06. Panglima Salvador

506 115 3
                                    

Untuk pertama kalinya Vino merasakan musim gugur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk pertama kalinya Vino merasakan musim gugur. Dedaunan berjatuhan meninggalkan ranting yang menopangnya. Tak kuasa binar mata Vino takjub.

Indah dipandang jalanan yang tengah dilalui olehnya. Daun-daun kering bagai bunga warna-warni yang menyambut kedatangan dirinya yang tengah diberikan tumpangan kuda oleh Aksa, yang mengaku sebagai panglimanya.

"Kita mau kemana, kak?" tanya Vino.

"Ke Kota Patera, Yang Mulia. Di situlah Panglima Salvador terperangkap."

"Bagaimana kakak tahu dia terperangkap di sana?"

"Darah hamba yang berbicara."

Selekas itu tak ada pembicaraan lagi. Vino melihat ke kiri dan ke kanan. Segala daun berwarna merah kecoklatan mendekati oranye karena musim gugur telah tiba di sini. Banyaknya pohon mengiringi derap langkah kuda yang Vino dan Aksa tumpangi dengan semilir angin berhimpun dengan suasana gelap yang mendominasi.

"Kita sudah sampai. Silahkan turun, Yang Mulia," ucap Aksa. "Hamba rasa, Panglima Salvador ada di sana."

Vino melihat ke arah yang ditunjuk Aksa. Suatu pohon besar dengan dedaunan rimbun yang mulai berjatuhan.

"Kak, kalau kakak bisa mencari Panglima Salvador sendiri, kenapa harus mengajak aku?"

"Karena hanya Yang Mulia yang bisa. Yang Mulia yang harus berkorban untuk menebus dosa ayahanda Yang Mulia."

"Sebentar..." Vino menggantungkan kalimatnya. "Jadi, ayahku adalah sang raja yang menjalin hubungan terlarang dengan seorang penyihir?!"

Aksa mengangguk. Vino tak mampu berkata-kata. Bisa-bisanya dia yang tak tahu apa-apa harus terjerumus ke dalam masalah begini untuk menebus dosa seseorang yang bahkan tidak ia ketahui wujudnya?

"Antar aku kembali ke Revitas!" seru Vino. "Aku mau pulang!"

"Tapi, waktu kita sangat sedikit, Yang Mulia. Kala daun di pohon itu gugur semua, Panglima Salvador sudah tak bisa diselamatkan. Jiwanya akan tenggelam dalam keabadian."

Netra Vino terarah lagi pada pohon yang sedikit lagi tak akan memiliki daun di tangkainya. Makin lama makin cepat dedaunan di situ berguguran.

Panglima Salvador... Nama belakang Kak Yohan kan?

"Tetapi, jika Yang Mulia sudah memerintahkan hamba untuk mengantar Yang Mulia pulang, maka-"

Belum selesai Aksa bicara, Vino sudah berlari menuju pohon besar itu. Ada lubang besar yang menarik perhatian Vino. Lubang yang berada di dasar pohon, bagai pintu masuk ke dalamnya.

"Kak Yohan!" seru Vino ketika setengah badannya memasuki lubang. "Kak Yo- AHHH!!!"

Lubang itu menjebaknya. Ia terjatuh dalam lembah yang sangat dalam. Vino rasa ia sudah terjatuh selama lima menit. Lembahnya pasti dalam sekali sampai-sampai Vino sudah membatin, 'Kalau mati, ya udah, mati aja.'

Panglima Raja KelanaWhere stories live. Discover now