BAB. 23

49.4K 4.7K 49
                                    

Sehari kemudian Arelia akhirnya berhasil meninggalkan rumah sakit. Awalnya Axelle masih kekeh kalau Arelia masih harus mendapatkan perawatan namun karena ia terus merengek ingin pulang dan bahkan sempat mogok bicara, mau tak mau Axelle akhirnya mengizinkannya untuk pulang. Yah, walau dengan satu syarat kalau Arelia harus menginap di rumahnya supaya Axelle bisa mengawasi Arelia setiap saat.

Ada-ada saja memang.

Lagipula Arelia hanya sakit demam yang malahan langsung sembuh hanya dalam waktu dua hari. Axelle terlalu berlebihan untuk memperlakukannya seakan-akan Arelia itu tengah sakit parah yang mengancam jiwa.

"Hati-hati," peringat Axelle saat Arelia hendak keluar mobil mendahuluinya. Laki-laki itu buru-buru menyusul kemudian menangkap tangannya, seolah-olah dia takut kalau Arelia akan terjatuh. Axelle juga bergerak untuk mengeratkan jaket yang Arelia kenakan, memastikan bahwa tidak ada sejejak pun angin yang bisa menembusnya. Padahal jarak mereka menuju pintu rumah hanya berselang tiga meter saja. Tinggal melangkah masuk dan dia bisa terbebas dari bahaya luar.

Baru setelah memastikan kalau semuanya baik-baik saja Axelle menuntunnya memasuki rumah.

"Surprise!!"

Arelia tersentak, hampir terjengkang saat tiba-tiba saja ribuan kertas konfeti berwarna-warni menerjangnya. Makin terkejut karena ternyata Cahaya dan Alexa lah yang menjadi pelakunya. Kedua perempuan itu kompak berdiri bersisian dengan tabung konfeti kosong. Di belakang mereka juga terdapat spanduk bertuliskan 'Selamat datang kembali' berwarna pink metalic. Tak lupa dengan beberapa balon dan hiasan lain dengan warna serupa. Sebuah dekorasi yang mengingatkan Arelia pada pesta ulang tahun anak sekolah dasar.

Tapi siapa yang ulang tahun?

"Abang ulang tahun?" Bisik Arelia sembari menunjuk kehebohan di depan sana menggunakan ekor mata.

Axelle meringis. Reaksinua menunjukkan kalau laki-laki itu sepertinya malu. "Mama sama Al sepakat buat pesta penyambutan untuk kamu. Yah, seperti itu."

Arelia membuka mulut kaget. Serius? Mereka membuat semua hal ini hanya untuk menyambutnya.

"Selamat kembali ke rumah!" Cahaya berjalan menghampirinya, melemparkan tabung konfeti kosong pada Axelle kemudian bergerak memeluk Arelia. "Gimana? Suka enggak sama surprise-nya?"

Arelia tersenyum, balas memeluk Cahaya penuh haru. Selama ini dia tidak pernah mendapatkan pesta kejutan dari siapapun. Bahkan ulang tahunnya pun hanya akan dilalui seolah tidak pernah terjadi. Meski Ayahnya kerap kali memberinya hadiah dan ucapan selamat tapi selebihnya tidak ada apa pun lagi. Setelah menyerahkan apa yang dia bawa laki-laki itu hanya akan pergi dengan alasan mengurus pekerjaan. Yah, meski Arelia memang tidak pernah berharap banyak. Dia masih sangat bersyukur kalau ada orang lain yang mengingatnya.

Tapi hal itu tidak membuatnya menyangkal kalau Arelia sangat bahagia mendapat kejutan seluar biasa ini. Sungguh Arelia beruntung dapat mengenal orang-orang sebaik mereka. Alexa, Cahaya, Axelle lalu Danesh. Arelia tidak bisa menghitung seberapa banyak kebaikan yang mereka curahkan untuknya.

"Suka. Makasih, Ma," aku Arelia dengan senyuman mengembang.

"Congrats beb, akhirnya aku enggak perlu lagi nyium bau rumah sakit lagi!" Pekik Alexa yang sama-sama memberinya pelukan hangat.

Arelia terkekeh. Beberapa hari belakangan Alexa memang selalu mengeluh kalau dia tidak suka bau rumah sakit yang katanya mengingatkannya pada film horor. Makanya bahkan saat gadis itu sangat ingin menemaninya di rumah sakit, Alexa terpaksa kembali pulang setelah setengah jam berkunjung. "Makasih, Al," ucapnya sungguh-sungguh.

"Apa sih yang enggak buat calon kakak ipar," goda Alexa sembari menyikut pinggang Arelia yang membuat gadis itu sontak mengalihkan pandangan karena malu.

Strawberry Mojito (Open Pre-order)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant