68A | Budak Nafsu (18+)

Start from the beginning
                                    

"Sumpah?" Tanya Cantiya tidak percaya. "Ya ampun... Mending duitnya buat cewek lain yang bisa muasin dia dengan sepenuh hati deh, daripada istrinya ogah-ogahan gini."

"Can?!"

Cantiya kalau bicara memang kadang menohok. Tetapi kata-kata menohoknya itu lah yang nanti bakal menjadi pikiran untuk sahabatnya. Seperti kasus saat dirinya enggan berhubungan badan dengan Bara karena perasaan bersalahnya pada Gaza. Naqiya baru taubat setelah bertemu sahabatnya ini 'kan?

"Aku rasa emang jodohku sama Mas Bara ya cuma sampe sini aja," Ucap Naqiya lagi. "Bayangin ya, dari Gaza lahir ada aja masalah yang bikin kita renggang. Bukannya itu udah tanda-tanda kita nggak jodoh?"

"Buktinya masih bareng-bareng 'kan?" Tanya Cantiya lagi. "Lagian masalah-masalah itu juga timbulnya dari kamu kok kebanyakan. Ya emang, Pak Bara juga nggak aku benarkan, cuma ah elah ngalah aja sih, Nay?! Gemes banget aku."

Naqiya menggeleng, "Nggak, aku tetep mau cerai," Ucapnya tegas, "Tapi aku nggak berani mintanya, takut dilaknat Allah, gimana dong?"

Cantiya menggidikkan bahunya, memang sahabatnya ini keras kepala. Kalau saja Naqiya tidak keras kepala, ia yakin wanita itu tak akan pergi ke Jogja dan kemudian hamil setelahnya.

"Aku sih nggak masalah kalo nilaiku jeblok," Ucap Cantiya. "Indeks kumulatif ku masih ketolong kok, yang harus kamu pikirin itu nilaimu. Bukannya kamu yang bilang kalo nilaimu tiap semester nurun terus?"

[ B A Y I D O S E N K U 2 ]

Gila.

Ini gila!

Bagaimana mungkin pikiran Bara seharian ini diisi oleh malam-malam panasnya bersama Naqiya? Bagaimana mungkin melihat model yang hampir membuka baju di hadapannya seketika mengingatkan Bara akan betapa indahnya tubuh Naqiya?!

Bara bisa gila kalau dirinya benar-benar bercerai dari Naqiya. Jelas, satu-satunya yang mampu menaklukan hasratnya adalah wanita itu.

Kegelisahan itu membawa Bara dengan gusar berjalan mondar-mandir di ruangannya. Ia membutuhkan istrinya saat ini, demi Tuhan ini bahkan belum genap 2 hari ia memberikan batas waktu pada istrinya.

"Ngapa sih, Bar? Mondar mandir kaya setrikaan," Celetuk Rafi yang seperti biasa tiba-tiba masuk ruangan pria itu. "Et, baby shark tau aja Om Api dateng."

"Papa kamu kayak cacing kepanasan soalnya udah lama nggak kelon sama Mama," Celetuk Rafi sembari menggendong bayi sahabatnya itu. "Bingung, bibit-bibit adek kamu mau dibuang di mana kalo nggak di peyut Mama."

"Raf," Tegur Bara pada ucapan sahabatnya itu. Semua yang Rafi ucapkan benar, dirinya memang mulai menggila karena membutuhkan Naqiya.

"Hehehe..." Cengiran dosen kemayu itu terlihat. "Mangkanya jangan lama-lama berantemnya, kekep aja, masukin kamar, Bar. Nggak mungkin diem-dieman."

Sudah.

Bahkan Bara sudah meniduri istrinya. Namun, apa yang terjadi? Naqiya tetap pada pendiriannya sendiri. Ia tetap enggan mengalahkan egonya yang besar dan justru menuduh Bara yang mencekoki minuman sialan itu.

Lantas, cara apa yang harus Bara lakukan agar istrinya kembali karena kemauannya sendiri?

Pura-pura mati?

"Beda ya, baby shark, kalo perjaka sama calon duda," Celetuk Rafi lagi. "Perjaka nggak kelon aman-aman aja adeknya, kalo calon duda ditinggal bininya lama udah kalang kabut."

"Dicontoh ya ini Om Api perjaka sampai halal nanti," Tuturnya lagi pada Gaza. "Awas aja kalo yang dicontoh Papa, Om Api sunat ulang kamu kalo udah gede."

Bayi Dosenku 2Where stories live. Discover now