Chapter 3

161 21 0
                                    

"Kau mau kemana kak?"
Sunghoon bertanya pada Minho yang terlihat sedang merapikan kemeja yang sedang ia pakai.

"Kak?"
Sunghoon pun memanggil Minho, mungkin kakak nya tidak mendengar pertanyaan nya yang tadi.

"Kakak ingin ke kantor"
Jawab Minho tanpa menatap kearah Sunghoon.

"Hari ini kan Sabtu, untuk apa kakak pergi?"

Minho tidak menjawab nya ataupun menatap ke arah Sunghoon sama sekali. Sunghoon pun akhirnya memilih untuk diam dan membiarkan pertanyaan nya tak terjawab.

Sebuah hubungan kakak adik yang sudah terduga dari mereka berdua. Memang menjadi cuek dan dingin sudah menjadi aktivitas mereka sehari².

Tak lama kemudian, Minho pun menyalakan mobilnya lalu berangkat menuju kantornya.





















"Sunghoon-ah, kemana kakak mu?"
Panggil Sharon, yang bernama asli Mina itu sambil mencari keberadaan anaknya.

"Tidak tau, dia hanya bilang dia ingin ke kantor. Tidak lebih"
Jawab Sunghoon sambil menyendoki sereal kedalam mulutnya.

"Aneh sekali, padahal hari ini hari Sabtu. Baru saja mama ingin minta tolong dia untuk mengambil pesanan mama, apakah kau bisa Sung-"
Sebelum Mina dapat menyelesaikan kalimatnya, tiba² saja Sunghoon menghilang dari peredarannya.

Baiklah, mungkin itu pertanda kalau dia harus pengambilnya pesanannya sendiri. Dasar anak² tidak berguna.



































Sabtu 22 Juli, satu hari setelah kejadian kemarin, Jisung sampai sekarang masih paranoid untuk pergi keluar rumah.

Tidak sedramatis itu, tapi tetap, Jisung sebisa mungkin untuk tidak menjawab telefon dari siapa².

Tapi rencana nya itu tidak berjalan dengan lancar, karena ayahnya tiba² saja memanggilnya. Pasti untuk membantunya untuk mengantar pesanan.

"Ada apa yah?"

"Jisung-ah, tolong bantu ayah kirimkan roti ini yah, ke rumah nyonya Sharon"
Lalu Younghyun pun memberi Jisung sebuah kantong beserta alamat diatasnya.

Ah.......................................... mau bagaimana lagi, tidak mungkin kan Jisung menolak untuk membantu ayahnya.

"Semangat, kau pasti bisa Jisung"
Ucap Jisung didalam hatinya.
































Sesaat Jisung sampai, mata Jisung langsung tertuju pada rumahnya yang begitu mewah. Dengan taman yang besar, garasi yang memamerkan berbagai macam koleksi mobil mewah, dan rumah yang terlihat begitu artistik.

"Jisung, jangan salah fokus. Datang, serahkan rotinya, lalu pulang, sudah"
Setalh itu pun Jisung mulai memncet bel rumahnya.

*DING DONG

*DING DONG

*DING DONG

Sebelum Jisung dapat memencet bel nya yang ke-4 kali, tiba² terdengar suara seorang wanita dari dalam rumah itu.

"Sebentar yah"
Setelah itu Mina pun membuka pintu lalu melihat seorang Jisung yang sedang membawa pesanan nya.

"Wah, Jisung yang antar yah, sini masuk dulu"
Mina pun membuka kan pintu dan mempersilahkan Jisung untuk masuk.

"Ah tidak usah bibi, aku belum bisa masuk. Ini pesanan bibi"
Jisung pun memberikan pesanan nya pada Mina.

"Tidak usah sungkan Jisung, masuk saja, kau pasti haus kan setelah mengantarkan ini? Ayo masuk saja"
Mina terus menyuruh Jisung masuk yang tentu Jisung juga tidak enak untuk menolaknya.

"Apakah aku harus terima? Tapi aku tidak mungkin langsung masuk kedalam rumah semewah ini"

Jisung pun mempertimbangkan hal itu. Dan akhirnya ia pun menemukan sebuah alasan untuk menolak Mina secara halus.

"Maaf bibi aku juga masih ada urusan lagi diluar, mungkin lain kali aku bisa mampir sebentar"
Respon Jisung secara halus.

"Ah............. seperti itu yah. Kalau begitu, kau tunggu sebentar yah, aku ambilkan sesuatu untukmu"
Belum sempat Jisung menolak, Mina langsung berbalik badan dan pergi mengambil sesuatu.

Tak hampir 1 menit, Mina pun akhirnya kembali dan mendekatkan dirinya pada Jisung lalu mengambil tangan Jisung.

"Terima kasih telah mengantarkan pesanan bibi. Ambil ini, anggap saja upah dari bibi untukmu yah. Hati² di jalan Jisung"

"Wah, terima kasih banyak bibi, aku permisi dulu"
Jisung pun berjalan pergi dengan tangan yang masih memegang "sesuatu" dari Mina.

Setelah keluar dari pagar rumahnya, Jisung pun langsung melihat apa yang Mina berikan padanya. Sekali Jisung lihat, tentu ia sangat terkejut.

5 lembar 10.000 won.

"Apakah ini asli? Benarkah? Wah, baik sekali bibi Sharon, wah"
Jisung benar² terkejut dan mungkin kalau dia bertemu dengan Mina lagi, dia akan berterima kasih lagi padanya.

Dan untuk sesaat, akhirnya ia dapat melupakan kejadian sial yang terjadi kemarin.
































Sekarang Minho pun sudah sampai di kantornya. Entah kenapa, tapi ia memiliki firasat yang kurang mengenakkan ketika ia bangun pagi ini. Dan ia pun memutuskan untuk mengunjungi kantornya pada hari Sabtu.

Sesampainya di lantai 25, Minho langsung bergegas menuju ruangannya. Tanpa ragu, ia langsung membuka ruangannya dan............................................................

Yah, insting Minho ternyata memang sangat kuat.

Terkejut? Pasti Minho terkejut, tapi dia lebih berada di sisi bingung. Kenapa ini semua bisa terjadi?

Vas nya pecah.

Patung gajah nya pecah.

Bukunya beberapa berserakan.

Karpetnya pun sudah tidak dapat dipakai, karena ada banyak serpihan pecahan vas didalamnya.

Minho pun langsung menatap kearah CCTV khusus yang ia pasang di ruangannya. Sebuah CCTV yang menyala, namun tidak ada tanda² kalau CCTV itu sedang dinyalakan. CCTV ini dipasang Minho berjaga² untuk mengelabui orang jahat yang memasuki ruangannya.

Tapi sebelum membuka CCTV nya, dia ingin mencoba mencari bukti² yang ada di ruangannya ini yang dapat membantunya.

Namun tidak ada jejak² kalau sudah ada orang yang memasuki ruangannya. Ataupun barang yang tertinggal disana. Tapi tiba² Minho menyadari adanya sesuatu disana yang disaat hari kemaren tidak ada.

Yaitu sebuah file pengajuan produk dengan nama Yang Jeongin.
















-Date For Debt-

Date For Debt (Minsung)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant