3

74 26 6
                                    

Arunika hari ini layaknya seperti kladestin Buana tiada yang tau.

08. 00 Wib.

Di saat Rea sedang menyiapkan buku- buku yang akan ia bawa ke kampus, tiba tiba pemilik kosan itu datang, dengan membawa papa Rea, dan saudara tirinya Anjel.

"Terimakasih ya buk," ujar papa Rea.

"Sama sama," ibu itu pun pergi meninggalkan mereka.

"Mau apa lagi papa kemari?"

"Rea, papa dengar sekarang kamu sudah menjadi penulis ya? Papa kemari mau minta hasil kamu dari menulis."

"Gak bakal, sampai kapan pun aku ga bakal ngasih sepeser pun buat papa."

"Kamu ya, udah berani melawan kamu!"
"Udah kak, bagaimana pun juga jasa papa ke kamu ga akan ternilai," sahut Anjel.

"Apa? Jasa? Kamu ga tau apa apa, jadi ga usah ikut campur masalah kami. Diam kamu!" baru kali ini Rea benar benar mengeraskan suaranya berbicara, sehingga hal itu membuat Anjel terdiam geram.

"Pa! Pintu keluar sebelah sana, so silahkan keluar. Aku ga nerima tamu soalnya."

"Kurang ajar ya kamu Re," plakk lelaki yang berhadapan di depan Rea itu menamparnya sangat kuat, Rea hanya memegangi bekas tamparan tersebut.

"Bagus, what a beautiful moment, asshole," ujarnya keluar.
Di saat hendak menutup pintu ia membantingkan pintu kos sehingga mengeluarkan suara yang kuat.

"Tamu sampah yang tidak tau malu," cetusnya di luar.

Rea pun berangkat ke kampus, wala pun hatinya sedikit gondok melihat papa, dan saudara tirinya itu.

Kampus:

"Rea, tumben tumbenan masam amat wajah kamu, ada apa?" tanya Naska duduk di samping bangku Rea yang kosong.

"Hari ini, aku kedatangan papa, dan saudara tiruku. Mereka ingin meminta uang hasil menulis yabg selama ini aku kumpulin."

"Apa? Dengan seenak itu? Setelah mereka membuat lo depresi? Ga bisa di biarin," mendengar pernyataan Rea membuat Naska ikut geram, bagaimana pun Rea adalah sahabat Naska.

"Re kamu ga ngusir mereka?"

"Udah, tetap aja mereka bertahan di kosan itu."

"Re, buat sementara kamu bisa keluar dulu. Lagiankan kamu juga udah punya rumah sendiri."

"Ga, aku ada rencana," Rea tersenyum tipis."

"Tapi Re, dari pada kamu ngebatin di situ. Mending ke luar aja."

"Tenang aja, masa pembayaran kosan aku tinggal 2bulan lagi, jadi aku undang saja ibu, saudara tiriku, dan papaku ke situ, saat jatuh pembayaran aku pastikan aku tidak akan kembali, barulah aku ke rumahku," cetusnya.

"Ide bagus, tapi kalau mereka ngapa ngapain elu cepat- cepat bilang ke aku ya."

"Aman," mereka saling tosan ala khasnya.

Saat Rea mengarahkan pandangannya ke arah kaca, ia seperti melihat Atta yang berada di luar, sebenarnya Rea tak yakin bahwa itu Atta tetapi, Rea memperhatikannya lagi, ia bahkan mengerutkan keningnya. Ternyata itu benar benar Atta, sepeda motor itu persis kepunyaan Atta.

"Ada apa orang ini kemari, mengapa semesta harus mengirimkannya lagi," Rea mengarahkan pandangannya ke depan, hatinya mulai kacau lagi.

Bentala sastra Rea (TERBIT)Where stories live. Discover now