14. Hobi Baru

350 84 11
                                    

Ada yang berbeda di pagi hari yang cerah ini. Sungguh tidak sebanding dengan kehebohan anak Pragaraj yang seakan-akan siap runtuhkan bumi sangking terkejutnya melihat fenomena Turangga dan Kapisa turun dari mobil yang sama.

Dagu anak Pragaraj sampai jatuh begitu Turangga membukakan pintu mobil untuk Kapisa. Yang menjadi pusat perhatian anehnya tidak terpengaruh oleh keadaan sekitar, seakan transparan dan mengobrol santai melewati beberapa orang yang terpaku hanya untuk memperhatikan.

"Abu sakit apa?" Tanya Kapisa melanjutkan percakapan terakhir mereka di dalam mobil. Turangga sempat cerita bahwa Abu sedang sakit.

Lelaki jangkung itu menjawab diikuti tangannya mengambil daun jatuh yang mendarat di rambut Kapisa. "Demam biasa. Cuman si Abu emang anaknya suka lebay aja meski nggak sakit parah. Pake segala rudet balik sekolah nanti nyuruh gue sama Cyan jengukin dan nitip segala macem makanan."

Kapisa terkekeh kecil. "Seru dah yang punya temen, mah." Ujarnya sambil melirik Turangga, sedikit menyindir obrolan lelaki itu dengan sang bunda.

Tengkuk digaruk tanda gugup, Turangga lupa belum meminta maaf perihal itu. "Sorry, gue bilang kayak kema—"

"Gue paham. Dan gue mau berterimakasih sama lo, karena secara nggak langsung lo udah meredakan kekhawatiran bunda tentang kehidupan sekolah anak sulungnya ini. Nggak perlu minta maaf." Kata Kapisa dan berhenti di depan kelasnya.

Turangga membalas. "Gue kira lo marah."

"Enggak, sama sekali. Baru sadar gue ternyata dari tadi kita jalan ke arah kelas gue."

Senyum miring terukir di wajah Turangga. Dirinya memang sengaja mengarahkan langkah mereka ke sini, tujuannya setelah menjemput kan mengantar Kapisa ke depan kelasnya. Ia pura-pura bingung. "Lah, iya. Gue juga baru sadar."

Kapisa heran, namun tak ambil pusing. "Lo ke kelas, dah. Makasih udah anterin gue."

"Bentar." Kapisa tertahan oleh genggaman tangan Turangga. Ia menatapnya menunggu Turangga melanjutkan.

"Pulangnya ikut gue jenguk Abu, yuk?" Ajak Turangga sedikit memelas, berharap Kapisa luluh dan menyetujui tanpa susah-susah.

Kapisa menggeleng kecil. "Nggak bisa. Lo kan tahu setiap pulang sekolah gue jemput Ijas sama Amber."

Ah, Turangga melupakan itu.

"Iya, nggak papa. Kita anter adek-adek lo dulu, baru ke rumah Abu."

Kapisa masih memiliki alasan lain. "Katanya Abu nitip banyak makanan? Berarti lo harus belanja, kan?"

"Itu biar si Cyan yang urus. Lo ikut, ya?"

Kapisa rasa tidak ada alasan lain untuk menolak Turangga, maka ia anggukkan kepalanya dan menerima ajakan Turangga. "Oke, deh."

Turangga segera melukis kurva diwajahnya senang. Tangannya bergerak tanpa sadar untuk mengacak-acak surai Kapisa lembut. "Gitu, dong. Bubaran nanti gue jemput ke sini lagi, ya. Gue ke kelas. Belajar yang rajin."

Tanpa meninggalkan pesan demikian Kapisa akan tetap belajar dengan rajin, tapi hari ini entah akan berjalan lancar atau tidak karena setelah rambutnya diacak-acak, hatinya pun turut berantakan.

[ Conglomerates and The Poor ]

Mobil Turangga terparkir tepat di bagasi rumah Abu. Tak lama begitu mereka keluar, suara derum motor khas milik Cyan menyusul kemudian memasuki area bagasi. Motor besar itu nampak penuh dengan masing-masing kresek yang terkait disetang kanan kirinya.

Begitu Cyan menurunkan standar dan membuka helm, wajah rupawan itu dipenuhi peluh serta ekspresi kesal menatar Turangga dengan tatapan tajam.

"Emang anjing lo!" Caci Cyan, melampiaskan lelahnya pada Turangga.

Conglomerates and The PoorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora