09. Kamar Saka.

8.5K 481 6
                                    

Bergandengan tangan menuju parkiran seperti ingin menyebrang. Wajah Kaya berseri-seri, tidak sabar untuk ke rumah Caffa. Tadi gadis berambut Dora itu menceritakan bahwa sang Bunda punya toko kue kering dengan bentuk yang unik. Menceritakan ia memiliki kelinci bernama Cio dan Cia.

Kaya sempat mengajukan pada Caffa agar Ozan dan Syala boleh ikut, gadis itu memperbolehkan tapi, kedua sahabatnya sangat tumben tidak mau ngintil.

"Kay, kamu mau izin dulu sama Kakak kamu? aku tunggu di depan gerbang, takut Kak Saka cariin." Caffa melepaskan genggaman setelah dapat anggukkan dari Kaya. Ia membenarkan bentuk poni agar tetap rapi sebelum pergi.

Setelah Caffa pergi, Kaya berlari kecil ke arah parkiran. Sudah ada Lio menunggu. Ada Arga dan Gali di sebelah Abangnya, entah karena tarlalu senang atau tidak melihat Arga, Kaya melewati lelaki itu tanpa senyum atau sapaan seperti biasanya. "Bang Io, Kaya hari ini pulang bareng Caffa, sekalian mau main ke rumah Caffa, boleh ya Abang ganteng." kedua tangannya menyatu, memohon agar di izinkan.

Tangan Lio terangkat, mengusap lembut rambut adiknya. "Iya. Tapi, ingat perjanjian."

"Iya, Kaya inget. Harus pulang sebelum jam lima sore." Gadis bermata coklat terang ini pun tersenyum senang. Memeluk Abangnya sebelum pergi menyusul Caffa di depan Gerbang sekolah.

Semua tingkah gadis itu tidak luput dari pandangan Arga. Gadisnya sama sekali tidak menoleh, bukankah itu suatu hal yang mengancam posisi di hati Kaya.

Gali menepuk pundak Arga. "Cepet berubah dari kebangsatan. Entar Kaya cape, lo yang berabe. Kalau lo uring-uringan entar gue ikut susah, males banget." Ejek Geli, ia buru-buru memasang helm saat napas temannya itu terdengar berat serta beberapa urat di pelipis mencuat. Pergi lebih dulu.

Lio pun sama hendak pulang. Pergerakan memasang helm terhenti ketika suara lelaki di sampingnya terdengar.

"Gue bisa selesaiin semuanya selama satu minggu."

Lio berbalik. "Satu bulan. Pergunakan waktu itu dengan baik, gue mau semuanya bener-bener selesai, gue gak mau ambil resiko Kaya jadi objek balas dendam orang-orang yang udah lo sakitin." Lio kembali memasang helmnya. Malas meladeni Arga dengan topik yang selalu sama.

🕊️🕊️🕊️

Caffa antusias menarik tangan teman barunya untuk masuk, gadis ini sudah tidak sabar memperkenalkan Kaya dengan Cia dan Cio, kelinci kesayangannya.

Saka menggenggam pergelangan tangan Kaya yang ditarik, menghentikan langkah kedua gadis itu. "Caffa, tangan Kaya bisa sakit kalau di tarik gitu." tegurnya.

"Ih, Kak Saka. Caffa pelan kok tariknya. Lagian tumben Kak Saka gini sama temen Caffa." gadis itu menatap penuh selidik sang Kakak.

"Kaki Kaya mungkin masih sakit, Caffa."

"Gak apa-apa kok Kak, Kaki Kaya udah sembuh." Kaya tersenyum. Menggerakkan kakinya, agar terlihat telah sembuh. Padahal memang tidak pernah sakit.

"Tuh, kan. Udahlah Kak Saka gak usah ganggu kita. Ayo Kay, kita liat Cia sama Cio." Caffa kembali menarik pergelangan tangan Kaya, membawa gadis itu ke halaman belakang, menuju kandang kelinci kesayangan.

Bola mata coklat cerah milik Kaya berbinar ketika melihat kandang yang di isi dua kelinci berbulu lebat. "Wah, bulunya bagus banget." Kaya jongkok, menyamakan tubuhnya dengan kandang kelinci. "Cia yang mana?" Ia bertanya dengan pandangan masih terpaku pada dua ekor kelinci di dalam kandang.

"Putih, Cia. Abu-abu, Cio." Caffa ikut jongkok, membuka pintu kandang kedua kelinci itu.

Melompat keluar dari kandang, bermain di halaman yang cukup luas. Kaya ikut bermain dengan kelinci hingga beberapa menit kemudian terdengar suara klakson mobil.

KAYANTA (ON GOING)Where stories live. Discover now