"Tapi bohongi dosenmu 'kan?" Jawab Bara sembari membuka ruangannya.

Lagi-lagi yang Naqiya lihat adalah putranya yang ikut serta ke kampus. Jadi, selama Bara mengajar, entah Bu Ayu atau Pak Rafi yang menjaga bayinya itu di ruangan Bara. Kebetulan shift mengajar mereka bergantian.

Naqiya terdiam sejenak memikirkan segalanya. Bagaimana mungkin Bara menjadi dingin seperti ini sekarang? Biasanya, Bara itu adalah pria paling mudah ditaklukkan olehnya.

Ia murka luar biasa pada Bara yang menitipkan bayinya pada orang lain yang tak lain tak bukan adalah Bu Ayu dan Pak Rafi. Tapi kini? Naqiya sendiri yang membuat Bara dengan terpaksa membawa bayi malang itu ke kampus dan menitipkannya pada mereka lagi.

Bukankah sama saja Naqiya mengulang kesalahan yang sama?

"Naqii... Anak kamu lucu banget!" Gemas Rafi pada bayi mungil itu. "Pengen eke caplok bawa pulang. Ututtutu cama Om Api mau cayank?"

Naqiya terkekeh melihat itu, "Itu Gaza takut liat Pak Rafi tauuu," Ledeknya pada Rafi. "Tuh liat mukanya udah mau nangis."

"Ya nggak mungkin lah, Shay," Tolaknya pada ucapan Naqiya. "Lemah, lembut, anggun, gemulai begini nggak mungkin baby shark takut sama Om Api."

Sebelum memutuskan untuk keluar, lagi-lagi Rafi menyeletuk, "Kayaknya haus deh, Naqi," Ucapnya. "Jangan lupa minta susu sama Mama yah, baby shark! Susunya Om Api nggak ngeluarin susu, keluarnya wedus gembel."

"Ngeri banget, Pak," Ucap Naqiya di tengah tawanya. "Itu dada apa gunung berapi."

"Gunungnya Om Api 'kan berapi-api, Shay,..." Ucapnya dengan genit sebelum mengedipkan mata dan meninggalkan ruangan tersebut. Tak lupa Rafi menutup pintu agar mereka mendapatkan privasinya.

Setelah Rafi menghilang dari pandangan, barulah fokus Naqiya ada pada masalahnya lagi. Ia tak mau Bara seenak hati mempermainkan nilainya begini. Bara harusnya tahu, Naqiya sudah belajar mati-matian di mata kuliah yang dia ampu.

"Pak," Rengeknya lagi. "Nggak adil lah, Pak. Saya cuma mau bantu temen saya, Pak. Kalo emang Pak Bara nggak terima ya saya minta maaf, Pak..."

"Kamu nggak denger kata Pak Rafi barusan?" Tanya Bara sembari sibuk menimbang anaknya. "Anak saya laper, ini juga sudah jam makan siang."

Apa dia bilang?

Jadi sekarang dia mendeklarasikan Gaza sebagai anaknya sendiri? Membelah dirikah pria itu? Hingga tak butuh wanita?

"Mau makan dimana?" Tanya Naqiya. Pertanyaannya normal, tetapi posisinya saat ini sedang bertengkar dengan Bara dan hubungannya tak lebih dari sekadar dosen dan mahasiswa saja.

Bara menghentikan gerakannya sebelum menaikkan satu alisnya sembari menatap Naqiya. "Kayanya bukan urusan kamu deh."

What?!

Apa dia bilang?

"Apa saya perlu laporan ke semua mahasiswa saya dimana saya dan anak saya bakal makan siang setiap harinya?" Tanya Bara lagi. Kali ini ia memakai gendongan dan dililitkan di depan tubuhnya untuk menjadi tempat nyaman sang bayi. "Saya rasa tidak perlu."

Tentu saja, Bara memberi penekanan pada kata 'anak saya' yang memberikan efek menyebalkan bagi Naqiya.

"Gaza belum boleh makan apapun selain ASI ibunya, Mas," Jawab Naqiya yang mengubah panggilannya dari 'Pak' menjadi 'Mas' seperti saat di luar kampus. "Dia masih ASI eksklusif."

Mendengar ucapan itu membuat Bara menaikkan satu alisnya dan mencondongkan bibirnya seakan pria itu tengah sibuk berpikir. "Maksud kamu kantung-kantung ASI yang didinginkan biar tahan berhari-hari itu? Yang nantinya diminum pake botol dot?"

Bukan, bukan itu yang Bara maksud. Sebagai ayah, ia juga menginginkan bounding yang baik antara bayi dan ibunya. Dan kegiatan menyusui secara langsung lah salah satu perantara terciptanya ikatan batin tersebut.

Seharusnya Naqiya paham itu. Tapi sayangnya, Naqiya terlalu keras kepala mempertahankan egonya.

"Mas..." Gumam Naqiya tak mampu menjawabnya. Bara selalu berhasil membuatnya bungkam.

Siapa yang tidak ingin menyusui bayinya secara langsung? Ketimbang harus memerah susunya dan memasukkan ke dalam kantung-kantung yang entah kapan akan diminum oleh Gaza, Naqiya lebih memilih menyusui bayinya langsung.

Tetapi, Bara tak mau mengalahkan sedikit egonya saja. Pria itu tetap tak mengizinkan bayinya bersama Naqiya di rumah Umi dan Abi.

Kalau Naqiya ingin bersama Gaza, maka mudah caranya. Bara akan selalu membuka pintu untuk kepulangan istrinya yang entah kapan akan kembali itu.

"Dah kenceng, pegangan Papa ya?" Ucap Bara pada sang bayi di gendongannya.

Apakah Bara tidak malu menggendong bayi di kampus sehingga membuat seantero isi kampus mengetahui statusnya sebagai ayah dan seorang suami? Sebab, Naqiya berusaha mati-matian menutupi hal tersebut.

Naqiya tak berbohong kalau dirinya masih gadis, ia hanya tak mengungkapkannya secara blak-blakan saja. Status itu tak penting untuk seorang mahasiswi 'kan?

"Permisi ya, Mbak," Ucap Bara sembari menatap istrinya. "Saya mau makan dulu sama anak saya. Pintu keluar di sebelah sana."

Mbak?!

Sejak kapan Naqiya menjadi kakak dari pria menyebalkan itu?!

Saat Bara berniat berjalan keluar, tangan Naqiya bergerak untuk menghentikan langkah kakinya. Ia mencengkram tangan sang suami agar menaruh perhatian padanya lagi.

"Pak Bara, saya harus gimana?" Tanyanya dengan suara basah akibat putus asa merayu dosen sekaligus suaminya ini. "Saya bener-bener minta maaf buat kekhilafan saya, Pak... Saya janji nggak akan ngulang lagi..."

Naqiya menunduk dengan tangan mencengram pergelangan suaminya untuk meminta ampunan dari pria tersebut.

Kalau perkara nilai, Naqiya bisa merendahkan ego untuk meminta maaf. Tetapi mengapa wanita itu tak berniat merendahkan ego sedikit agar segera pulang dan menyadari kekeliruannya pada Bara yang notabenenya adalah sang suami?

"Kamu nggak denger kalo saya mau makan?" Tanya Bara tak mengacuhkannya. "Kalo mau dibicarakan lagi, datang ke rumah saya, kita bicara di sana."

[ B A Y I D O S E N K U 2 ]

“Tidaklah Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba yang suka memberi maaf melainkan kemuliaan,” (HR. Muslim).

Hayooo mau ngapain harus ke rumah dosen🤣 baca duluan aja yuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hayooo mau ngapain harus ke rumah dosen🤣 baca duluan aja yuk

💕 Karyakarsa = fridayukht
💕 WhatsApp = 0896032104731
💕 Instagram = fridaywattpad

Fresh baru update

Fresh baru update

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bayi Dosenku 2Where stories live. Discover now