8 - Lebih berani

46.1K 2.2K 24
                                    

Setelah kejadian terungkapnya hubungan kepura-puraan Kimora dan Andreas. Tidak banyak yang berubah. Para siswa yang Kimora pikir akan menggunjingnya, ternyata tidak begitu. Satu sekolah berpikir Kimora hanya putus dengan Andreas. Mereka masih percaya hubungan itu asli. Kalau dipikir-pikir juga memang hanya segelintir orang yang tahu drama itu.

Mengenai Gio. Jangan ditanya. Tentu saja laki-laki itu semakin menempeli Kimora. Dan satu lagi... Laki-laki itu sekarang lebih berani.

Cup.

Kimora memejamkan matanya merasakan kecupan di pelipisnya. Ia yang sedang membaca buku di kelas menutup bukunya dan mendelik kesal pada si pelaku.

Satu alisnya terangkat. "Kenapa?" Tanya Gio mengejek.

"Aku bukan kekasihmu. Berhentilah melakukan hal-hal aneh." Hardik Kimora kesal.

"Oh seperti apa?" Tanya Gio tersenyum miring. Sekarang laki-laki itu sudah duduk di hadapan Kimora. "Hal aneh itu?" Kalimatnya terjeda dan Gio langsung mengecup bibir merah Kimora. "Seperti ini?"

Kimora mendorong bahu Gio untuk menciptakan jarak. Laki-laki tidak tahu malu itu selalu mencuri kesempatan. "Kau benar-benar menyebalkan." Kimora langsung menutup bibirnya dengan buku yang ada di tangan kirinya. Ia tidak mau Gio kembali mencuri ciuman di bibirnya lagi.

Anak-anak di kelas yang melihat itu tampak tidak perduli. Kelas mereka yang diisi anak unggulan dan ambisius tentu memiliki sifat cenderung cuek dan sebagian diam karena takut pada Gio. Inilah yang membuat Gio semakin berani.

Tidak habis akal, Gio menarik tangan Kimora yang semula mendorong bahunya dan menjilat telapak tangan Kimora. Kimora kaget bukan main, buru-buru ia menarik tangannya dari Gio.

Kimora menatap horor pada laki-laki di depannya. Ini sudah kelewatan pikirnya. Bohong jika Kimora tidak takut. Ia sendiri mulai ketakutan dengan tingkah Gio akhir-akhir ini.

"Pergilah. Kau bisa melakukan hal aneh itu pada pacarmu, tapi tidak denganku." Tekan Kimora.

"Pacar yang mana?" Gio menertawakan ucapan Kimora barusan.

"Si gadis cengeng." Kata Kimora dengan alis berkerut.

"Oh." Gio menganggukkan kepalanya. "Sudah ku buang." Jawabnya menyeringai. Ia memang menerima adik kelasnya itu karena ingin tahu reaksi Kimora. Tapi sepertinya Kimora tidak terlalu mempermasalahkan, hal itulah yang membuat Gio jengah dan memutuskannya. Sejauh ini ia suka berpacaran dengan wanita yang tidak disukai Kimora. Seperti Ressa yang bisa menjadi lawan Kimora, meski akhirnya kalah telak.

"Sudah kuduga. Kau pasti akan jenuh dengan gadis yang menyusahkan. Tipikal gadis seperti itu hanya akan merepotkan." Komentar Kimora yang dibenarkan Gio dalam diam.

Dering ponsel Kimora terdengar. Gio melirik nama yang tertera di layar tapi disana hanya menampilkan nomor yang membuat alisnya berkerut tidak suka.

Kimora mengangkat telepon itu dengan cepat membuat Gio semakin curiga. "Aku pikir kau akan membatalkannya." Kata Kimora menjawab. Ia melirik Gio dan mulai beranjak dari duduknya membuat prasangka buruk Gio semakin menjadi.

