22

46 9 4
                                    

Huwaa demi apa udah bab terakhir aja seeuuu, ketemu lagi di cerita aku berikutnya.

Selamat kamu adalah seseorang yang akan menjadi tokoh di cerita berikutnya.

Rea berlari lari kegirangan di hadapan Merta, sehingga ia berjalan membelakangi, belum pernah ia rasanyakan segembira ini.

"Rea, jalan yang benar ntar kamu jatuh loh," tegur Merta.

"Santai aku udah paham kok jalannya."

"Ckk, ga usah bandal nanti kamu terlamggar batu jatuh loh."

"Ia, ia," Rea pun membenarkan posisi berjalannya.

"Nah gitulah."

"Mer, ke taman nanti yok, aku mau buat puisi."

"Ayok, aku juga mau ngelukis, ada bapak bapak yang ingin beli lukisanku walau pun ukurannya kecil tapi ga masalah."

"Nah bagustu."

Sampai di koridor, keduanya harus berpisah karena kelas mereka yang berbeda.

"Baru nyampai, Re," sapa Naska yang sudah duduk rapi di bangku.

"Ia nih, soalnya Merta lama jemput aku."

"Widihh asek asek, sekarang udah semangkin dekat ajanih nampak."

"Nas, tau ga?"

"Apa? Kyaknya gw semangkin hari semangkin sukadeh sama, Merta," Rea berbisik ke telinga Naska.

"Nah bagus dong, nunggu apa lagi, elu bisa nyuratkannya."

"Aah gengsilah, biarin dia deluan yang nembak."

Rea mengeluarkan laptopnya, ia menunjukkan cerita yang ingin ia publish di web menulisnya itu.

"Jadi kamu sudah menjadikan Merta tokoh?"

"Ia lah, dia bakalan menjadi abadi. Karena aku sudah cinta sama dia."

"Rea, gw harap semoga kali ini orang yang elu temui emang benar benar orang yang tepat ya."

"Semoga, aku yakin Merta adalah orang nya."

Sore pun tiba, keduanya sampai di taman, Merta sudah siap dengan kuasnya, dan Rea sudah siap dengan buku, dan huruf huruf yang akan ia rangkai.

Tangan mereka berdua bergerak bersamaan, Merta mencoretkan di canvas, dan Rea menuliskan di buku.

"Mer," ujar Rea.

Keduanya sama sama berhenti.

Merta mengarahkan wajahnya ke, Rea yang ada di sebelahnya itu. "Ada apa, Re?"

"Nama kepanjangan kamu siapa Mer? Saya lupa," gadis itu tertawa kecil.

"Mangata amerta."

"Merta, kamu mau aku abadikan."

"Maksud kamu?"

"Di dalam baik aksara, Mer."

"Ga mungkin, kamu ga bercanda?"

Bagi Merta ini mungkin bercanda, pada dasarnya, Rea tak pernah mengabadikan seseorang kecuali Atta ilal al rezi.
Jadi membuat dirinya seperti mimpi.

"Aku ga bercanda Mer, selanjutnya kamu adalah sebuah tokoh utama yang akan menjadi paforit saya."

"Hahaha," Merta tertawa mendengar itu, ia merasa bahagia mendengar ucapan Rea.

"Re, begitu pun dengan kamu, kamu adalah seni yang nyata bagi saya, kamu tidak lagi fatamorgana, Re."

"Kalau aku jatuh cinta denganmu akan aku jadikan buku, agar semua orang tau bahwa aku benar benar cinta dengan kamu."

"Dan kamu akan selamanya hidup di dalam lukisan saya yang terpajang nanti, agar semua orang mengetahuimu."

"Btw, makasih Re, kamu perempuan hebat saya tidak akan mengecewakanmu."

"Sama halnya seperti kamu, laki laki hebat yang benar benar tulus, kamu baik Mer. Kamu pengertian dengan aku."

"Re, mari sama sama abadi di dalam karya kita masing masing."

Rea faham maksud Merta.

Begitulah kisah percintaan keduanya selain menjadi pasangan mereka berdua juga bahkan menjadi sebuah tokoh di dalam karya pasangannya, Rea yang selalu membuat cerita tentang Merta, dan Merta yang selalu melukiskan wajah Rea dengan bentuk indah di dalam canvas.
Hingga keduanya di kenal semua orang.

~Tammat.~

Bentala sastra Rea (TERBIT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