28. Dinding Penghalang

367 91 26
                                    

"Harus ada yang dikorbankan, bukan?"

Keheningan yang menimpa mereka cukup lama, dengan kaku Raka berdehem.

"Lo, ganggu suasana aja." timpal Kyler.

Dua alis milik Varro menekuk tajam. "Oh, jadi lo gak ngehargain pengorbanan mereka berdua?"

"Bukan gitu, njing!" Judes Kyler.

"Kalian gak mau pulang?" Dengan cepat Raka menyela pertengkaran yang baru saja akan dimulai itu.

***

Membuka matanya dengan tiba-tiba, Raka langsung terduduk dari tidurnya. Ah, dia mimpi buruk lagi.

Raka melihat ke arah jam antik yang berada di dinding kamarnya, pukul 04:30. Dia mengambil air putih yang berada di nakasnya dan langsung meminum air itu.

Menaruh gelas di tempat semula, Raka berniat pergi ke balkon kamarnya.

Menatap suasana kota Lingga yang menjelang pagi hari membuatnya tenang. Merasa sang mentari mulai memunculkan diri, Raka buru-buru kembali ke dalam kamarnya untuk melaksanakan sholat subuh.

***

Raka menyelusuri kerajaan Nicholas sambil mencari teman-temannya yang lain, ini masih pagi akan tetapi teman-temannya tidak ikut saat sarapan begitupun Ibu dan Adiknya.

Sebenarnya tadi dia bertanya kepada salah satu prajurit, barangkali mereka mengetahui di mana keberadaan teman, Ibu dan Adiknya. Namun jawaban dari prajurit itu membuat Raka merosotkan bahunya.

"Pada kemana sih." monolog Raka.

Saat melewati jalan ke dalam lapangan Panahan Raka baru ingat, Kyler adalah kesatrianya bukan? Dengan cepat dia melangkahkan kaki ke arah tempat panahan.

Raka berkecak pinggang setelah melihat seseorang yang familiar sedang mengawasi orang-orang yang berlatih memanah.

"Gue cari kemana-mana, eh ternyata lo disini." ucap Raka sambil menghampiri Kyler.

Kyler menoleh kearah Raka, lalu membungkukkan badannya. "Selamat pagi, Pangeran."

Raka terdiam. "Eh? Pagi." bingungnya.

"Apakah Pangeran mau berlatih memanah lagi?" Tanya Kyler.

Raka menggeleng. "Kok lo aneh?"

Kyler mengerinyitkan dahinya. "Maksud Pangeran apa? Saya tidak mengerti."

"KAK!"

Raka membalikkan badannya setelah mendengar panggilan dari Adiknya.

Luna tersenyum kearah Kyler lalu saling membukukan badan. Setelahnya, Luna menarik Raka.

Setelah keluar dari lapangan panahan, Luna berhenti di depan pintu sebuah ruangan yang tidak diketahui apa isinya oleh Raka.

"Datang-datang langsung narik, ada apa Luna?" Tanya Raka.

Luna berdehem terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Raka. "Mereka udah pulang, Kak."

Raka langsung konek. "Gimana caranya?"

Łingga [END]Where stories live. Discover now