Chap 13

89 18 3
                                    

Dengan persiapan yang dirasa cukup, Chan membulatkan tekad untuk bertemu Rahye di rumah sakit yang telah ditentukan lokasinya.

Perlahan, langkah Chan menuju kamar Rahye semakin dekat. Senyuman sialannya itu juga terlihat waktu demi waktu.

Mengetuk pintu. Dan tidak ada jawaban.

Masih percobaan pertama, wajar jika belum membuahkan hasil. Chan hanya perlu menunggu beberapa menit, agar Rahye membukakan pintu.

Ah, bukan. Bukan itu maksudnya mengetuk pintu. Ia memastikan bahwa hanya ada Rahye di dalam sana. Tidak ada siapapun, seperti dokter contohnya.

"Pak Bang?"

Chan tidak perlu menunggu Rahye membuka pintu. Ia bisa melakukannya sendiri.

Melihat Rahye masih dalam kondisi lemah, sejak terakhir kali mereka bertemu, Chan tersenyum tipis.

"Hai," ia menyapa gadis itu singkat.

Sedangkan Rahye, memang dari awal ia sudah tidak suka dan mulai curiga. Kenapa ya, Rahye terus saja berprasangka buruk pada lelaki gagah dan tampan itu.

Awalnya karena skandal, tapi lama kelamaan, harusnya rasa kesal Rahye turut menghilang bersamaan dengan berjalannya waktu. Tapi kali ini tidak. Rahye masih tersulut emosi, bahkan ketika Chan sudah mencoba berbuat baik.

Rahye mengalihkan pandangan. "Kok kesini? Biasanya nggak pernah jenguk aku?"

Lelaki itu menautkan alis. Pura-pura tidak mengerti maksud Rahye.

"Kapan? Aku kan selalu baik. Jaga kamu setiap waktu."

"Alah. Waktu kita pacaran dulu, Pak Bang nggak pernah sekalipun menyempatkan waktu untuk berdua denganku. Salah satunya waktu aku mau kontrol di rumah sakit."

Bertepatan setelah mengatakan kalimat itu, tidak segan Rahye menengok ke arah sebaliknya. Ia begitu kesal, pria di sebelahnya ini terus saja berulah.

"Lagi-lagi Pak Bang," Chan bergumam kesal.

"Mau apa Pak Bang ke sini?"

"Ngasih kamu ini," jawabnya dengan menunjukkan sebuah kotak berwarna merah marun.

Dengan tatapan tidak suka, Rahye melirik. Terlihat sekilas, tapi sebenarnya Rahye benar-benar memperhatikan keseluruhan benda tersebut.

Ia sempat menghembus nafas dengan kesal. "Apa itu?"

Chan tersenyum simpul. "Hadiah, dong."

Sepertinya kesenangan tidak muncul di hati Rahye. Ia malah mengalihkan pandangan dan menjadi sedih.

"Cincin ya?"

"Kok tau?" Chan membuka kotak tersebut, dan langsung menampakkan benda lingkaran berwana emas yang mengkilap.

"Bagus kalau kamu tau. Aku juga mau melamarmu di depan keluarga besarmu, dan keluarga besarku. Tolong persiapkan diri."

Sudah kuduga, Rahye seolah tidak terkejut lagi dengan topik pernikahan yang akan ia jalani dengan Chan.

"Bentar, ada telfon." Chan berpindah tempat ke arah jendela. Untuk mengangkat telfon dari seseorang.

Melihat Chan sibuk dengan urusannya, Rahye beranjak pergi, dengan tiang infus yang tersambung dengan punggung tangannya.

Ia kembali berbalik untuk memastikan apakah Chan masih menelfon orang yang dimaksud. Ternyata, iya.

"Pak Bang, aku mau keluar."

Tidak sedikitpun Chan mencoba menahan dirinya.

Orang gila.

Ketika Rahye sudah berada di luar ruangan, banyak sekali orang sakit di sekitarnya. Tapi kali ini, Rahye tidak peduli. Tidak ada satupun orang di sini yang tau, betapa sakit kondisinya, dan perasaannya.

Doctor || SeungminWo Geschichten leben. Entdecke jetzt