17. Permainan

380 133 32
                                    

"Kena kau."

Arisha berjalan dengan kesal, sedangkan Rai dan Alie yang berjalan mengikutinya dibelakang terlihat cengengesan.

"Ayolah Arisha! Kenapa lo jadi gini? Gue sama Alie cuma bercanda!" Rai berusaha berjalan disamping Arisha.

"Diam Rai, gue kesel sama Alie doang kok."

Tanpa disangka Rainer juga berpura-pura tidak mengenal Raka dan yang lainnya. Alasannya karna dia malu akan keegoisannya sewaktu berada dihutan Lingga.

Brukk

"Eh maaf!"

Arisha, Rai dan Alie menatap Dhafin dengan kaget.

"Lhoh! Alie? K-" Dhafin mengerynyit.

"Alie?"

Alie membulatkan matanya, Leroy berjalan kearahnya sambil tersenyum miring.

Dalam satu jentikkan jari, Alie dan Leroy berada disatu ruangan gelap.

"Aku tidak bodoh, jadi aku tau kau pasti akan berkhianat." seringai tajam dibibir Leroy masih bertahan.

"Persetan dengan berkhianat, aku tidak akan membiarkan dia jatuh ditanganmu." Alie mencoba keluar dari ruangan gelap itu, dia kira akan susah ternyata tidak.

"Benarkah? Kalau begitu terima konsekuensinya. Dalam satu minggu, kau mengerti bukan? Nikmati permainannya, hahaha!!" Alie mematung mendengar samar perkataan dari Leroy,  membuat Dhafin mengerynyit.

"Ada apa?"

"Kita semua harus kumpul."

***

Dhafin berlari menghampiri Kyler yang sedang memanah. Dengan tidak berdosanya, Dhafin merebut alat panah Kyler lalu membuangnya dan menyeret Kyler kearah gerbang keluar.

"Lo ngapain si?!"

"Stt! Ini gawat darurat."

Selangkah lagi mereka mencapai gerbang, Tanaya mencegah mereka berdua.

"Kalian mau kemana??" tanya Tanaya dengan bingung.

"Kerumah temen." jawab Dhafin seadanya.

Mata Tanaya berbinar. "Aku ikut! Ya?"

Dhafin melepaskan tangannya dari baju Kyler. "Tuan Putri tidak boleh keluar dari Istana sembarangan, nanti Raja marah loh."

"Kata siapa? Bahkan aku sering keluar sendirian."

Kyler berdecak. "Yaudah ayo, lo temen kita juga."

Dhafin menggaruk tengkuknya. Dia hampir lupa, didalam tubuh Putri Tanaya kan ada jiwa Tanaya teman mereka.

"Oke, let's go!"

Tanaya terlihat senang, mereka bertiga pun berjalan keluar gerbang.

Ternyata ucapan Tanaya benar, jika dia tidak diizinkan untuk pergi keluar pasti penjaga gerbang akan menahannya. Tapi diluar dugaan, ternyata tidak.

Dhafin berpikir, bukankah Putri Kerajaan biasannya sangat dijaga ketat? Tapi lihatlah Putri Tanaya, ditegur saja tidak.

Tanpa mereka sadari, seseorang mengikuti dibelakang dengan wajah tenangnya.

Łingga [END]Where stories live. Discover now