43. Kado

931 196 73
                                    


"Nanti gue jemput jam sebelas ya." Ucap Thoriq dari seberang telepon sana setelah ia selesai dengan tugasnya membangunkan Lisa karena mereka mau ke rumah kakak thoriq yang baru melahirkan seminggu yang lalu. Tapi, sebelumnya mereka beli kado dulu. Jadi makanya pergi agak pagian di weekend ini.

"Hngg. ." Jawab Lisa sambil mengusap matanya beberapa kali sebelum benar - benar bangun dari tidurnya.

Setelah Thoriq menutup teleponnya, Lisa duduk sebentar di atas tempat tidurnya. Merenungi hubungannya dan Thoriq yang sudah masuk bulan ke empat. Lisa tertawa sendiri, mengingat sebenci apa dia awalnya ke Thoriq. Dan sekarang lihatlah dia! Being head over heels to him! Kalau dipikir - pikir, ucapan Fajar benar. Pribadi Thoriq tidak sejelek yang dia dan teman - temannya pikirkan. In fact, it might be his charming point.

"AAAAAAAAAAAAAAA GILA GILA GILAAAAA!!!" Lisa histeris sendiri sambil menendang guling dan selimutnya.

"Mbak? Sehat!?" Tanya Jake sambil lalu di depan kamar Lisa.

Lisa menggelengkan kepalanya, lalu berajalan kearah pintu kamar yang tadi dibuka Jake

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lisa menggelengkan kepalanya, lalu berajalan kearah pintu kamar yang tadi dibuka Jake.

"Dek. ." Lisa menatap Jake dengan pandangan kosong. Otaknya masih berusaha memproses kenyataan kalau dia memang akhirnya jatuh cinta pada Thoriq.

"Apaan sih, Mbak? Jangan bikin takut! Mbak nggak kesurupan kan?" Jake menatap Lisa ngeri.

Lisa sekali lagi melirik Jake, kemudian menghela napasnya sebelum menutup pintu kamar sambil berkata, "Dah lah, bocah nggak akan paham."

Melihat tingkah aneh kakaknya itu, Jake akhirnya hanya menggelengkan kepala sebelum melanjutkan langkahnya untuk keluar jogging.

.
.
.
.
.
.
.
.

Pukul sebelas kurang tiga menit Thoriq sudah sampai di depan rumah Lisa. Setelah pamit ke orang rumah, mereka berdua pun melanjutkan perjalanan menuju toko alat lukis. Bukan ke toko perlengkapan bayi.

"Pak. . Kita bukannya mau ke toko perlengkapan bayi ya?" Tanya Lisa sambil mengikuti Thoriq yang berjalan sedikit lebih dulu di depannya.

"Gue belom bilang ya? Gue nggak pernah ngasih barang - barang bayi buat ponakan - ponakan gue."

"Terus Bapak ngasih apa dong? Masa beliin kanvas sama cat? Keburu lapuk dong nanti? Bukannya lebih efisien kalau dibeliin barang yang lebih berguna. Box bayi misalnya?"

Thoriq terkekeh pelan melihat wajah bingung Lisa. Lalu menjawab pertanyaan pacarnya itu. "Yang ngasih begituan udah banyak. Kalaupun nggak ada, kakak - kakak gue itu pasti udah prepare dari jauh - jauh hari. Lo pikir gue jadi perfeksionis gini karena siapa? Gue selalu bikinin lukisan buat ponakan gue."

Lisa menatap Thoriq terkesima. Ternyata abang - abangan dispenser kaya Thoriq cukup melankolis dengan pilihan hadiahnya. Another point added!

"Bapak udah bikin berapa lukisan?" Tanya Lisa lagi sambil menjejari langkah Thoriq yang sedang memilih kanvas.

"Lima. Ini yang keenam."

"Berarti ponakan Bapak ada enam sekarang?"

Thoriq menggangukkan kepalanya.

"Siapa lagi yang pernah Bapak lukis?"

"Kayanya gue cuma pernah bikin replika foto keluarga. Gue nggak terlalu suka gambar orang."

"Yaaaaah. ."

Thoriq menoleh ke Lisa yang nada suaranya langsung turun mendengar jawaban Thoriq tadi.

"Kenapa lo?"

"Bapak mau lukisin saya nggak? Saya bayar deh? Komisi, komisi? Gimana?"

Thoriq menggelengkan kepalanya, lalu menyentil dahi Lisa. Suka kaget emang sama isi pikirannya Lisa.

"Harga gue mahal. Liat aja RAB yang lo kerjain."

Lisa mendengus pelan, "Nggak ada diskon pacar gitu, Pak?"

Thoriq menggeleng lagi. Lalu mengambil kanvas pilihannya.

"Gue cuma ngelukis keluarga." Ujarnya kemudian.

"Terus? Masa Bapak mau angkat saya jadi ponakan?"

"Terus? Masa Bapak mau angkat saya jadi ponakan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kedua mata Thoriq langsung melebar.

Masa dia nggak ngerti maksud gue apa?

Batin Thoriq tak percaya.

"Seriously, Lis?"

"Kenapa emangnya?"

Thoriq menghela napasnya, kemudian berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Thoriq menghela napasnya, kemudian berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaannya.


"Paaaaak. . Pacaran sama ponakan nggam boleh tauuuuuu!!!!!" Cecar Lisa sementara Thoriq semakin mempercepat langkahnya.

"Gue nggak salah kan? Dia yang aneh kan?" — Lisa

.
.
.
.
.
.
.
.
.


Selamat siang :)

Terima kasih sudah mau membaca :)

Much love

Iusernem

HER [BTS Local AU]Where stories live. Discover now