Chap 11

80 13 5
                                    

"Kak Chan, aku takut..."

Rahye mulai merengek dengan bergidik ngeri, tepat di depan pintu unit apartemen Joo-rim. Saking takutnya, Rahye bahkan sampai menggenggam erat lengan Chan yang cukup berotot.

"Ngapain takut, sih? Kan ibumu juga. Ibu kandung malah."

Chan memang sedang menenangkan Rahye, tapi justru Rahye semakin tidak tenang. Karena memang, Chan tidak tau tentang sosok dirinya yang sebenarnya.

Genggaman Rahye perlahan melemah, pada akhirnya ia putuskan untuk sedikit menjauh dari Chan.

"Eh! Chan sudah datang! Ayo silakan masuk!"

Joo-rim menampakkan diri dari dalam unit. Bukannya senang dengan sambutan tersebut, Rahye malah kehilangan nafsu untuk segalanya.

Bahkan Mama menyambut Kak Chan, dan bukan aku...

Mereka bersama-sama memasuki unit milik Joo-rim. Di sana, Rahye dan Chan dapat melihat beberapa foto yang dipajang di dinding. Hanya ada suami Joo-rim yang sekarang, Joo-hye, dan tentu Joo-rim sendiri.

Hal itu membuat Rahye merasa tidak diakui. Padahal, Joo-rim juga pernah melahirkan dua anak sebelum Joo-hye. Tapi, mengapa Joo-rim seolah hanya memiliki Joo-hye di dunia ini?

"Chan, kamu sudah makan?"

"Ahahah, sudah kalau sarapan Nyonya. Aku dengan Rahye belum makan siang, hanya untuk datang ke sini."

"Benarkah? Kalau gitu, ayo makan masakanku!"

Joo-rim pergi ke dapur untuk mengambil panci, yang berisi makanan yang baru saja dimasak olehnya.

"Wah! Sup daging?"

"Aku tau kamu suka ini. Jangan malu-malu, okey?"

Sementara Rahye hanya berdiri di dekat ambang pintu unit, untuk menyaksikan betapa akrabnya mereka. Rahye yang notabene nya adalah anak kandung, justru tidak dipedulikan.

Aduh, kenapa ini? Jantungku... tiba-tiba...

Mendadak, rasa nyeri pada jantung Rahye kembali muncul. Tapi, ia tidak mau Chan ataupun Joo-rim mengetahui hal tersebut.

Namun takdir berkata lain. Bukannya membaik, jantung Rahye justru semakin buruk. Nyerinya semakin terasa.

Tapi kali ini, Rahye putuskan untuk tetap diam dan bertahan. Ia tidak bisa terus menerus memanjakan penyakitnya. Meskipun memang benar-benar sakit.

Aku lupa, kemaren belum minum obat...

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Rahye ingin kembali ke rumah. Meminum obatnya, dan tidur siang.

"Kak Chan..." bisiknya pada Chan yang sedang menikmati masakan Joo-rim.

Chan hanya menoleh dan menaikkan alis.

"Aku ada pertemuan mendadak dengan desainer dari agensi baru. Boleh kalau aku pergi sekarang?"

Chan mengangguk ringan. "Mau ku antar?"

Rahye membelalak kali ini. Mungkin tidak terlihat secara langsung oleh Chan. Tapi, ia tidak menyangka bahwa Chan tidak basa-basi sama sekali untuk menahannya untuk jangan pergi. Kenapa malah Chan menawarkan diri untuk mengantarnya?

"Untuk apa? Kakak sama Mama santai saja di sini. Aku kesana naik bus juga bisa kok. Nggak apa, kan?"

Chan mengangguk lagi, sambil mengunyah makanan yang ia lahap. "Baiklah, hati-hati."

Perasaan Rahye semakin tidak enak. Sangat wajar jika Rahye tidak mencintainya lagi. Bahkan Chan hanya bersandiwara seakan mencintai Rahye.

Tanpa pamit kepada sang ibu, Rahye keluar dari sana. Saat itu juga, tangan Rahye terus menekan pada dada sebelah kirinya. Seolah dengan cara itu, bisa meminimalisir rasa perih, nyeri, maupun sakitnya.

Doctor || SeungminWhere stories live. Discover now