03

144 21 22
                                    

"Sayang, bangun ini udah pagi," ucap Abraham sambil membangunkan putrinya yang tengah tertidur pulas itu, tapi bukannya dengan cara mengguncangkan tubuh Alice, Abraham malah lebih memilih mengelus kepala Alice yang semakin membuat sang empu keenakan.

"Dad, 5 menit lagi ya," balas Alice tidak tahu diri.

"Ada Ethan di bawah, katanya mau jemput kamu," tutur Abraham.

Brak

"Aww," ringis Alice saat ia terjatuh dari kasurnya hanya karena kakinya masih terlilit selimut. Tapi sepertinya Alice tidak mempedulikan rasa sakitnya dan malah kembali berdiri lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

"Sayang kamu nggak pa--"

"NGGAK PAPA DADDY!" jawab Alice cepat.

Abraham menggelengkan kepalanya saat melihat putrinya yang langsung terbangun bahkan kakinya sampai tersandung selimutnya sendiri hanya karena mendengar nama Ethan.

Abraham pun pergi saat melihat pintu kamar mandi sang putri sudah tertutup rapat.

Beberpa menit kemudian Alice turun dengan seragam pasnya, tidak kebesaran tapi tidak juga kekecilan, masih masuk jajaran sopan tapi banyak minusnya.

"Dad, mana Ethan?" tanyanya sambil celingak-celinguk mencari sosok lain di sana kecuali Daddy-nya yang tengah bersiap berangkat kerja.

"Udah berangkat kali, nunggu kamu kelamaan," jawab Abraham.

Alice mendesah kecewa, padahal tadi ia sudah bersiap secepat mungkin. Yang biasanya sejam sekarang ia lakukan hanya 45 menit, tidak lama kan?

"Ayo berangkat Daddy antar," bujuk Abraham kala melihat wajah kusut putrinya.

"Kalau gitu ayo Dad," senyum Alice kembali mengembang, jika Daddy-nya yang mengantar tidak akan ada yang berani menghukumnya nanti jika ia terlambat. Memang tidak adil sih, tapi zaman sekarang memang begitu, tidak beruang tidak disayang.

****

"Maudy, lo kenapa tinggalin gue sama Ethan kemarin malem? Kenapa nggak lo aja yang nganterin gue pulang," keluh Alice saat melihat Maudy yang sudah berada di dalam kelas.

"Kinipi nggik li iji ying ngintirin gui piling!" ulang Maudy dengan kesal. "Pengen banget gue jedotin kepala lo ke tembok biar lo inget ucapan lo tadi malem," kesal Maudy.

"Jangan dong, nanti pala gue benjol, terus Ethan nggak suka lagi sama gue," balas Alice yang memegang kepalanya, berjaga-jaga takut Maudy benar melakukannya. Bukannya gimana ya, tapi Maudy ini memang sifatnya kadang di luar nalar.

"Emang sejak kapan Ethan pernah suka sama lo," sarkas Maudy. "Dia tuh cuman kasihan sama lo karena dulu lo sempet jadi sahabatnya."

"Bodo amat, selagi rasa kasihan itu masih ada. Gue bisa ngubahnya jadi rasa sayang dan cinta. Apalagi tadi pagi dia jemput gue," balas Alice.

Jika di lihat sebenarnya gadis itu terlihat sangat obsesi pada Ethan, tapi Alice tidak peduli karena menurutnya itu adalah perasaan.

Maudy tertawa lalu menoyor kening Alice. Ia pun berkata, "Halu terus Mbak! Gue nggak bakal ketipu lagi sama lo, udah jelas gue tadi liat Ethan berangkatnya sama Tania bukan lo."

"Serius?" tanya Alice dengan perubahan ekspresi yang sangat cepat, dari ceria tiba-tiba datar begitu saja.

"Lo pikir gue bercanda Al?" balas Maudy tak kalah seriusnya.

Alice mengepalkan kedua tangannya. "Nanti istirahat Dy, udah lama nggak ngebully dia lagi." Seringai Alice membuat Maudy yang berada di sampingnya merinding.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang