62 | Tsania

Mulai dari awal
                                    

Bara tak boleh mengetahui betapa menjijikannya kata-kata kasar yang keluar dari mulut Tsania. Bara juga lebih baik tidak tahu bahwa gadis itu mencoba merundungnya saat acara rahatan lalu.

Karena kalau Bara tahu, selain pria itu kembali akan mengekangnya dengan melarang pergi ke acara-acara penting, Bara juga bisa lebih makin protektif lagi. Kebebasan Naqiya juga akan semakin terkekang.

"Aku keluar dulu," Izinnya segera membuka pintu dan menghampiri gadis yang mencarinya tadi.

Umi Zainab yang menemani Tsania dan Ummanya itu tersenyum saat melihat Naqiya keluar dari dalam. "Nay, ini dicari Khalaty sama Tsania."

"Naqiya..." Panggil Ibu dari Ali itu saat melihat Naqiya. "Maaf Umma baru jenguk Nay sekarang, Nak..." Tuturnya dengan wajah penuh penyesalan.

Sementara Naqiya melirik sinis pada Tsania yang juga membuat ekspresinya sesedih mungkin. Sudah cocok menjadi aktris memang gadis itu.

"Umma bener-bener merasa bersalah sama kamu, Nay... Sampai rasanya Umma nggak punya muka buat nemui Nay," Tuturnya lagi sebelum memeluk Naqiya erat. "Maafin Umma ya, Nay..."

Tanpa mampu dilihat oleh siapapun, Naqiya memutar bola matanya. Jengah dengan drama yang dibuat oleh ibu dan anak ini.

"Kita ketemu pas rahatan loh, Khalaty," Celetuk Naqiya yang membuat ibu dari Ali itu sontak menegang. "Lupa apa gimana?"

"Ah... Astaghfirullah," Gerutunya pada diri sendiri sebelum tersenyum pada Umi Zainab. "Kak Zai, aku lupa ketemu Nay pas rahatan. Tapi kebetulan aku sibuk waktu itu jadi nggak banyak bicara sama Naqiya. Ya, 'kan, Nay?" Tanyanya pada Naqiya.

Baiklah, Naqiya mengangguk. Memang saat itu dirinya tak banyak bicara dengan ibunya Ali ini. Sementara putrinya? Astaga, mulutnya pedas sekali.

"Ini loh malah Tsania yang banyak ngobrol sama Nay, Kak Zai," Celetuknya lagi. "Akrab banget Mashaallah... ya gimana, mantan calon ipar udah terlanjur deket 'kan, Kak, hihi."

Umi Zainab mengangguk dengan semburat senyuman di wajahnya. "Ya udah Tsania silakan ngobrol sama Nay, Khalaty ke depan dulu nemui ibu-ibu, ikut nggak?"

Ibu dari Ali itu berpikir sejenak sebelum mengangguk, "Yaudah, Umma ke depan dulu ya, Nay. Baik-baik ngobrol sama Kak Nay ya, Tsan."

Senyuman palsu Tsania tampak di sana. Naqiya sudah mampu menilainya. Segala yang gadis itu lakukan ada manipulasi terbesar. Lihat saja, setelah kedua ibu itu pergi ke depan, raut ekspresi Tsania pada Naqiya berubah drastis.

"Hai, Kak Nay," Sapanya. "Ada Gaza 'kan ya? Mau ketemu boleh nggak?" Tanyanya dengan kepala celingukan mencari keberadaan bayi itu.

Naqiya menggeleng tegas, "Nggak," Jawabnya. "Mau apa kamu nemuin aku?"

"Galak banget sih, Kak," Ledeknya pada Naqiya. "Masa baru dikatain gitu aja udah sakit hati. Padahal yang aku bilang juga nggak salah 'kan?" Tanyanya lagi.

"Atyy...." Panggil Addar yang tiba-tiba berjalan ke arah Naqiya dan Tsania di taman samping rumah tersebut. "Dek Gaja?"

"Ehh, Addar Saqqaf yaampun gantengnya!" Pekik Tsania pada putra Abangnya ini. "Emang ya Saqqaf ketemu Saqqaf nggak pernah gagal."

Lagi-lagi semua ucapan gadis itu hanyalah bertujuan untuk menyindirnya. Jadi, Naqiya berusaha untuk tak ambil pusing.

Sementara Addar yang melihat Tsania menatap bingung pada gadis itu. Ia hampir tak pernah melihat sosok Tsania di depan wajahnya.

"Dek Gaza di kamar, Bang," Ucap Naqiya menjelaskan pada Addar yang menatap ketus dan bingung pada Tsania. "Sana gih sama Om Bara."

"Ada Om Ala?" Tanyanya mempertegas. Dirinya senang bermain bersama om nya yang satu itu.

Bayi Dosenku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang