menggertakkan giginya marah. "Kau memang Monster!" Teriaknya yang berakhir meringis karena Gio menginjak telapak tangannya.

Gio menyeringai seraya berkata. "Yes, I am."

-o-

"Aku senang kalian selamat." Kekeh Axel terlihat senang, sementara kedua wanita di belakangnya hanya mendengus seraya mengatur nafas.

"Hey, Anna." Matanya melirik gadis berkulit pucat itu dari kaca spion tengah. "Kapan kau mau ciumanku?" Tanya Axel dimana Anna langsung melotot marah.

"Kau mengalahkan mereka semua?" Tanya Kimora menyelidik, wajahnya terlihat curiga dan menuduh.

Axel menggelengkan kepalanya. "Not me. That's your boy." Kekeh Axel.

"Andreas?" Tanya Kimora aneh tampak tidak percaya.

Axel menggeleng lagi. "Gio." Katanya diikuti seringai.

Kali ini raut wajah Kimora lebih tidak percaya lagi. "Omong kosong!" Bantahnya mutlak.

Mana mungkin Gio yang sudah merendahkannya bahkan menolak status pertemanan mereka yang selama ini Kimora kira ada, mau menolongnya. Mustahil.

"Kau tidak percaya? Aku pikir hubungan kalian spesial." Komentar Axel tampak mengejek.

"Spesial..." Kimora meringis. "Dia bahkan tidak menganggap ku teman. Dimatanya aku hanya jalang yang hina." Jelas Kimora.

Axel tampak menganggukkan kepalanya. Ia masih ingat bagaimana emosinya Kimora saat mengadu dan menceritakan Gio yang memperlakukannya dengan kasar saat di pertemuan terakhir mereka. Kimora juga sempat marah padanya karena ia tidak terlalu menganggap serius hal itu.

Axel tidak bisa mengatakan apa pun karena wataknya juga begitu.

-o-

Seperti biasa, hari ini pun kamarnya kembali digedor sembarangan. Kimora menarik earphone miliknya dan menyetel musik. Alunan musik mulai memenuhi telinganya. Kakinya ia luruskan di bawah meja belajarnya.

Sebenarnya tidak buruk tinggal di Club yang katanya milik teman kakaknya itu. Semua fasilitas kamar terlihat seperti miliknya di rumah lamanya. Kakaknya bahkan menambahkan kulkas mini yang diisi dengan berbagai macam cemilan agar Kimora tidak bosan. Bedanya Kimora tidak bisa kemana-mana disini dan ia pun tidak berminat.

Terlalu beresiko keluar dari kamar ini. Kimora masih belum terbiasa dengan dunia malam di Club meski kakaknya terkadang mengajaknya keluar atau membawakan beberapa minuman alkohol yang sampai sekarang tidak pernah disentuhnya sama sekali.

Malam ini Kimora tidak belajar seperti yang sudah-sudah. Ujian sekolahnya sudah selesai dan ini adalah waktunya ia untuk beristirahat dengan tenang sambil menunggu waktu keberangkatannya bersama kakaknya ke Las Vegas.

Penerbangannya lusa dan Kimora masih memiliki waktu satu hari untuk menikmati kota ini bersama Anna besok.

Gedoran pintu Kimora kali ini terdengar lebih hebat dan sayup-sayup Kimora mendengar namanya dipanggil. Awalnya Kimora berniat mengabaikannya tapi lama-lama ia tidak tahan juga.

Dengan kesal Kimora membuka kamarnya. Belum sempat ia meluapkan kemarahannya wajah Gio sudah ada di depan wajahnya. Pria itu memang sengaja menunduk sambil mengetuk pintu.

Melihat Kimora di depannnya membuat Gio menyeringai.

"Gio..." Cicit Kimora terkejut.

"Miss me?" Bisik Gio lebih dekat.

Kimora menutup hidungnya saat bau alkohol yang berasal dari mulut Gio tercium olehnya. "Kau mabuk?!" Tanya Kimora kesal.

"Terserah apa yang kau lakukan menjauh dariku!" Bentak Kimora kesal mendorong dada Gio agar menjauh darinya.

Ya Tuhan, baru mencium bau alkohol saja kepalanya sudah pusing.

"Pergi!" Dorong Kimora lagi hingga Gio terhuyung ke belakang. Tapi Gio tidak habis akal, laki-laki itu menarik pergelangan tangan Kimora dan menyentaknya hingga Kimora jatuh ke pelukannya.

Gio yang terhuyung ke belakang dan Kimora yang sukses menabrak tubuh depannya membuat Gio mundur hingga menabrak dinding dengan cukup keras. Tapi bukan ringisan yang Kimora dengar. Melainkan tawa keras Gio.

"Lepas!" Bentak Kimora berusaha menjauhkan diri dari Gio.

Gio membalik posisi mereka dengan cepat, masih dengan memegang pergelangan tangan Kimora. Laki-laki itu menundukkan kepalanya hingga dahi keduanya bertemu jadilah Kimora kembali mencium bau alkohol dari nafas Gio.

"Kau dulu tidak pernah seberani ini, Kim?" Tanya Gio mengintimidasi.

Tapi bukannya menjawab Kimora malah terlihat tidak nyaman dan tanpa sadar mencicit. "Bau." Cicitnya menahan gejolak di perutnya. Rasanya ia mau muntah.

"Apa karena kakakmu itu?"

Kimora mencoba menggerakkan tubuhnya tapi Gio semakin mengunci pergerakannya.

"Kumohon menjauhlah, aku mual." Lirih Kimora memohon.

"Kau mual?" Gio terkekeh. "Apa sekarang kau hamil?"

"Katakan Kim. Berapa kali kau menjual tubuhmu?"

"Menjual..." Lirih Kimora. Meski dalam keadaan tidak enak pun, kalimat Gio tetap menyakitinya.

Kimora mendongak, menatap langsung manik mata Gio. "Entahlah, aku lupa." Jawabnya menantang.

"Kau memang jalang, Kim." Hina Gio sekali lagi.

"Lalu apa? Kau mau membayarku juga?"

Entah karena sakit hati atau kesal. Kimora benar-benar menyesal mengucapkan kalimat laknat itu.

"Ya." Jawab Gio jelas tanpa basa-basi.

-o-

Cieee yang nungguin lama... 🤣
Iya, iya makasih masih nungguin.🥰🙏

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang