4 : Perfume

569 92 2
                                    

"Apa dia sudah gila?"


🦩🦩🦩


Sakura berjalan lemas dengan sebuah es batu terbalut kain yang ditempelkan ke hidung. Selepas insiden wajahnya yang dihantam bola voli sewaktu istirahat tadi, Sakura terpaksa dibawa ke UKS dan menerima kompres pada area hidung. Berulang kali Jiji dan Shikamaru meminta maaf karena merasa bersalah. Belum lagi lemon tea Sakura ikut tumpah membasahi seragam olahraganya.

"Biarkan aku mengantarkanmu pulang, Sakura." Shikamaru terus berjalan di samping gadis itu sambil terus menawarkan hal yang sama.

"Aku juga membawa mobil, kau bisa aku antar. Akan lebih baik jika kau cepat sampai rumah." Kali ini Jiji berada di sisi lain. Gadis itu hanya menggeleng dan berkata 'tidak' sejak tadi. Demi Tuhan Sakura bukan bermaksud untuk marah, tapi dirinya memang merasa tidak harus sampai diantarkan pulang.

"Apa kau menunggu aku memaksa?" Shikamaru berdiri di depan menghalangi jalan. Sakura memutar bola matanya malas.

"Aku benar-benar tidak masalah. Lihat!" Sakura mengangkat es batunya, memperlihatkan hidung mancung itu tampak merah kebiruan dan sedikit membengkak. "Pulanglah lah lebih dulu, aku akan naik bis."

Shikamaru menahan bahu Sakura. "Setidaknya jangan biarkan aku dimarahi oleh kakakmu."

"Aku akan bilang ini kecerobohanku. Kau tidak perlu takut."

"Tidak."

"Ayolah, Shikamaru."

Seorang siswi mendatangi kegiatan kompromi 3 manusia itu. Rambutnya di kucir empat dan tiba dengan wajah penasaran.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya siswi itu khawatir pada sakura.

"Temari-senpai! Kebetulan kau di sini. Kau ingin pulang bersama Shikamaru, bukan?"

"Eh?" Ada rona merah di pipi kakak kelasnya tersebut.

"Maaf, Tem-"

Sakura langsung saja memotong kalimat dan mendorong Shikamaru untuk mendekati Temari. Ia tahu jika kedua adam dan hawa itu sering berangkat dan pulang sekolah bersama. Sebaiknya ia harus segera pergi sebelum masalah lain timbul.

"Sampai jumpa senpai, Pak Ketua." Sakura lantas menarik Jiji untuk pergi menjauhi Shikamaru dan Temari. Sesampainya di gerbang sekolah, Sakura baru sadar dan melepaskan genggamannya pada Jiji.

"Jadi kau pulang denganku, bukan? Aku akan ambil mobilku dulu."

"Tidak! Terimakasih."

"Hei, kau mau kemana?" Jiji menahan lengannya.

Tin! Tin!

Bunyi klakson yang familiar. Coba lihat Sakura. Taraaa.... ada kakak imutmu di sana.

"Aku pulang dengan kakak ku. Pergi sana!" Sakura mendorong Jiji untuk menjauh. Sampai ia di tempat semula, Sakura melewati Sasori begitu saja.

"Sakura, ayo pulang."

Sakura pura-pura tidak mendengar. Sasori mendorong motornya dari atas bangku, berusaha mengiringi langkah lebar Sakura. Ia membuka kaca helmetnya dan menyadari ada yang tidak beres dengan wajah adik merah mudanya itu. Khawatir, Sasori pun langsung turun dan memarkirkan motornya begitu saja.

"Kenapa hidungmu?" Sasori mencoba menyingkirkan es batu Sakura. Namun gadis itu malah menolak dan mempercepat langkahnya ala jalan santai. Tap, tap, tap.

"Kau berkelahi, Saki?"

"Ck! Yang benar saja!" Dugaan Sasori hanya memperburuk keadaan hati Sakura. Lagian kenapa juga Sasori ganteng nan imut itu menjemputnya? Dia pikir Sakura akan luluh?

Here With Me [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora