Berkunjung ke Rumah Sakit

3.3K 341 16
                                    

Kini lima sahabat itu sedang berjalan di sepanjang koridor Rumah Sakit Anugrah, tempat Malik di rawat. Sampai pula mereka di kamar rawat inap Malik.

Malik yang melihat Haikal masuk ke ruangannya pun tersenyum, Haikal mengusap kepala Malik sekali, sebelum berucap "Ada temen-temen saya, katanya mau ketemu sama kamu." lalu kemudian kepala Jafar menyembul mengintip dari balik tirai pembatas di ruangan itu, omong omong kamar ruangan rumah sakit yang di tempati Malik berisi untuk dua pasien, tapi kebetulan Malik sendirian di kamar itu, karena tadi dia merasa takut, jadi seluruh tirai yang mengelilingi ranjangnya ia tutup semua.

"Hai." sapa Jafar pada Malik.

Malik sontak melebarkan matanya melihat teman-teman Haikal ada disini. Kalian tahu bukan, bahwa Malik tidak boleh berinteraksi lebih di depan umum kepada Haikal, lalu bagaimana bisa teman-teman Haikal kini ada di ruangannya, bahkan tidak hanya satu tapi empat.

"Mereka udah tau semua, gausah takut, mereka bisa jaga rahasia kok." Malik menatap Haikal penuh keterkejutan, Malik ingin bertanya tapi dia lupa dimana dia menaruh buku catatan kecilnya, dan ponselnya, jadi dia kembali menatap teman-teman Haikal.

"Hai, aku Thian, ini Joan, sebelahnya itu yang kalem namanya Kian, dan satu lagi Jafar, salam kenal." sebenarnya dia sudah tahu siapa empat orang tersebut, tapi sebagai rasa hormat adik tingkat kepada kakak tingkat iapun mengerakkan tangannya.

Iya salam kenal kak, aku Malik, kayaknya kalian udah tau

Semua terdiam melihat gerakan tangan Malik yang tidak mereka mengerti, namun terkecuali bagi Kian, dia mengerti bahasa isyarat karena sang adik juga seorang tunawicara.

Oh hai, kamu tunawicara?

Malik tertegun, dia melebarkan matanya, dan itu terlihat lucu.

Wahh kak Kian bisa bahasa isyarat?

Iya bisa, adik aku juga tunawicara

Ohh begitu Malik pun tersenyum, begitu juga sama hal nya yang dilakukan oleh Kian. "Kalian ngomong apa si?." Ucap Jafar dengan wajah yang benar benar bertanya-tanya. Lantas membuat semua orang yang di dalam ruangan pun tertawa melihat wajahnya yang begitu menggemaskan.

Kian tersenyum lalu, mengusap kepala yang lebih muda. "Ahaha Malik cuma kaget aja katanya kok aku bisa bahasa isyarat, itu aja sih." Lalu Jafar membulatkan bibirnya tanda mengerti.

Mereka mengobrol beberapa hal, dengan Kiandra sebagai translator karena Malik yang tidak membawa buku note nya dan ponselnya.

Mereka membicarakan banyak hal, dan sedikit mengenal lebih jauh tentang Malik. Sampai akhirnya mereka lelah dan beristirahat sebentar dari berbicara sunyi mereka.

Malik menatap Haikal yang duduk di sebelahnya, dia butuh sesuatu. Jujur dia sedaritadi kehausan, dan saat ia ingin mencari minum, malah tidak ada minum yang tersisa sama sekali.

Sedangkan teman-teman Haikal duduk di sofa yang tersedia di ruangan itu.

Akhirnya dengan keberanian yang terkumpul Malik sedikit menarik ujung jaket yang digunakan Haikal, Haikal yang sedang memainkan ponselnya pun lantas menoleh, mendapati wajah Malik yang terlihat memelas seperti meminta sesuatu.

Haikal bertanya dengan menaikkan kedua alisnya, Malik memberi isyarat seperti dia sedang minum. Paham dengan isyarat itu Haikal pun mencari botol minum yang tadi dia beli di luar lalu menyerahkannya kepada Malik. "Oh iya kamu belum ganti baju kan, mau ganti baju ga?, biar aku bantuin kalo ga bisa." Haikal berucap seraya mengeluarkan satu set pakaian Malik, mendengar ucapan Haikal, Malik reflek tersedak.

Panik, Haikal refleks langsung menepuk punggung Malik yang mana jelas malah membuat Malik semakin terbatuk. Karena tak ada jalan lain, Malik meneguk setengah botol minum yang berisi satu liter air itu dengan cepat. Bahkan Thian dan Kian langsung melonjak mendengar batuk Malik.

HIS FLAWSWhere stories live. Discover now