BAB. 25

53.6K 4.9K 83
                                    

"Oke, rapat hari ini selesai, gue harap setiap divisi bisa menyelesaikan tugasnya masing-masing, lebih cepat lebih baik biar setiap ada kekeliruan dari tujuan awal kita bisa diskusikan bersama. Pokoknya jangan ada satu pun pihak yang enggak kerja! Satu orang capek maka semua orang capek. Paham?!" Pidato Astra setelah mereka menyelesaikan musyawarah yang ternyata membutuhkan waktu hampir empat jam.

"Paham!!" Balas semua orang bersahutan. Dan setelahnya satu per satu langsung bergegas keluar ruangan. Mungkin mereka juga sudah amat penat memutar otak sejak tadi pagi.

Sama seperti Arelia.

Gadis itu bahkan sudah duduk lemas saking capeknya. Duh, menjadi panitia penyelenggara sebuah acara ternyata merepotkan juga ya? Padahal ini baru tahap pertama saja, Arelia tidak bisa membayangkan seberapa banyak waktu yang akan tersita nantinya.

Semua ini karena kegiatan yang sering kali fakultas Sejarah adakan setiap dua semester berakhir. Dimana mereka akan berkunjung ke berbagai tempat yang tentu saja mengandung nilai sejarah yang kuat. Khusus untuk tahun ini, mereka sepakat untuk mengadakan theater jalanan bertema sejarah kerajaan nusantara. Arelia selaku panitia juga bertugas untuk menulis naskah dramanya.

Arelia lalu melirik Astra yang tengah mengotak-atik laptopnya, terlihat masih sangat sibuk padahal orang lain sudah berbondong-bondong pergi.

"Kakak enggak pulang?" Tanyanya.

Astra sedikit menoleh sebelum kembali berkutat pada pekerjaannya. "Sebentar lagi, masih ada yang harus dicatat."

"Emang enggak capek, Kak? Dari tadi loh Kakak bicara panjang lebar."

"Capek banget," Astra nyengir, "tapi mau gimana lagi udah tugas Kakak sebagai ketua."

Rasanya Arelia ingin bertepuk tangan heboh mendengar keloyalan laki-laki itu.

"Mau aku beliin kopi atau minuman lain? Sekalian aku juga mau ke minimarket depan," tawar Arelia yang memang sudah berencana membeli beberapa kebutuhan sehari-harinya yang telah habis. Sekalian saja 'kan ya, siapa tahu membantu orang hebat macam Astra bisa mendatangkan banyak pahala.

Dan laki-laki itu langsung menatapnya penuh syukur. "Kopi ya, please."

Arelia terkekeh, dia lalu bergegas pergi. Beruntung minimarket tidak terlalu jauh dari kampus dan masing banyak orang yang beraktivitas meski waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Lima belas menit kemudian Arelia meletakkan sekaleng kopi dingin dan sebungkus roti di hadapan Astra. Dia sendiri duduk di sampingnya, melihat betapa sabarnya laki-laki itu mengetik setiap kata.

"Makasih ya."

Arelia mengangguk.

"Kamu tuh perhatian banget, Kakak jadi baper gimana dong?" Canda Astra setelah meneguk kopinya penuh kelegaan.

Arelia tertawa. "Basi tahu, Kak."

"Ihh serius, Are. Kamu itu tipe Kakak banget tau enggak? Udah cantik, perhatian, mandiri, ditambah sama-sama anak sejarah. Siapa sih yang enggak baper kalau diperhatiin sama orang yang jelas-jelas cocok sama kita?"

Arelia yang hanya mampu mendengar rayuan seperti itu dari drama televisi, jelas langsung ketar-ketir mendengarnya. Siapa sih yang tidak gugup saat seorang laki-laki mengatakan kalau dia adalah tipenya, terlebih laki-laki tampan macam Astra. Duh, jujur Arelia memanas tanpa bisa dicegah.

Tapi tunggu!

Ngomong-ngomong soal laki-laki tampan Arelia jadi teringat kalau dia belum menghubungi Axelle sejak tadi. Dan benar saja begitu Arelia mengecek ponselnya dia mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Axelle. Sial, Axelle pasti marah padanya!

Strawberry Mojito (Open Pre-order)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα