36. Kedatangan Lio

4.6K 236 20
                                    

Lio mengerang frustasi, semua tempat yang sering Arga jadikan untuk menyembunyikan diri di kalah lelaki itu sedang menahan emosi atau teringat masa lalu telah ia kunjungi. Namun, tidak ada satu pun petunjuk keberadaan Adik perempuannya.

Bahkan Lio bertanya kepada seluruh anak buah yang mengelola bisnis minuman ilegal Arga, jawabanya tetap nihil. Tengah malam telah lewat, sekarang sudah pukul satu pagi, semangat Lio untuk mencari Adiknya terus menggebu-gebu. Ia bahkan telah mencoba melaporkan ke polisi, jawaban mereka sangat membuat jengkel, para manusia berseragam itu meminta untuk menunggu 24 jam, padahal Kaya terbukti diculik bukan menghilangkan diri.

Lelaki ini bertekad akan menemui kediaman Tuan besar Yudha, siapa lagi kalau bukan, Bastara Yudha.

Jalanan lenggang, hanya ada satu dua mobil melaju, keadaan itu mempermudah Lio mengikis waktu untuk sampai ke rumah yang memiliki halaman seluas lapangan golf, di tengah-tengah halaman itu ada air mancur dengan huruf Y. Rumah tingkat empat dengan bangunan di setiap sisi kiri dan kanan seperti sayap mengitari rumah itu. Bahkan tempat tinggal ini lebih cocok disebut istana.

Lio turun, menggedor gerbang yang menjulang tinggi. Lelaki ini tahu mustahil suaranya mencapai ke dalam rumah bak istana itu tapi, setidaknya suaranya mampu menarik tiga orang yang berada di pos tak jauh dari gerbang atau memanggil dua orang berbadan besar di sisi pintu.

Sekonyong-konyong, lelaki tinggi kurus dengan seragam satpam datang menghampiri. "Maaf, pak. Jangan bikin kegaduhan, anda bisa bertanya apa yang hendak anda lakukan di sini?"

"Gue mau ketemu sama Basta."

"Maaf pak, Tuan besar mungkin sudah tidur, anda bisa datang legi besok di jam yang tepat."

"Kalian panggil dulu, ini penting! Anaknya sudah benar-benar kelewat!" Lio berteriak marah, mengguncang gerbang itu keras-keras, membuat kegaduhan saat semua orang terlelap.

Dua lelaki bebadan besar yang menjaga setiap sudut halaman mendengar Lio menyebut nama anak bosnya, cepat ia menelepon Basta. Karena semua perkerja lelaki yang berada di bawah naungan Bastara Yudha harus segera melaporkan semua hal yang bersangkutan pada putranya, satu-satunya penerus kekuasan lelaki itu.

Di dring pertama suara berat terdengar. Penjaga ini sudah bisa menebak bahwa bos besarnya pasti masih berkerja di ruangan pribadi lelaki itu, tanpa basa basi ia memberitahukan kedatang Lio.

Setelah panggilan terputus lelaki ini melangkah gagah mendekati gerbang utama, menghampiri satpam yang berusaha mengusir Lio.

"Buka gerbang, tuan besar menyuruhnya masuk."

Lio menatap lelaki itu, tinggi lelaki berbaju hitam di balik gerbang ini sama seperti dirinya namun, berbeda dengan badan, jika Lio memiliki tubuh berisi, liat dan dihiasi otot-otot keras menonjol sesuai dengan tubuhnya, hingga memberi kesan maskulin tanpa ngeri. Sedangkan lelaki yang terselip pistol di saku celana itu memiliki tubuh besar, dada bidang yang menonjol, setiap ototnya terdapat urat-urat mengerikan, lengan terentang karena otot besar lelaki itu mengganjal di antara lengan.

Cepat satpam memebuka gerbang, cepat pula Lio masuk tanpa memperdulikan mobilnya di luar gerbang yang masih menyalah, toh. Pencuri mana yang berani mencuri di kediaman Yudha.

Ia berjalan berselisihan dengan pria berbadan besar tadi, lengkah mereka lebar hingga cepat mencapai pintu yang menjulang tinggi dan sangat lebar, lagi-lagi di pertengahan pintu terdapat huruf Y besar. Saat pintu terbuka Lio kembali melihat seorang lelaki berbadan besar berdiri dengan pistol di samping celana.

Tujuan mereka ke ruang tamu, setelah sampai, seorang lelaki dengan pakaian tidur dan kaca mata bertengger, duduk gagah di sofa single.

Lio sudah bisa menebak lelaki itu ayah dari temannya, terlihat jelas dari bola mata yang pekat, sama seperti milik Arga. Hanya bibir, hidung dan warna kulit yang berbeda, mungkin menurun dari ibunya, serta Arga yang suka panas-panas bermotor hingga sedikit gelap dari sang Ayah yang begitu bersih.

KAYANTA (ON GOING)Where stories live. Discover now