Tertangkap

2.6K 313 21
                                    

"Gimana?" Tanya pria mungil dengan wajah masam bertanya kendati disaat seseorang berjaket hitam memasuki mansion, pria mungil itu berdiri dari sofa ruang tengah, hanya memakai kemeja putih kebesaran dan celana bahan hitam panjang.

Terlihat sangat cantik, dan anggun, namun sikapnya tak menunjukan itu sama sekali.

Sang pria berambut putih menoleh, "Masih dalam pantauan."

Si pria mungil mendekat, pria berambut putih itu langsung saja memeluknya, mereka berpelukan selama beberapa menit, dengan si pria mungil yang tak memberikan afeksi apapun, maupun sebuah ekspresi yang berarti, wajah itu datar dan dingin seperti malam ini.

Mereka saling berpandangan satu sama lain, sebelum melepaskan pelukan yang seharusnya hangat itu. 

Mereka duduk berhadapan, saling menatap dingin satu sama lain, tak ada percakapan apapun setelah pelukan itu.

Hanya ada tatapan dingin menusuk yang dilakukan keduanya.

"Move now, I'm tired of waiting, he'll gonna be mine asap." 

Si pria berambut putih menghela nafasnya lalu menunduk. Mendongak kembali menatap sang lawan bicara.

Terkekeh.

Mengangguk, seraya melayangkan tatapan mencemooh kearah sang lawan bicara.

Si pria berambut putih tersenyum. "So the game begins?." Si pria mungil mengangguk. Lalu tersenyum penuh makna.











































________________________

Haikal menurunkan Malik di depan pintu masuk fakultas. Malik mengangguk sebagai tanda terimakasih.

Malik masuk ke dalam fakultas, biasanya ia akan menemukan Naufal sebelum masuk gedung. tapi kali ini ia tidak melihat anak itu sama sekali. Karena Malik pikir Naufal sudah lebih dulu datang ke  kampus jadi ya sudah Malik lantas masuk dan langsung pergi menuju kelasnya.

Sesampainya Malik di kelas ia baru mendapati beberapa mahasiswa saja yang baru masuk, Malik tersenyum kala melihat kursi di bagian favoritnya kosong, langsung saja Malik menduduki kursi itu.

Semua berjalan dengan lancar, tidak ada hal yang mencurigakan seperti kemarin, tapi Malik tetap memikirkan kejadian semalam.

Dimana terdapat burung gagak yang mati dengan kepala terpisah di kamarnya. Sungguh membuat paranoid. 

Malik menyandarkan dirinya pada sandaran kursi, saat sang dosen menyudahi penjelasannya, Malik meregangkan punggungnya sekejap, sedari tadi Malik tidak melihat keberadaan Jendral, dimanakah pria itu?.

Tak ingin ambil pusing Malik langsung saja pergi dari kelas pertamanya tanpa memedulikan siapapun.

Malik pergi ke kelas kedua, yang terletak tak jauh dari kelas pertamanya. Sejenak ia terdiam.

Hawa kelas terasa sangat dingin, Malik mencari-cari dimana letak AC berada dan juga letak remote control nya. Tapi ternyata AC itu sama sekali tidak menyala, tapi di lihat dari ruang kelas yang terletak sangat pojok dari gedung ini, mungkin hangat matahari tak dapat menembus dinding kelas ini. 

Malik sendirian di kelas itu, belum ada mahasiswa lain yang berada di satu kelasnya ini yang datang selain dirinya.

Malik meneguk salivanya kasar. Dia merinding.

Tapi ini benar-benar kelasnya. Malik lalu menyalakan semua lampu di kelas itu, yang mana sebelumnya lampu di kelas itu hanya menyala di bagian pojok depan saja. 

HIS FLAWSWhere stories live. Discover now