27. Love Is In The Air

879 135 20
                                    


Siulan Reki saat masuk ke ruangannya membuat Yogi mengerutkan dahinya sesaat. Manusia yang satu itu selama ini tidak bisa terbaca emosinya. Karena, selama ini seorang Reki selalu tampak stabil dan riang selalu. Jadi menebak isi kepala Reki adalah tugas tersusah untuk seorang Yogi yang sejatinya memang sepeka itu terhadap emosi di sekitarnya, walaupun sering kali ia memilih untuk mengabaikannya dan cuek saja. But, for sure, siulan dan mood Reki pagi itu agaknya sedikit lebih berbeda tingkat 'good mood'-nya.

"Dapet jackpot lo? Girang banget?" Celetuk Yogi sambil mengetik sesuatu di ponselnya yang most likely adalah balasan chat untuk you know who :)

"Gue mau kencan pulang kantor nanti." Jawab Reki dengan senyumnya sambil meletakkan tas kerjanya di meja.

Yogi terkekeh pelan, kemudian kembali berkata, "Diterima?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yogi terkekeh pelan, kemudian kembali berkata, "Diterima?"

Reki menggelengkan kepalanya, "Nah itu dia, Gi!"

"Lo udah nembak dia tapi?"

"Kayanya udah?"

"Yang lo bilang lo bisa bantuin move on itu? Ngenalin dia ke temen lo yang lagi nyari jodoh juga bantuin move on namanya!"

Alih - alih membalas kata - kata Yogi yang straight to the point itu, Reki hanya bisa haha - hehe semata.

"Tapi, si Aji udah bilang ke dia sih. Mungkin dia mau ngasih jawabannya hari ini? Aduh gue jadi deg - degan!"

"Good luck dah kalau gitu." Ujar Yogi sambil menepuk bahu Reki dan keluar dari ruangan mereka.

.
.
.
.
.
.
.
.

Saat jam sudah menunjukan waktunya pulang kerja bagi para karyawan, Reki yang sedang berdiri di depan pintu ruangan tim Hani pun merapikan kemejanya beberapa kali sambil menunggu Hani keluar dari sana.

It won't be that obvious lah ya, kalau sebenernya agenda mereka berdua itu sama sekali bukan urusan pekerjaan. Thanks to kemampuannya menyembunyikan isi hati rapat - rapat.

"Lha? Bapak? Nyari siapa? Mau saya panggilin?" Tanya Lisa yang agak kaget karena pas buka pintu ada Reki yang sedang bersandar di dinding lorong.

"Oh, gue nyari team leader lo. Dia masih lama?"

"Oh, Teh Hani tadi katanya mau nungguin magrib dulu, masuk aja, Pak! Saya duluan ya~" Pamit Lisa.

"Oh. . Hati - hati yak!" Ujar Reki sambil menunggu Lisa hilang di belokan lorong sana.

Saat rasanya tidak ada lagi yang akan keluar dari ruangan itu, Reki membuka pintu kaca di hadapannya, kepalanya menyembul dari balik pintu sambil mengetuk kacanya beberapa kali dan bersorak, "Punten! Go food!"

Tak lama kemudian terdengar balasan dari Hani yang berlalu sambil bersorak, "Salah ruangan, Bang!"

"ASTAGA! KAGET!" Hani langsung memegang dadanya, reflek karena kaget ternyata yang datang itu adalah Reki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ASTAGA! KAGET!" Hani langsung memegang dadanya, reflek karena kaget ternyata yang datang itu adalah Reki. Buru - buru dilepasnya rol rambut yang masih menggulung di poninya.

"Hikhikhikhikhik~" Tawa ala wiper kaca mobil Reki kemudian mengisi kekosongan di dalam ruangan itu.

"Kabar - kabarin dulu kenapa sih, Bang?" Protes Hani sambil berjalan menuju kursinya.

"Biasanya gue juga main kesini nggak perlu pake notice in advance. Kenapa, lo mau dandan dulu gara - gara kita mau kencan? Tenang lo mau gimana juga gue tetep suka!"

Rona merah langsung menjalar di pipi Hani saat mendengar omongan Reki barusan. Yang biasanya ia anggap adalah candaan Reki, ternyata adalah yang benar - benar isi hati Mas ganteng satu itu.

"Becanda mulu lo, Bang!" Hani masij denial saudara - saudara.

Sambil duduk diatas Meja kerja Hani, Reki menatapnya yang sedang membereskan tasnya.

"Han. ." Panggil Reki.

"Hmm?"

"Aji bilang apa?"

"Eh?"

"Lo mau ketemu sama gue karena yang Aji bilang kan?"

Tanpa berani membalas tatapan Reki, Hani menganggukkan kepalanya. Tak menyangka Reki si hehe-man itu bisa membuatnya kicep juga.

"Hani," Panggil Reki lagi, "Liat gue kalau mau ngomong!"

Hani menghela napasnya panjang, lalu memberanikan diri menatap Reki yang wajahnya hanya berjarak 30 cm lebih sedikit darinya.

"Bang. . Lo serius. . Suka sama gue?"

Reki menganggukkan kepalanya. Dia memang suka, jadi untuk apa ragu - ragu menjawab pertanyaannya? Akhirnya momen now or never itu datang juga.

"Dari kapan?"

Reki tersenyum simpul, lalu menjawab, "Lo nggak usah tau, nanti lo jantungan."

Hani kembali menghela napasnya, "Oke, fair enough. Tapi, Bang. ."

"Kenapa?"

"Ngg. . Sejujurnya gue nggak tau harus jawab lo gimana. Setelah gue putus sama Genta, gue kira gue nggak siap untuk punya hubungan sama temen sekantor lagi. Kalau putus nanti hari - hari ke depannya bakalan bikin makan hati nggak sih?"

Reki menganggukkan kepalanya, "Gue kuat kok. Ngeliat lo sama Genta pacaran di depan mata gue dulu, gue sanggup. Kalau masalah putusnya, kita aja belom mulai. Tapi, gue sih nggak akan mutusin elo kalau kita jadian."

"Genta dulu juga ngomongnya gitu!" Dengus Hani.

"Makanya dicoba dulu! Lama loh gue nunggu lo single lagi!"

"Baaaaang. ." Hani memutar bola matanya jengah.

"Iyaaa Neng~ apa. . Apa?"

"Tapi gue belum ada perasaan apa - apa sama lo, Bang? Gue juga nggak mau ngasih lo harapan palsu gitu aja."

"Tapi, lo nya mau nggak nyoba sama gue? That's my question. Masalah perasaan lo nantinya gimana sama gue, ya itu pikirin nanti aja. Bukannya cewe seneng ya kalau cowonya yang lebih cinta?"

Hani menatap lurus Reki yang sedang menyatakan cinta padanya itu.

Azan magrib yang berkumandang melalui speaker ponsel mereka berdua menjeda percakapan hati ke hati itu. Reki berdiri dari posisi duduknya, kemudian berjalan menuju pintu.

"Kemana, Bang?" Tanya Hani.

"Sholat magrib lah! Tas gue nanti bawain ke mushola di parkiran ya!"

"Tumben?"

"Ibadah bukan buat diumbar - umbar. Cukup cinta gue aja yang gue umbar ke elo."

"BANG REEEEKIIIII IH!"

Tawa Reki masih terdengar sampai ia benar - benar jauh menghilang dari balik pintu ruangan Hani.




Deg

Deg

Deg

Deg

Deg

Deg

Deg

Deg

Masa gue deg - degan cuma gara - gara becandaan garingnya Bang Reki doang?

Protes Hani pada jantungnya yang sekarang berdetak tak karuan.

.
.
.
.
.
.
.
.

Selamat pagi gengs

A little snack sebelum ke main dish nya

Semoga paginya senyum - senyum gara - gara Bang Reki Sableng

Terima kasih sudah mau membaca

Much love

Iusernem

HER [BTS Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang