Part 9

9 1 0
                                    

Azkia memasuki rumahnya dengan malas. Rumah ini terasa sepi, hanya ada suara detak jarum jam, mamah dan papahnya belum pulang dari bekerja sedangkan Zazkia entah kemana.

Azkia segera menuju kamarnya, ia ingin cepat-cepat mengistirahatkan tubuhnya karna jika papahnya sudah pulang tidak akan ada lagi waktu istirahat. Ia segera menghempaskan tubuhnya ke kasur, tak lama kemudian ia sudah masuk ke alam mimpi.

Azkia langsung terbangun mendengar gedoran di pintu kamarnya, saat ia membuka pintu kamarnya, terlihat papahnya sedang berdiri dengan emosi yang meluap-luap.

"Enak banget kamu tidur, kamu pikir papah nyuruh kamu pulang biar kamu santai-santai. Cepat ke dapur dan masak, semua pembantu dirumah ini sudah tidak bekerja, jadi kamu yang harus menggantikan."

"Kenapa mereka berhenti kerja? dan kenapa aku yang harus menggantikan mereka, aku anak papah dan mamah bukan pembantu papah dan mamah," jawab Azkia sengit.

"Berani membantah?! silahkan, tapi jangan harap kamu bisa keluar dari kamar ini selama satu minggu kecuali untuk sekolah," ancam Febry membuat Azkia langsung terdiam.

"Oke, aku kerjakan," ujar Azkia sambil melangkah pergi.

Sesampainya di dapur Azkia melihat mamahnya sedang memotong-motong sayuran. Alea yang mendengar langkah kaki mendekat  langsung menoleh.

"Lama banget sih kamu, nih lanjutin, mamah capek habis kerja harus langsung masak," ujar Alea sambil meletakan pisau dengan sembarang kemudian melangkah pergi.

"Udah tau kalau orang dirumah ini sibuk banget, nggak ada yang bisa masak juga kenapa malah mecat para pembantu. Dih, ketahuan banget mau nyiksa gue," gumam Azkia sambil memotong-motong sayuran.

Meskipun di awal tadi ia sedikit kesal karena disuruh-suruh namun akhirnya ia menyabarkan hatinya dan menganggap jika orang tuanya sengaja menyuruhnya memasak karena ingin merasakan masakannya, karena itulah ia membuat menu spesial.

Setelah semuanya sudah matang, ia segera memindahkan masakan-masakannya ke wadah lain dan mulai menatanya di meja makan, tak lama terdengar suara orang mengobrol.

Azkia menatap iri kearah Zazkia dan papahnya yang sedang mengobrol santai sambil berjalan menuju meja makan. Ia ingin merasakan hal itu namun sepertinya mustahil.

Karena tidak ingin terus-menerus merasakan sesak akibat melihat kedekatan orang tuanya dan Zazkia, Azkia segera pergi menuju kamarnya tanpa mempedulikan mamahnya yang memanggil namanya.

🍁

Jam menunjukkan pukul 19.00, Azkia yang sejak siang belum makan apa-apa merasakan sakit diperutnya, maag nya kambuh. Karena malas untuk makan dirumah Azkia memutuskan untuk membeli makanan diluar.

Azkia mengeluarkan motor matic yang ada di garasi rumahnya, setelah itu ia langsung tancap gas menuju warteg langganannya. Sesampainya di warteg, Azkia mendengus kesal dikarenakan suasana yang sangat ramai, semua tempat duduk penuh oleh orang-orang.

Ingin rasanya Azkia memutar balik namun perutnya sudah meronta-ronta minta diisi. Akhirnya Azkia memutuskan untuk tetap melanjutkan niatnya, ia segera memesan makanan dan melihat sekitar mungkin saja ada tempat duduk yang kosong.

Tatapan Azkia tertuju kepada seorang cowok yang sedang melambai-lambaikan tangannya, seolah sedang memanggilnya. Azkia menajamkan penglihatannya setelah beberapa saat barulah Azkia menyadari jika cowok itu adalah Alvico.

Alvico masih melambaikan tangannya sambil mengucapkan "sini" tanpa suara. Azkia yang memang tidak mempunyai tempat duduk langsung menghampiri Alvico sambil membawa makanannya.

"Hai, Kia. Gabung sama kita aja, meja lain udah penuh semua," sapa Alvero

Azkia hanya menganggukkan kepala sambil menarik satu-satunya kursi yang masih kosong dimeja itu, dan entah kebetulan atau tidak kursi itu tepat disamping Rajeksa.

"Hai, Esa," ujar Azkia sambil tersenyum lebar.

Rajeksa tidak menanggapi Azkia, ia bahkan tidak menoleh sedikitpun.

"Sombong banget, sih," gumam Azkia.

"Udah, Kia, nggak usah nyapa kulkas 12 pintu, nggak bakal dipeduliin," celetuk Reihan yang berada di samping kanan Azkia.

"Bener juga, ya udahlah."

Azkia tak mempedulikan sekitarnya lagi ia terlampau fokus menikmati makanannya, mungkin akibat terlalu lapar jdi Azkia merasa makanan ini sangat enak, ia sampai menggoyang-goyangkan kepalanya tanda ia sangat menikmati makanannya.

"Emang seenak itu makanannya, sampe kepala Lo gak berhenti goyang-goyang dari tadi?" tanya Rajeksa tiba-tiba membuat Azkia menolehkan kepalanya.

"He'em, enak banget malah. Mau?"

"Nyicip dikit." Azkia langsung menyuapi Rajeksa sedangkan cowok itu menerima dengan sepenuh hati.

"Gimana, enak, kan?" tanya Azkia dengan ekspresi penasaran.

"Iya, mau lagi," pinta Rajeksa membuat Azkia tersenyum senang. "Lo laper juga, kan? gue suapin," ujar  Rajeksa sambil menyendok makanan miliknya lalu menyuapi Azkia lalu gantian Azkia yang menyuapi Rajeksa.

Orang-orang yang berada dimeja itu hanya menatap mereka berdua dengan senyum penuh arti.

"Mau juga dong, disuapin," celetuk Alvico.

Alvero langsung mengambil kerupuk yang ada diatas meja lalu menyuapkannya ke mulut Alvico secara tiba-tiba membuat mata cowok itu melotot, kesal.

"Gila lu, emang adek durhaka!" umpat Alvico bersungut-sungut.

"Lah, katanya mau disuapin, gimana sih," jawab Alvero dengan watadosnya.

"Gak gitu juga cara nyuapinnya."

"Udah-udah, bocah banget Lo bedua," gerutu Aiden.

🍁🍁🍁

Finally, update lagi.
Apakah masih ada yang nunggu cerita ini?

Happy Reading.

Vote and comen guyss biar aku tau siapa aja yang baca cerita ini.

Ada yang mau kenalan sama aku? Yang mau follow Ig aku ya, entar di follback.
Nama Ig nya : uswatun_hsn65

See you next part

Salam
Ushsn256

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAJAZKIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang