CHAPTER 10

4K 856 60
                                    

.
.
.

"Sedang apa kamu disini?"

Adelia bungkam, dia berusaha menarik nafasnya yang sejak tadi ia tahan. Adelia meremas baju tidurnya sembari melirik takut sosok dihadapannya saat ini, entah kenapa lidahnya mendadak kelu.

"Saya bertanya, sedang apa kamu disini?" Alderian mengulang kembali pertanyaannya, kali ini dengan suara yang lebih dingin.

Adelia tersentak, bibirnya bergetar saat hendak mengatakan sesuatu tapi beberapa detik berlalu, satu katapun tidak bisa keluar dari mulutnya. Entah kenapa Adelia mendadak sangat ketakutan, padahal dia hanya perlu mencari alasan yang tepat. Kalau pun dia melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat, dia tinggal bilang dirinya tersesat. Alderian pasti akan mengerti bahwa Adelia hanyalah seorang anak yang tidak akan mengerti apapun.

Adelia berusaha menguatkan dirinya. Tapi ketika dia kembali melihat Ayahnya yang berdiri menjulang sambil menatapnya dengan tatapan membunuh, nyali Adelia ciut.

"A-Adel..." Pupil mata Adelia bergerak-gerak gelisah, wajahnya benar-benar pucat.

"Siapa yang mengijinkan bahwa kamu bisa berkeliaran sesuka hati disini?" Nada suara itu semakin rendah

Sirene tanda bahaya langsung berbunyi dikepala Adelia, dia tau harusnya dia segera melarikan diri dari sana. Tapi entah apa yang menahannya, Adelia justru tetap berdiri meski dengan tubuh yang bergetar hebat.

Adelia menelan ludahnya dengan susah payah. Dia berusaha menenangkan dirinya, Adelia mendongak hendak mengatakan sesuatu tapi terhenti ketika melihat tangan Alderian terangkat kearahnya.

DEG.

Bayangan-bayangan masa lalu tanpa ampun menyerbu pikiran Adelia detik itu juga. Pukulan demi pukulan, hinaan, bahkan wajah-wajah dingin yang menatapnya seperti sampah pun tak terlewati. Saat itulah Adelia tidak bisa lagi menahan dirinya.

"AAAAAA!!"

Menjerit dengan keras, Adelia langsung meringkuk dilantai sambil menutup telinganya. Tangisannya pecah, sesekali terdengar suara jeritan kecil darinya.

"Ampun, ampun!"

Beberapa menit terlewati dengan suara tangisan Adelia yang memenuhi koridor malam itu. Tangan Alderian yang masih berada diudara perlahan-lahan bergerak. Wajahnya yang tadinya menunjukkan kemarahan luar biasa sudah berubah.

Alderian telah dibuat mematung oleh reaksi Adelia barusan. Pria itu seolah ditarik kembali ke masa lalu, dia merasa Deja vu. Hingga tanpa sadar bibirnya bergumam "Kana..."

"Ya ampun Nona."

Kesadaran Alderian kembali begitu mendengar suara Emma serta beberapa langkah kaki yang mendekat. Ternyata tangisan Adelia telah membangunkan para pelayan juga para bodyguard.

Tanpa bertanya, Emma langsung membawa Adelia kepelukannya. Butuh beberapa saat sampai anak kecil itu merespon dengan memeluk Emma erat.

Abian memandang keadaan Adelia yang kini berada digendongan Emma lalu beralih menatap kedalam ruangan yang sedikit terbuka. Hanya dengan sekali lihat, Abian sudah mengerti apa yang terjadi.

"Tuan, mungkin Nona hanya tersesat dan tidak sengaja masuk kesana" Abian berusaha menenangkan Alderian tapi Tuannya itu tidak menjawab justru menatap lekat punggung Adelia yang tengah ditenangkan oleh Emma.

"Mulai sekarang salah satu diantara kalian harus menjaga tempat ini." Akhirnya Alderian membuka suara setelah lama terdiam, dia masih memandang Adelia.

"Baik Tuan."

"Pergi." perintah Alderian.

Semuanya langsung menunduk lalu mulai meninggalkan tempat itu.

Emma mengelus kepala Adelia, lalu berkata pada Alderian dengan sedikit nada panik disuaranya "Tuan, saya minta maaf atas kelalaian saya. Saya akan lebih memperhatikan Nona, saya janji bahwa kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Karena itu tolong jangan marah pada Nona Adelia, kejadian hari ini biar saya yang menanggung hukumannya. Saya siap menerima hukuman apapun dari Tuan."

REBIRTH : ADELIA [AGRIENT STORY KE-2]Where stories live. Discover now