Mata tajam laki-laki itu menatap Kimora yang berjalan menjauhinya. Tidak ada yang ia lakukan tapi sayup-sayup ia masih mendengar percakapan Kimora sebelum akhirnya ia ikut beranjak dari sana.

"Kita bertemu disana.... Itu terlalu beresiko... Baiklah, aku usahakan. Hati-hati." Kimora berbalik dan terkejut saat Gio sudah berdiri di belakangnya. Laki-laki itu lebih tinggi darinya membuat Kimora benar-benar merasa terintimidasi.

Kimora terkejut karena demi menjauhi Gio ia bahkan berjalan sampai ke toilet. Dan ini adalah toilet wanita.

"Kau tidak boleh masuk ke sini. Ini toilet wanita." Kimora geram sekaligus gemas dengan tingkah Gio. "Keluarlah sebelum ketahuan." Yah, untungnya toilet sedang sepi.

"Siapa?" Tanya Gio mengulang.

Kimora mendengus. Ia benci sifat Gio yang satu ini. "Orang terdekatku." Jawab Kimora apa adanya.

"Kau tidak mau mengatakannya?" Tanya Gio menyeringai. Tangannya dengan mudah mengunci pintu akses keluar-masuk toilet yang memang ada di belakangnya.

Kimora mulai was-was. "Gio.." Kimora ingin protes tapi aura membunuh Gio melingkupi hingga membuat suaranya tidak mau keluar.

Kimora tersentak saat Gio mengangkat tubuhnya dan menduduki Kimora di wastafel. "Gio..." Cicit Kimora lagi. Tangannya menahan bahu Gio agar tidak lebih mendekat padanya. Dan sialnya tubuhnya mulai bergidik ngeri.

"Kau sangat nakal Kim. Susah ku bilang untuk menjauh dari semua bajingan itu. Apa aku tidak cukup untukmu, hmm?" Gio mendekati ceruk leher Kimora dan mulai mengendusnya. "Kau wangi. Aku suka." Katanya diiringi seringai. Kedua tangan Kimora yang berusaha mendorong Gio langsung di cekal dengan mudah. Bibir Gio beralih ke kancing Kimora dan menggigitnya hingga putus. Kali ini Kimora menyesali kebiasaannya yang tidak pernah memakai dasi sekolahnya hingga memudahkan aksi Gio.

Kimora tidak tahu. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi ia tahu ini salah. Berusaha menjauhkan tubuhnya tapi Gio malah melepas cekalan tangannya dan berganti menahan punggung Kimora. Jadilah Kimora merasakan bibir Hangat Gio bergerilya di bagian depan tubuhnya. Kimora ketakutan. Tubuhnya mulai berkeringat dan Gio sama sekali tidak mau melepaskannya.

Aksi Gio di akhiri dengan senyum puas pria itu dan mengecup singkat bibir Kimora. Wajah keduanya masih terlalu dekat dan masing-masing masih bisa merasakan nafas memburu mereka. "Aku bisa melakukan yang lebih dari ini jika kau masih menguji kesabaranku." Ancam Gio.

Kimora termenung. Matanya dengan jelas menatap mata gelap milik Gio. Kimora seperti baru mengenali sosok ini. Sosok yang lebih dingin terlihat lebih dominan dan bengis. Selama ini Kimora selalu melihat Gio sebagai sosok yang hangat. Kimora tidak mengenali sosok di depannya ini atau mungkin memang inilah sosok Gio sebenarnya.

Kalau ia pikir-pikir sejak kapan Gio lebih berani dan dominan padanya. Ah, ya sejak insiden ciuman pertama mereka. Sejak saat itu Gio seperti menegaskan kepemilikannya.

-o-

Seperti biasa. Aku pengen alur ceritanya beda.

Jadi kalau aku lama Up itu artinya aku lagi nimang-nimang mana alur yang cocok untuk cerita ini.

Part ini sedikitan sih menurut aku. Tapi gak papa lah ya...

Soalnya ini juga nulisnya maling waktu kerja. Haha...

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang