10. Panglima Ararki

343 79 10
                                    

Hutan nan luas ini adalah rumah ternyaman bagi Harjun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hutan nan luas ini adalah rumah ternyaman bagi Harjun. Vino melihat Harjun tengah berbicara dengan seekor kucing hitam. Bagaimana dia bisa kesepian? Dia saja bisa berbicara dengan semua yang ada di sini.

Batu, contohnya.

"Hei, bangun, batu! Selalu saja tidur. Nanti tidur untuk selamanya, baru tau rasa, kau!"

Bunga.

"Kau kelihatan cantik hari ini, mawar!"

"Hei, melati! Wah ... Wangimu semerbak sekali hari ini."

Rerumputan.

"Maaf, aku tau itu sakit, sekali lagi maaf, ya, kau ku injak."

Pepohonan.

"Permisi, para kakek dengan rambut yang sudah gondrong, aku membawa keturunan raja di sini."

Meong!

Itu kucing hitam yang persis Vino lihat di dalam mimpi. Apakah akan berubah menjadi Lanu? Vino tak urung meyakini hal itu karena di sini, di alam entah apa ini, semua hal bisa terjadi.

"Hei, dari mana saja? Ku cari dari tadi, ternyata di sini kau."

Miaw, meong!

"Habis baca buku? Buku apa lagi yang kau baca?" Harjun lancar berbicara dengan kucing itu.

CYAS!

Dalam sekejap kucing itu benar-benar berubah menjadi manusia. Bagai sinar berlian memukau mata, seorang panglima muncul jua bagai bidadara dari surga.

"Kak Lanu?!"

"Hormat hamba pada Yang Mulia." Lanu yang tadinya masih jadi kucing sekarang membungkuk hormat.

"Kak Lanu... Tadi jadi kucing?"

"Kekuatannya itu memang berubah jadi kucing, Yang Mulia." Harjun menjelaskan.

Vino berpikir sebentar. Apa keuntungan berubah jadi kucing saat berperang? Sepertinya tak ada.

"Ah! Kepalaku!" Vino memegangi pelipisnya. Sakit. Benar-benar sakit.

"Hei, musuh semakin mengejar kita!"

Vino melihat dua panglima yang berlari dengan sekuat tenaga.

"Panglima Kumbara! Sedikit lagi aku akan berubah!"

"Jangan sekarang! Kau gila?!"

CYAS!

Lagi-lagi Lanu berubah menjadi kucing. Menyelinap di antara sela kaki para musuh kemudian berlari menuju hutan, meninggalkan Harjun yang masih berjuang agar tak tertangkap.

SRAT! TAK! TAS!

Satu demi satu anak panah tepat mengenai dada prajurit dari pihak musuh. Harjun tersenyum miring, kemudian berlari mengejar Lanu yang sudah mendahuluinya.

Panglima Raja KelanaWhere stories live. Discover now