"Kau cukup beruntung."

Wanita itu mendengus pelan, dia melirik sinis makhluk tak kasat mata di sebelahnya.

"Sayang sekali aku tidak bisa menjadi lebih dekat denganmu."

Kali ini lirikan sinis dimatanya berganti menjadi sorot bingung. Dia tidak mengerti, Astro selalu mengatakan kata kata yang tidak dia mengerti dan memiliki makna ganda.

"Yah, sepertinya aku akan selalu dekat dengan Zoya."

Zoya? Kenapa Astro membawa bawa nama wanita gila itu? Rusma mendengus pelan. "Jangan bahas tuh nenek lampir di depan gue." 

Rusma kembali mengambil satu potongan apel dan mengunyahnya. Dia menatap kosong kearah depan, rasanya apel ini sangat pahit dilidahnya ketika mengingat hasil tesnya saat ke dokter.

Tuk!

"Ini, minum dulu susunya."

Segelas susu coklat tersaji didepannya, dia menatap cairan didalam gelas itu.

"Kenapa? Apa Astro bicara macem macem?"

Rusma menatap Dzaka yang menatapnya dengan ekpresi yang sama, datar. Kemudian meraih gelas itu dan menyeruput sedikit demi sedikit cairan itu. Astro sudah pergi karena diusir Dzaka.

"Bisa gak sih kita tinggal di tempat yang terpisah dari si Zoya, Zoya itu. Muak banget, tuh orang ngajak berantem mulu." Dia mendesis pelan, sebal sekali mengingat kedian satu jam lalu.

Zoya selalu saja mencari masalah dengannya. Selalu memancing emosi karena ucapannya yang menyebalkan, entah mengapa suami wanita itu mau menikahi wanita sejenis Zoya.

"Tanpa lo sadari itu adalah cara dia bertahan." Dzaka melirih pelan.

Rusma yang tidak mendengar kata kata Dzaka meneguk habis susunya, kemudian memyerahkan gelas kosong itu pada Dzaka. "Simpen." Katanya tanpa dosa.

Dzaka menggeleng pelan dan meraih gelas kosong itu kemudian beranjak pergi. Begitupun Rusma yang sudah bosan duduk di balkon, dia masuk kedalam kamar dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

Ini masih pagi dan dia sudah mengantuk saja. Walau merasa terganggu karena dia yang cepat mengantuk, Rusma tidak bisa menolak saat matanya meminta untuk di pejamkan.

Dzaka masuk kedalam kamar ketika Rusma sudah tertidur pulas. Dia menyelimuti tubuh wanita itu dan turun mengecup pelan perut Rusma yang masih rata.

"Terimakasih sudah hadir." Ucapnya tersenyum pelan.

Merasa terganggu Rusma membuka mata dan menatap Dzaka yang sedang mengelus perutnya. Tanpa kata wanita itu mengusap rambut Dzaka, membiarkan laki laki itu melakukan apa yang dia inginkan.

"Tidur lagi." Wajah Dzaka naik ke depan wajah Rusma, dia meniup dua mata wanita berambut pirang itu sembari tertawa pelan.

Rusma malah mendatarkan wajahnya saat melihat Dzaka yang tertawa dan menghilangkan wajah datarnya.

"Jangan pura pura lupa lo. Gue gak bisa tidur lagi kalau mata gue di tiup! Liat nih! Mata gue jadi seger lagi." Dia bersungut pelan dan duduk bersila di tengah ranjang, menatap penuh permusuhan pada Dzaka.

Dzaka kembali tertawa, dia memang sengaja melakukan itu agar Rusma tidak tidur.

"Mau kemana?"

"Mau ngegame." Dzaka menjawab santai ditengah emosi Rusma yang mulai terpancing.

"Gak boleh!" Tangan Dzaka dia tarik agar laki laki itu ikut duduk bersamanya di atas ranjang.

Dzaka menggeleng pelan. "Tadi gak dibolehin pergi sekolah, sekarang ngegamepun gak boleh juga?"

Rusma cemberut. "Siapa suruh lo ganggu gue tidur?"

Mata Dzaka memicing. "Gak mungkin gue biarin lo tidur dan berakhir kaya semalem? Lo lupa kalau lo semalem tidur dari pagi sampe malem dan gak bisa di bangunin sama sekali?"

"Itukan gak di sengaja."

"Gak sengaja tapi debaynya gak makan lo buat."

"Gak sengaja loh Azka." Rusma sebal sekali Dzaka kembali mengungkit ungkit kejadian semalam.

Walau belum sepenuhnya menerima kehadiran janin di perutnya, Rusma tidak sekejam itu untuk sengaja tidak makan dari pagi sampe malam. Kan Rusma bilang dia tidak bisa menahan kantuknya walau terganggu.

"Dari pada diem diem aja di mansion, lebih baik kita kelu-"

"Ayo tidur lagi sini." Dzaka yang sudah berbaring menarik Rusma kedalam dekapannya.

"Gue kangen temen gue tau!"

Laki laki itu menelusupkan tangannya kedalam baju Rusma dan mengusap perut wanita itu yang dia dekap dari belakang.

"Besok besok kita pergi."

"Serius Azka!" Rusma memekik sebal, laki laki ini terus saja menghalanginya untuk pergi.

"Iya serius, besok besok kita pergi." Dzaka masih menyahut dengan tenang.

"Azka!"

"Iya sayang."

🦋

Bye.



GAUN PENGANTIN ITU TAKDIRKU💘Where stories live. Discover now