19. 01:22

389 132 57
                                    

"Selamat bermain."

Malam ini mereka mendirikan tenda didekat sungai. Mengelilingi api unggun untuk menghangatkan badan.

"Arus sungainya lumayan ya." ditengah keheningan, Dhafin berucap.

Semuanya lantas menolehkan kepalanya kearah sungai, memang benar arusnya lumayan besar.

Mereka harus berhati-hati, takut-takut terpeleset lalu terbawa arus sungai, kan gawat.

"Hati-hati kalau mau ambil air." Raka mengeratkan jaketnya, demi apapun malam ini sangat dingin.

"Disertai baca doa juga." tambah Dhafin.

"Perempuan masuk tenda aja, makin malam makin dingin soalnya." mendengar ucapan Raka, para perempuan pun masuk kedalam tenda.

Didalam tenda perempuan bukannya tidur, malah mengobrol terlebih dahulu. 'Ritual yang tidak boleh dilewatkan' kata Kinan.

Arisha, Kinan, Tanaya, Olive dan Alie. Kini duduk melingkar. Beruntung tenda milik Tanaya lumayan besar, jadi cukup untuk mereka berlima.

Walaupun harus berdempetan.

"Semuanya, gue mau cerita." Kinan memulai obrolan.

"Silahkan."

"Sebenernya pas gue pisah sama kalian, banyak makhluk aneh yang gue jumpai." Kinan membuka jaketnya, lalu menyingkap lengan bajunya.

Luka cakar yang sudah mengering terpampang ditangan Kinan, sontak mereka terkejut.

"Lo dicakar hewan?" tanya Arisha, sambil mengelus luka yang sudah mengering itu.

Kinan menggeleng, membuat mereka bingung.

"Sama setan, pokoknya bentukannya serem-serem. Dan bukan cuma satu! Tapi banyak." ucap Kinan.

Alie mengusap dagunya. "Itu permainan yang sebenarnya. Disini kita dihadapkan dengan hal magis yang lebih ekstrim, gue harap kalian jangan kaget." jelasnya.

"Makhluk-makhluk itu harus dimusnahkan." celetuk Olive.

"Tapi jumlahnya banyak."

"Kamu yakin sebanyak itu? Bisa saja mereka membuat kloningan."

"Gue setuju, kalau mereka banyak karna buat kloningan. Kita harus musnahin yang aslinya." setelah mencerna ucapan Olive, dia setuju.

"Aku tidak sabar mengayunkan pedang untuk menebas tubuh mereka." jangan berpikir bahwa Tanaya lemah, skill berpedangnya bagus.

"Tapi, kau tidak membawa pedang." meruntuhkan harapan Tanaya, Olive memegang Pedangnya dengan bangga, beliau juga sangat bagus dalam berpedang.

Tanaya terlihat kecewa, pupus sudah harapannya.

Arisha dan Kinan diam membisu, apakah petualangan kali ini akan ada adegan beperang atau semacamnya?

Alie menghela nafas gusar. "Apapun yang akan terjadi kedepannya, aku harap tidak ada yang gugur."

Tanaya merangkul alie. "Intinya saling menjaga aja."

***

Luna melamun didepan rumahnya. Mendengar ucapan Ayahnya bahwa Raka dan teman-temannya sedang berada diambang bahaya, membuatnya khawatir bukan main.

Luna sempat merengek kepada Ayahnya untuk mendatangi tempat dimana Raka berada. Namun, Deon tidak bisa.

"Kak, aku harap kalian baik-baik aja."

Łingga [END]Where stories live. Discover now