12

33 14 17
                                    

Pertemuan yang singkat adalah seleksi luka paling hebat.

Rea, duduk di dekat jendela memandangi Ilal bersama billa anak ke senian sekelas dengan Merta, dari gedung lantai tiga begitu jelasnya Rea melihat keduanya di parkiran, ia menghelai nafas malas, sampai Naskala datang menghampirinnya.

"Serius amat," celoteh Naska mengganggu.

"Berisik," jawab gadis itu singkat.

"Ada apa lagi?" tanya Naska ikut serta melihat ke jendela pemandangan Ilal dan Billa.

"Owwh pasti soal Atta ilal al rezi, dia mulu."

"Ye biarin dong."

"Re, kamu ga ada kepikiran buat nama dia di dalam karyamu?" ujar Naska melirik.
Perkataan Naska kali ini ada betulnya juga bagi Rea, ide itu membuat otak otak Rea yang tertumpat kembali cemerlang kinclong.

"Nah ia ya, kok aku baru kepikiran buat dia sebagai tokoh utama di dalam karyaku," cetus Rea bersemangat kembali.

"Buat aja," sebenarnya Naska malas tetapi ia, tidak boleh memadamkan semangat seorang Rea.

"Aku mau keluar bentar nyari angin," Rea tak lagi memperdulikan Naska.

Pov Naska:

Saat ia berjalan- jalan di loker, kebetulan sekali ia bertemu Merta saat itu.
"Merr," teriakan Naska membuat Merta menoleh sekaligus kaget.

"Eh, elu, kenapa?

"Ckk, kalian belum masuk?"

"Dosennya ga masuk, tapi kami diberi tugas buat melukis abstrak."

"Owwh gitu."
"Kenapa emangnya?"

"Gw liat liat, elu suka ya sama, Rea?"
Merta tertawa pelan menggelengkan kepalanya.

"Apaansih, ga lah. Kita itu hanya temanan doang."

"Halah temenan apamya, gw tau kok."

"Jujur lu," sambar Naska.

"Ya begitulah."

"Nah gw bisa atur, elu maukan gw dekatkan dengan dia."

"Caranya?" Merta seperti percaya tidak percaya mendengar perkataan Naska.

"Gampang itumah," Naska berbisik ke telinga Merta.

"Nah gimana deall?"

"Deal!" keduanya saling berjabat tangan untuk mensahkan perjanjian mereka.
"Kalau gitu, gw ke kelas dulu ya."

***

Senin, 7 september, nanti adalah hari dimana yang di tunggu tunggu seorang, Rea karena hari itu merupakan hari pengumuman event menulis yang ia ikuti beberapa minggu yang lalu.
Rea, mendatangi Merta ke taman, lelaki itu tampak sedang duduk sendiri sembari membersihkan kuas kuas dan sebagian temoat cat nya.

Rea, duduk di samping, Merta yang tengah sibuk.

"Rea, baru nyampai ya?"

"Ia nih, aku mau nulis, buat event lagi."

"Ouuwh gitu, event kemarin gimana?"

"Tanggal 7 nanti pengumumannya."

"Bagusdeh, semoga menang. Oh ia, kamu ngikuti berapa event?"

"Banyak."

"Novel kamu sendiri gimana?"

"Belum selesai, masih bingung biarin aja di penerbit dulu."

Yaudah deh, keduanya melakukan aktifitas mereka, Rea menulis puisi, dan Merta melukis Rea secara abstrak untuk di pajangkan ke musium nanti.

Jika lukisannya terpilih di pajang, maka ia berniat ingin membawa bundanya berobat keluar kota, apalagi akhir akhir ini komdisi bunda Merta sangat buruk, dari hari sebelum sebelumnya.

Bentala sastra Rea (TERBIT)Where stories live. Discover now