13. New Chapter

1.3K 204 74
                                    


Sampai tiga minggu yang lalu, Genta masih berpikir kalau somehow dia dan Hani kemungkinan besar akan kembali bersama entah kapan, entah dimana. Tapi, mereka pasti akan kembali bersama.

Maka dari itu Genta memilih percaya kalau waktu akan menyembuhkan semuanya, membantu merubah semuanya, mendewasakan mereka berdua yang mungkin waktu itu belum cukup dewasa.

Sampai tiga minggu yang lalu.

Sampai Genta bertemu sebuah nama baru.

Kamilia.

Genta masih ingat senyum hangat perempuan yang lebih suka dipanggil Mila itu menyambutnya. Bagaimana raut bingungnya itu tampak menggemaskan ketika Genta menjelaskan secara teknis tentang kondisi pekerjaan mereka saat itu.

Oh, ngomong - ngomong Mila itu adalah pemilik galeri yang sedang mereka kerjakan di Bandung sana.

Genta tersenyum kecil sambil memandangi layar ponselnya. Dia bahkan belum bertukar pesan dengan Mila, hanya sekedar memantau dari instagramnya saja sudah membuat Genta senyum - senyum sendiri.

Ah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah. . Apa jatuh cinta rasanya selalu seperti ini? Sudah lama sekali saat Genta merasa jatuh cinta itu membuatnya bahagia, bukan menahan luka entah untuk berapa lama.

Dahi Genta sedikit berkerut ketika sebuah panggilan masuk datang untuknya.

Caller id bernama 'Mamak' itu sudah pasti tidak akan Genta abaikan sesibuk apapun dia, apalagi ketika dia hanya sedang stalking instagram Kamilia.

"Halo. . Kenapa Mak?"

"Masak Mamak harus kenapa - kenapa kalau mau telpon ko, Ta?"

"Ya bukan gitu maksud aku tuh, ah Mamak. ."

"Eh. . Ta.  . Ko dinas keluar? Mamak datang ke rumah ko, tapi tak ada orang?"

Genta yang sedang leyeh - leyeh di mess-nya di Bandung sana langsung terduduk. Mamaknya suka gitu, inspeksi mendadak kalau gabut di Medan. Maklum, beliau cuma tinggal sendiri di rumah. Adiknya Genta sekarang sedang kuliah di Singapore, sementara Ayahnya sudah lebih dulu kembali ke pangkuan tuhan sekitar empat tahun yang lalu.

"Mamak kenapa nggak bilang sama aku kalau mau ke Jakarta? Kan bisa aku jemput?"

"Kau ini, macam Mamak tak bisa aja jalan sendiri."

"Besok pagi aku balik ke Jakarta ya Mak? Aku di Bandung, dekatnya."

"Kalau kau masih ada kerjaan tak usah buru - buru, Mamak disini ditemani sama si Hani."

Hani. . .

"Eh Mamak, aku sama si Hani kan udah putus. . Nggak enak lah~"

"Kenapa pulak kau yang heboh? Si Hani biasa aja sama Mamak?"

"Ya udah besok aku balik ke Jakarta ya."

"Hmmm. ."

Setelah panggilan dari Mamaknya selesai, Genta kembali berbaring sambil menatap langit - langit kamarnya dan berpikir, sampai kapan mereka berdua harus terjebak seperti ini?

.
.
.
.
.
.
.
.

Esok paginya, Genta berangkat ke Jakarta dengan kereta paling pagi. Dan benar saja, ketika ia sampai di rumah, Hani ada di rumahnya sedang mencuci piring bekas sarapan bersama Mamaknya mungkin.

"Woi. ."

"ASSALAMMUALAIKUM GENTA! KAGET GUE TUH!"

Hani yang sedang cuci piring melempar Genta yang berdiri di belakangnya dengan air dari keran cucian piringnya.

Genta terkekeh pelan, kemudian membuka tudung di meja makannya.

Adegan ini dulu pernah berkali - kali Genta bayangkan. Ketika ia pulang kerja, Hani akan menyambutnya di rumah lengkap dengan makanan hangat di meja dan stok pelukannya.

"Mamak mana?" Tanya Genta sambil mencomot tahu goreng yang ada di meja.

"Tadi abis sarapan keluar bawa handuk, kayanya mau senam pagi sama ibuk - ibuk di komplek." Jawab Hani seadanya.

"Ko nggak ikut? Ikut sana biar kurus!"

"Biar gue kaya gini, dulu lo cinta mati sama gue ya Ta ya!?"

Dulu.

That's the keyword.

"Han. ."

"Hmm. ."

"Makasih udah nemenin Mamak dari kemaren."

"Sama - sama Bang Genta~ nanti bayarannya lo transfer aja atau jajanin gue hehehe~"

"Han. ."

"Apa lagi? Mau makan? Tuh! Nasi uduknya masih ada!"

"Besok - besok kalau Mamak nelpon ko, terus mintak temani sama ko, ko tolak aja. Ko kan juga sibuk kerja. Mamak pasti ngerti kok, kalau kita udah putus."

Hani berhenti mencuci piring yang ada di tangannya, kemudian membasuh tangannya sebelum menghadap Genta yang duduk di kursi meja makan.

"Ta. . Gue nemenin Mamak bukan karena gue belom move on dari lo kok, kalau itu yang lo pikir. Gue ngelakuin ini karena gue emang mau. Kita lama sama - sama Ta, wajar kalau gue juga sayang sama Mamak."

Genta terdiam sesaat. Kemudian bergumam pelan, "Sorry. ."

"Terlepas dari kita putus atau nggak, gue nggak mau putus silaturahmi sama orang yang baik sama gue, Ta. Salah satunya Mamak."

"Iya. . Iya. . Sorry. ."

"Jangan ngomong kaya gitu lagi lo ya!"

"Iyaaa Hani iyaaa. . ."

Hani kembali memunggungi Genta dan melanjutkan cuci piringnya.

"Han. ."

"Apa?"


"Aku jatuh cinta sama orang lain. ."

"Hmmm. ."

"Nggak apa - apa kan?"

"Ya nggak apa - apa lah Ta. ."

Genta berdiri dari dudukannya, dihampirinya Hani yang masih berdiri sambil memunggunginya, lalu Genta menepuk bahu si cantik itu pelan.

"Kita mulai yang baru sama - sama ya? Ko juga harus bahagia."


"Hmmm. . ."

.
.
.
.
.
.
.
.

Selamat malam

Terima kasih sudah mau membaca

Abis ini mau ketemu siapa???

Much love

Iusernem

HER [BTS Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang