00.prolog

117 100 222
                                    

"bangunan yang di sebut rumah itu sudah hancur"

Aleia.

******

"PAPA MAU SAMPAI KAYA GINI!"

"AKU BERTAHAN SAMA PAPA DEMI ANAK ANAK KITA PA!"

"PAPA MAU SAMPAI KAPAN MAIN MAIN DI LUAR SAMA PEREMPUAN LAIN"

Duaarr

Suara petir saking bersahutan di luar. Anak yang beranjak remaja itu hanya bisa diam dikamar dengan air mata yang mengalir deras, sama seperti bumi yang diguyur hujan.

Gadis berusia 12 tahun itu menangis sejadi jadi nya. Keluarga nya hancur saat dirinya beranjak remaja.

Gadis itu aleia Zaylin yang harus nya bahagia karna kelulusan sekolah dasar nya. Dia seharusnya mendapatkan dukungan dari orang tua nya. Dia harusnya mendapatkan semangat dari orangtua nya saat ini.

"Kenapa gini?" Lirih nya

PRANG

PRANG

Itu suara lemparan vas bunga. Sudah di ketahui pasti kedua orang itu lah yang melakukan nya.

Tubuh aleia bergetar hebat dia hanya duduk di pojok kamar. Dia tidak ingin melihat orang tua nya. Bahkan untuk mendengar keributan itu aleia sudah muak.

"Rumah nya ancur" lirih nya dengan kesadaran yang mulai menghilang.

Brak

Dobrakan pintu kamar Aleia akhirnya terbuka dan menampilkan remaja laki laki SMA kelas 10,dengan rambut acak acakan menghampiri tubuh lemas di pojok kamar.

"Le, aleia sadar dek, Kakak Dateng maaf telat" lirih nya dengan mengangkat tubuh Ale menuju kasur.

"Maaf le, tadi hujan" gumam nya dengan terus mengusap rambut sang adik, setelah itu ia bangkit lalu memakaikan adik nya selimut dan berlalu dari kamar.

Tujuannya kali ini.. orang tua nya.

Brak

Laki laki SMA kelas 10 itu menendang meja yang terbuat dari kaca itu sampai terbalik dan pecah, sama seperti keluarga nya, hhhha.

Papa nya Zayyan menatap tajam putra sulung nya. "DIAM KAMU!" Sentak zayyan.

"LO YANG DIEM" sergah cowok SMA itu

"MAKSUD LO BERDUA APA HAH?!" Tanya nya, emosi? Pasti. Muak, ya kata yang mendefinisikan nya sekarang, tidak sopan? Ya memang, tapi kata itu tidak berlaku sekarang.

"KALO SETIDAK NYA BUKAN KARNA GUE, PIKIRIN ADIK GUE" bentak nya.

"ALE ADIK GUE MASIH KECIL"

"SETELAH LO, SIKSA ADIK GUE DENGAN CARA BELAJAR SANA SINI, LES SANA SINI, LO BERDUA GAK PUAS, CUKUP TUBUH DAN OTAK NYA AJA YANG CAPE, JANGAN BATIN NYA"

"CUKUP GUE AJA YANG JADI ROBOT, ADIK GUE JANGAN"  mata remaja SMA ini terus menatap papa nya itu, maju beberapa langkah hingga tepat di depan papanya.

Bugh

Satu pukulan keras dari remaja sma itu dilayangkan kepada orang yang disebut 'papa'.

"BERANI NYA KAMU" bentak zayyan.

"KENAPA GUE GAK BERANI?!"

"DENGAR INI BAIK BAIK TUAN DAN NYONYA  PRADIPTA, JANGAN SIKSA ADIK SAYA DENGAN CARA SEPERTI ITU, KALO KALIAN MAU CERAI YA CERAI AJA GAK PERLU DRAMA DI HADAPAN ADIK SAYA"

"ALE-" ucap nya terputus

"ADIK GUE ALE GAK BOLEH JADI ROBOT KAYAK GUE,  CUKUP GUE AJA, PAHAM?!"

"nak.." panggil Lina ibu nya dengan nada lembut.

"Gak usah sok lembut" ucap nya menatap ke arah 'ibu' nya sinis.

"LIAT, LIAT KEADAAN ADIK GUE, ALE DROP BANGS*AT" emosi nya sudah tak terkendali, apalagi menyangkut Ale.

Remaja laki laki itu beranjak lalu berjalan kearah kamar Ale. Menatap pintu kamar yang tertutup lalu mengatur nafas nya meredakan emosi.

Adik nya tidak boleh melihat kakak nya kacau.

Sudah dirasa cukup tenang ia membuka pintu kamar sang adik, dapat dilihat adik satu satu nya tertidur ah bukan tidur tapi pingsan.

Ia berjalan menghampiri adik nya, lalu duduk di tepi kasur sebelah adik nya, mengusap Surai hitam panjang adik nya.

Laki laki itu berdiri dari duduk nya lalu menatap sang adik beberapa detik, lalu mengangkat tubuh adik nya dengan ala brydal styl

Membawa tubuh adik nya keluar kamar hingga sampai di ruang tengah  dimana orang tua nya berada. Dan meliwati nya begitu saja. Langkah nya terhenti di ambang pintu.

"Jangan cari kami sebelum kalian sembuh " peringat remaja itu dengan penuh penekanan.

Remaja itu, Adipati  Lawu pradipta

******

TBC..

Bagaimana dengan part ini?

Pendek? Iya, ini hanya prolog say

A Untuk A (Hiatus)Where stories live. Discover now