PROLOG

684 26 57
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ahlan WA sahlan di cerita pertama saya.

Saya minta maaf kalo ceritanya, kurang menarik, typo bertebaran dan lain-lain. Harap dimaklumi karena memang baru pertama nulis.

Dan cerita ini insha Allah murni pemikiran saya sendiri, cerita ini udah saya rancang dari tahun lalu hanya belum sempat tertulis karena ada beberapa kendala.

Afwan, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan alur wallahi itu semua ketidaksengajaan.

Saya butuh dukungan buat para pembaca ku. Saya harap cerita ini bisa memberikan pelajaran dan bermanfaat bagi orang lain. 'Aamin'

Cerita ini hanya fiktif, hanya hayalan author. Mohon jangan dibandingkan dengan kehidupan asli. Karena jelas akan sangat bertolak belakang.

Dan mohon jangan plagiat cerita orang ya teman teman, orang yang bikin cerita juga butuh mikir. Harus puter otak buat ngerangkai kata, buat alur biar nyambung. Dan itu ga mudah, jadi aku mohon kalian jadi pembaca yang baik ya gyus jangan meniru atau bahkan menjiplak karya orang. Dan itu bukan hanya berlaku untuk dicerita ku tapi disemua ceritaa.

.

.

.

.

Happy reading
.

.

.

.

.

Kamis pagi yang cerah tapi bukan hari yang cerah bagi Difa. Adifa
Hisyana Syakila adalah mahasiswa dari SMA Citra Bangsa. Entah Baginya hari ini sangat tidak menyenangkan baginya ia juga tidak mengetahui hal itu. Bahkan saat sahur untuk menjalankan puasa sunnah Senin Kamis ia terlihat lesu.

Jam 07.00 Difa berangkat sekolah. Ia memasuki kelas 11 MIPA 2 dengan ekspresi wajah yang ditekuk itu membuat Lina-Bestainya keheranan.

"Baru masuk udah ditekuk aja tuh
muka" Ujar Lina.

"Berisik" Ketus Difa.

"Lo kenapa Dif, ga biasanya lo kaya
gini?"

Difa duduk di bangku sebelah Lina
dan menopang kepalanya. "Saya heran sama hidup saya". Ujar Difa Tiba-tiba.

"What? Kenapa sama hidup lo?"
tanya Lina dengan wajah panik nya. Perlu digaris bawahi bahwa Lina adalah orang yang kepoan akan urusan orang lain.

"Udah hampir 2 tahun saya sekolah disini, tapi kenapa saya masih belum bisa nerima takdir"

"Dif gue tau lo ga pengen sekolah disini, tapi lo harus liat dibawah lo banyak anak yang ga bisa sekolah dif, lo harus bersyukur masih bisa sekolah"

"Hm lo ada benernya juga"

"Udah gausah dipikirin, mending belajar bentar lagi PAS euyy"

Difa mengangguk dan belajar bersama Alina. Saat asik belajar jam masuk pun tiba dan tak berselang lama Bu Dewi-guru Matematika Sekaligus Wali Kelas MIPA 2 Terdengar Ingin Memasuki Kelas.

Tugasku Adalah Mendoakan muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang