~•~
Kedatangan gadis aneh itu membuatnya sangat terkejut. Dia kira dia akan terkurung di tempat itu selamanya dengan rasa takut yang tak berujung. Setiap detik, menit, jam, hari, hanya ketakutan, panik, gelisah, yang menenggelamkannya semakin dalam.
Semenjak menyaksikan kejadian mengerikan itu, dia tidak berpikir untuk kabur atau selainnya, dia hanya meringkuk dan menangis meratap berharap ibunya datang memeluknya. Tidak ada lagi orang-oramg dewasa jahat itu. Tidak ada lagi pukulan menyakitkan. Tidak ada lagi ruang gelap yang menakutkan.
Saat mendengar suara langkah kaki dan pintu terbuka, ia sudah bersiap akan suara marah menggelegar dan pukulan nenyakitkan, namun yang terdengar malah suara lembut seseorang. Ia sangat terkejut sehingga hatinya menemukan harapan bahwa itu ibunya. Namun saat matanya mengintip, itu bukan sosok yang dikenalnya. Ia takut itu adalah orang jahat lainnya yang datang untuk memukul.
Hanya saja, saat dia berkata menenangkan dan berkata bahwa dia adalah gadis baik dan lembut, dirinya tergerak sehingga mengangkat kepalanya.
Dia akhirnya melihat jelas. Kakak itu tidak pernah dia lihat. Namun wajahnya memang tidak terlihat garang. Senyumannya itu sangat menenangkan seperti senyuman ibunya.
Saat dia memanggil namanya, dirinya sangat terkejut sehingga matanya mengamati lekat dan bertanya apakah dia pernah bertemu, namun sekali lagi dia yakin bahwa keduanya tidak pernah bertemu. Hanya rasa keakraban yang tak terlukiskan. Hatinya yang selalu bergetar takut, menjadi tenang saat kakak itu menyebut namanya. Dia hanya berharap ini bukan mimpi.
Melihatnya terdiam, dia sangat cemas sehingga mengumpulkan keberanian dan mengulurkan tangan. Dia takut itu hanya khayalan saja, namun akhirnya dia lega saat tangannya berhasil menarik bajunya.
"Ray? Mengapa kamu berada di tempat menakutkan ini?"
Reane melihatnya hanya diam menatap dirinya erat seolah takut akan menghilang. Dan tangan kecilnya semakin mencengkeram ujung gaunnya. Reane merasa ingin tertawa akan kelucuannya, namun ia menahan dengan hati yang lunak.
"Ray--"
Brak!
Keduanya terkejut saat mendengar pintu didobrak dari luar. Menoleh ke arah pintu, mereka melihat pria berwajah garang berdiri dengan sesuatu di tangannya.
Dia berjalan menghampiri keduanya. Reane membeku di tempat dan tak bergerak. Dia menutup mata saat pria itu semakin dekat, namun saat membuka lagi, dia teramat syok saat kaki pria itu melewatinya.
Lebih tepatnya, menembus tubuhnya!
Di tengah itu, dia melihat pria garang itu berjongkok setengah lutut di hadapan Ray yang gemetar ketakutan. Dan yang ada di tangannya itu adalah sebuah roti basi.
Tangannya yang kekar mencengkeram rahang rapuh Ray dan memasukan roti itu ke dalam mulut kecilnya dengan paksa.
"Makanlah ini dengan benar! Jika tidak aku paksa, kau tidak akan memakannya! Aku tidak sudi membiarkanmu mati membusuk di sini sebelum uangku datang!"
Keterkejutan Reane langsung menghilang, hanya menyisakan kemarahan membara saat melihat Rey-nya di perlakukan kejam.
"Hei! Lepaskan!" teriaknya dengan marah.
Hanya saja, pria itu tak mendengar. Bukan hanya suara, bahkan keberadaannya tidak di sadari pria itu. Lebih tepatnya, dia memang tidak terlihat.
Reane tak menyadari itu. Dia berdiri dan berusaha melepaskan tangan kekarnya yang mencengkeram rahang Ray, namun malah menembus. Dia berteriak putus asa dengan mata berkaca-kaca. "Lepaskan! Bajingan!"
Tetap saja. Dia seperti hantu yang tak terlihat. Hanya Ray saja yang menatapnya dengan mata merah berkaca-kaca. Dia terlihat kesakitan dan berusaha memuntahkan roti basi itu.
Akhirnya pria itu melepaskan tanpa memaksa lagi. Dia berdiri kokoh dan melihat kejam anak kecil itu. "Habiskan semuanya! Jangan terus menangis atau aku akan memukulmu!"
Melihat dia memegang roti dan mengunyah patuh dengan kepala menunduk, pria itu langsung berbalik dan pergi menutup pintu dengan keras.
Reane menggertakkan gigi dan berteriak marah. "Bajingan brengsek! Aku akan membunuhmu!"
Dia tak menyadari sekasar apa umpatannya dan sebesar apa amarahnya. Yang jelas, dia baru pertama kali merasakan semarah ini.
Menoleh dan melihat Ray-nya makan dengan keadaan menyedihkan, Reane tak bisa menahan tangisnya dan langsung mendekat.
"Jangan dimakan!" Dia membuang kasar roti berjamur itu dan melihat kondisinya.
Tak memerdulikan keterkejutannya, Reane melihat rahang dan pipinya memerah. Air mata mengalir menyedihkan dari matanya yang memerah. Bibirnya mengerucut sendu.
"Sakit?" Reane mengusap lembut pipinya.
Anak itu mengangguk dengan air mata mengalir. Reane langsung memeluknya erat dan mengusap rambutnya.
"Hiks ... Aku tidak tahu kamu mengalami penderitaan ini saat masih kecil. Hiks, apa yang harus aku lakukan?" Dadanya sangat sesak sehingga sulit bernafas. Dia merasakan anak itu balik memeluknya, lalu tangisan lembut terdengar.
Tenggelam dalam kesedihan, Reane merasakan tangan lembut mengusap pipinya. Saat membuka mata, dia berada di kamar yang akrab. Lalu di sampingnya adalah Ray dewasa yang menatapnya cemas. Bukan Ray semalam yang mendominasi, namun dia adalah Ray kecil itu, namun tubuhnya berbeda. Tangan pria masih di pipinya yang basah karena air mata.
"Ray?" panggilnya lirih. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh pipi pria itu memenuhi telapak tangannya.
Kejadian itu masih jelas, dan dadanya masih sesak akan rasa sakit dan kesedihan. Namun dia seolah terbangun dari mimpi, padahal Reane menganggap keadaan berubah begitu cepat.
Dia menyadari dirinya menangis. Melihat Ray di depannya, dia langsung mengulurkan tangan memeluk lehernya dan menangis lagi. "Hiks .. Ray ... Apa yang harus aku lakukan ...."
Dia tertegun dan menegang saat gadis itu memeluknya. Pelukan ini ... Aroma ini.. kehangatan ini ...
Untuk pertama kalinya, ujung mimpi buruk yang selalu menghantui itu berakhir begitu indah. Merasakan perasaan akrab di dunia nyata, dia balik memeluknya erat dan rakus.
~•~
Tbc
Jadi gini ...
____
22.35
Sel, 03 Jan 2023
YOU ARE READING
Dependency ✓ [Sudah Terbit]
Romance17 tahun Leane hidup di ranjang rumah sakit tanpa mengenal dunia luar. Setiap hari, ia hanya tahu rasa sakit karena keadaan tubuhnya yang lemah. Pada akhirnya, ia mati dengan damai tanpa pernah merasakan apa itu kebahagiaan. Bangun di tubuh dan temp...
17. Dependency 🌷
Start from the beginning
![Dependency ✓ [Sudah Terbit]](https://img.wattpad.com/cover/315356737-64-k470748.jpg)