18. Awal kedua

368 130 38
                                    

"Sudah kubilang, jangan berharap lebih."

Kaki itu berlari dengan terseok-seok, serasa dikejar malaikat maut. Nafasnya tersenggal-senggal, ia berusaha menyembunyikan tubuhnya dibalik batu yang berukuran besar.

"Gue yakin, kali ini pasti bakal lebih parah dari sebelumnya ..."

***

Sebuah putaran muncul ditengah hutan, mengeluarkan magnet berkedok angin.

"Si tua bangka itu!"

Alie berjalan bolak-balik seperti setrikaan. Dengan tidak enak hati dia meminta agar yang lainnya kembali berkumpul.

Bukan tanpa sebab dia meminta yang lain berkumpul, alasanya karna tadi seseorang datang kemimpinya dan meceramahinya karna tidur dikeadaan darurat.

'Bangunlah Alie! Bisa-bisanya kau tidur dikeadaan darurat seperti ini! Bangun bodoh!!' Ucapan seseorang itu lantas membangunkan Alie dari tidur siangnya.

Tiger menatap Alie dengan tajam. "Cepat katakan wahai jelmaan setan!" melihat Alie yang berjalan bolak-balik membuat dirinya pusing seketika.

Alie akhirnya diam, menatap satu-persatu temannya. Seseorang yang datang dimimpinya adalah dia, memberitahu bahwa permainan itu akan mulai dalam hitungan menit.

"Permainan akan dimulai dalam hitungan menit." ucap Alie, membuat mereka yang tadinya mengunyah makanan seketika berhenti.

Bibir Dhafin melengkung kebawah, bahkan makanan yang saat ini dikunyahnya seketika terasa hambar.

Mengapa secepat ini?

Olive mengangkat suara. "Secepat ini?"

Arisha tidak habis pikir, setelah mereka ditarik kedunia lain, sekarang mereka harus mengikuti permainan yang tidak biasa untuk keluar.

Raka dilanda kekhawatiran, lalu bagaimana Ayah dan Adiknya?

Angin sejuk tiba-tiba menerpa mereka. Saking sejuknya, mereka tidak sadar bahwa angin itu menarik mereka kepermainan.

***

Mereka mengerynyit heran setelah membuka mata.

"Ini, hutan Lingga." Alie berjalan pelan sambil melihat-lihat sekitar, memastikan tebakannya yang ternyata benar.

Tas mereka ada disamping pohon, tapi tunggu! Baju yang kini mereka pakai adalah baju yang terakhir mereka pakai saat berpisah, dan akhirnya ditarik kedunia lain.

"Berarti, kita udah keluar?!" Rai bernafas lega.

"Gue pikir gak semudah itu." Memang benar ini Hutan Lingga, namun hawanya semakin mencekam dan negatif.

"Ini dimana?" tanya Tanaya.

"Hutan Lingga." balas Olive.

"Jadi, tujuan kita sekarang apa?"

"Mungkin menemukan jalan keluar? Kita bawa tas kita aja dulu."

Mereka menggendong tas mereka. Namun, Tanaya yang baru melihat tas itu terlihat senang.

"Keren."

Łingga [END]Where stories live. Discover now