Chapter 19 ; Her Fear

29 5 2
                                    

——————✧◦♚◦✧——————⋆

Reina mengerjapkan matanya. Suasana sepi nan gelap menyelimuti sekelilingnya. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, sesaat kemudian barulah ia menyadari dimana ia sekarang.

Ia melihat sekelilingnya, gelap dan sunyi hanya ada suara hembusan angin dari luar. Jendela besar yang menampakkan pemandangan diluar juga sudah ditutup dengan tirai besar sehingga membuat tidak ada cahaya sedikit pun untuk masuk.

Reina merentangkan tangannya mencari pegangan. Ia berjalan kesana kemari berusaha mengingat bagaimana tata letak perpustakaan tersebut. Kakinya tersandung kaki meja, namun ia tetap berusaha untuk menemukan tangga turun.

"Tolong."

Reina memegangi dadanya yang terasa sesak. Ia takut akan kegelapan, ia tidak bisa jika berada ditempat yang gelap tanpa adanya cahaya sedikit pun. Dadanya sesak, kepalanya terasa pusing.

Reina jatuh terduduk. "Tolong aku." Ia berusaha untuk berteriak. Semakin berusaha untuk mencari tangga.

Ia mendengar langkah kaki yang lewat dibelakang punggungnya. Ia sontak menoleh namun hanya kegelapan yang ia temukan.

"Boom."

"AAAAA."

Terdengar suara tawa seorang pria. Reina terkejut karena saat ia berbalik tiba-tiba terlihat wajah seorang pria yang disinari oleh cahaya lilin yang dibawanya.

Reina masih menutup matanya ketakutan, perlahan memundurkan tubuhnya. Dadanya semakin terasa sesak. Suara tawa itu semakin tidak terdengar, semakin membuat Reina takut akan membuka matanya.

"Buka matamu."

Reina menggeleng tidak mau.

"Baiklah maka akan aku tinggal kau disini sendiri."

Terdengar suara langkah kaki menjauh dari tubuhnya. Reina sontak membuka matanya, namun kembali hanya kegelapan yang ia lihat. Tidak ada seorang pria dengan lilin yang sebelumnya ia lihat.

Secepat itukah pria itu menghilang? Pikir Reina.

Ia mencoba untuk berdiri, walau kakinya masih gemetar. Mencari kembali tangga. Hingga ia menemukan pegangan tangga entah itu benar dihadapannya tangga atau tidak.

Hingga Reina mencoba untuk memajukan satu kakinya, namun ia malah terpeleset dan hampir jatuh kelantai satu. Yang ia dapatkan tadi adalah pegangan pembatas, membuatnya bergelantungan disana.

Reina melihat keatas, sebuah tangan kekar menahan salah satu tangannya yang membuat Reina tidak jatuh kelantai yang keras dibawahnya.

"Alpha." Bisik Reina.

Killian berusaha untuk menarik kembali Reina keatas, tidak terlalu sulit karena tubuh Reina tidak terlalu berat baginya.

Reina sontak memeluk Killian tanpa ia sadari saat ia sudah berhasil diselamatkan oleh Killian. Tubuhnya bergetar didekapan Killian.

Killian yang mendapatkan perlakukan lancang itu ingin rasanya ia langsung mendorong tubuh Reina. Namun ia menghentikannya kala mendengar racauan tidak jelas dari bibir Reina.

"Maafkan aku, aku janji tidak akan mengulanginya." Racau Reina dengan masih memeluk erat tubuh Killian.

Killian mengerutkan dahinya bingung. Ia mencoba untuk membaca pikiran Reina namun tidak bisa, seolah ada tembok besar yang menghalangi dirinya untuk membaca pikiran wanita yang ada dalam dekapannya tersebut.

Sudah terlalu lama mereka dalam posisi itu, dan Killian hanya membiarkan Reina. Hingga ia merasa tubuh Reina yang mendadak melemah. Ia segera menahan tubuh Reina.

RETROUVAILLES [werewolf]Where stories live. Discover now