Bagian IX

94 17 2
                                    

Sepanjang pesta ulang tahun tersebut, mata Chandra tak pernah lepas dari bayangan Jenara. Perempuan itu tampak bahagia, apalagi saat terang- terangan Jenara mengenalkan pada seluruh orang bahwa Satria adalah kekasihnya.

Chandra melemparkan pandangan ke arah lain. Ingin rasanya ia segera pergi dari tempat itu. tapi Chandra harus memikirkan perasaan Ben. Apalagi saat Ben juga sempat mengatakan bahwa dirinya akan dikenalkan dengan beberapa rekan bisnisnya.

Pesta akhirnya berjalan lancar. Chandra masih setia berada di sana meski sebenarnya dia ingin segera meninggalkan tempat itu. saat Chandra sibuk menyesap minumannya, saat itulah dia merasakan seseorang menarik pergelangan tangannya dan mengajaknya menjauh.

Jenara orangnya. Chandra menghela napas panjang, lalu bertanya "Ada apa?"

"Menurutmu bagaimana? Papa, akan suka sama Satria, kan?"

Chandra kesal dengan pertanyaan itu "Kenapa tidak kamu tanya sendiri dengan orangnya?"

"Kalian sangat dekat, kupikir apa yang dipikirkan Papa sama dengan apa yang kamu pikirkan." Jenara memberengut. " Satria itu nggak sama dengan yang lain, dia masuk sekolah kami karena beasiswa, bisa dibilang, dia orang pas-pasan."

"Kalau begitu, tinggalkan saja."

"Kenapa?"

"Periama, Papamu kemungkinan tidak suka, dan kedua, kemungkinan dia hanya mengejar apa yang kamu miliki."

" Satria nggak seperti itu. Dia pintar dan pekerja keras."

"Terseran kamulah." Chandra tampak enggan membahasnya.

"Kamu ini kenapa sih? Nggak suka sama pestanya? Kenapa datang?"

"Karena Papamu yang meminta." Chandra menjawab cepat. Dia lalu merogoh sesuatu dari celananya, lalu melemparkan begitu saja pada Jenara. Jenara terkejut mendapatkannya.

Dia membuka kotak itu dan mendapati sebuah kalung bertuliskan namanya. "Pakai kalau mau, kalau enggak, buang saja." setelahnya, Chandra pergi begitu saja meninggalkan Jenara yang menatap kepergiannya semakin jauh ....

***

Sembari menyesap minumannya, Chandra membuka brangkas yang ada di ruang kerjanya. Di dalam sana ada beberapa surat penting, beberapa barang berharga, dan juga... sebuah kotak beludru mungil.

Chandra mengeluarkannya. Membukanya, dan menatap sebuah cincin yang dia beli sejak 8 tahun yang lalu dan belum sempat dia berikan pada orang yang seharusnya memiliki cincin tersebut.

Chandra menutup kembali kotak tersebut dan tersenyum masam. Jangankan cincin itu, kalung pemberiannya saat itu saja, Jenara tak pernah memakainya. Mungkin karena perempuan itu tak ingin menggunakannya dan sudah membuangnya.

Dasar tolol! Apa yang kamu inginkan dari perempuan seperti itu?

Chandra melempar kambali kotak itu ke dalam brangkasnya. Menguncinya, lalu dia bangkit dan mencari keberadaan Jenara. Perempuan itu pasti sudah berada di dalam kamarnya. Dan saat ini, dia sedang ingin menyentuhnya.

Sampai di dalam kamar, Chandra benar- benar mendapati Jenara berada di sana. Perempuan itu sudah mengenaka piyamanya, dan saat ini sedang mengoleskan sesuatu pada perutnya.

Chandra tertegun.Tak bisa ... dia tak bisa menyentuh Jenara sebelum memastikan bayi-bayi itu hanya miliknya atau tidak. ..

Sialan Jenara! Kenapa perempuan itu melakukan hal ini lagi? Kenapa perempuan itu membuatnya berada di posisi ini lagi? Tak cukupkan dulu, saat perempuan itu mengandung Alaya? Benar-benar sialan!

The Guardian Devil (Chanjoy Version)Where stories live. Discover now