CHAPTER 14

4.4K 856 46
                                    

.
.
.

Beberapa menit sebelum kejadian, Adelia saat itu memilih untuk meninggalkan acara. Dia sudah meminta ijin pada Alderian yang saat itu dikelilingi oleh orang-orang. Sebenarnya Adelia mengambil kesempatan itu untuk kabur, karena dia tau Alderian pasti tidak akan mengijinkannya pergi.

Diam-diam Adelia berniat pergi ke Perpustakaan untuk menghabiskan waktu sampai penutupan nanti, dia ingin mencari-cari buku yang sekiranya bisa memberinya sedikit petunjuk. Ya sekalian melihat pintu ruangan itu, mungkin saja ada keajaiban seperti pintunya tiba-tiba terbuka sendiri.

Sejenak Adelia menertawakan kehaluannya itu.

"Oke sip." Kata Adelia riang saat dirinya berhasil mendapat senter dari laci meja yang ada dikoridor lantai dua.

Tadinya dia ingin mengambil senter dari kamarnya, tapi dia teringat pernah melihat salah satu pelayan meletakkan senter itu dilaci ini jadi dia tak perlu repot-repot ke kamar lagi.

Kenapa harus pakai senter? Karena lantai bawah menuju Perpustakaan itu minim lampu, Adelia juga tidak mengerti mengapa Ayahnya sangat pelit, padahal uangnya banyak.

Namun setelah dipikir-pikir, mungkin karena disana tidak banyak ruangan yang sering di kunjungi, jadi Alderian merasa tidak perlu repot-repot memasang lampu, lagian siapa juga yang ingin kesana? Di lantai satu sebelah barat itu cuma ada perpustakaan, lalu pintu menuju bawah tanah dan satu pintu menuju kandang hewan, selebihnya hanya ruangan-ruangan kosong yang Adelia tidak tau fungsinya apa.

"Kapan ya aku bisa ngambil kuncinya. Padahal aku sama Kak Azel udah lumayan deket, harusnya sih aku udah bisa nyinggung-nyinggung soal kunci" gumamnya menyusuri koridor dengan langkah kecilnya

"Yah tapi kayaknya susah deh, soalnya monster kecil lainnya belum jinak. Mereka kan nempel mulu, terus aku yakin kalau aku bertindak tanpa hati-hati, Max pasti curiga." Cibir Adelia ketika mengingat bagaimana Max mencacinya semalam.

Wusshh..

Langkah Adelia tiba-tiba berhenti, dia terdiam sejenak saat merasa lehernya seperti di tiup angin. Adelia melihat sekelilingnya, koridor itu sunyi tapi kenapa Adelia merasa seperti ada yang mengawasinya?

Adelia tidak percaya hantu, tapi bukankah sudah banyak nyawa yang melayang di tempat ini? Adelia merinding. Hantu memang menyukai anak kecil kan, jadi wajar saja kalau dia diganggu.

"Tapi kan aku aslinya bukan anak kecil!" Gerutu Adelia bergelud dengan isi pikirannya sendiri

WUUSSHH~

Adelia mengerjap, terjadi keheningan untuk beberapa saat.

"Woi, bilang kalau aku cuma salah lihat" gumam Adelia ketika bayangan putih baru saja melintas dihadapannya beberapa saat yang lalu.

WUUSSHH~

"Hahaha, aku cuma salah lihat aja." kata Adelia tertawa berusaha menenangkan jantungnya yang semakin berdegup kencang.

Fyuhh~

Adelia menegang, kali ini dia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Adelia jelas merasakan sebelah telinganya seperti ditiup angin.

"AAAKKKHH!!" Adelia menjerit hendak melarikan diri, tapi tiba-tiba tubuhnya membeku begitu satu sosok berdiri diujung koridor.

Adelia seharusnya takut karena sosok itu transparan, normalnya dia pasti lari terbirit-birit. Tapi kenapa Adelia justru terpana dengan sosok tersebut. Sosok wanita cantik yang memakai gaun putih, melayang-layang diudara dengan gerakan lembut.

Oh, bibirnya bergerak!

Adelia tidak bisa mendengar apa yang ia katakan, tapi Adelia bisa membaca gerakan bibirnya yang berarti 'Tolong kakakmu, Adelia'

REBIRTH : ADELIA [AGRIENT STORY KE-2]Where stories live. Discover now