Albern menyeringai "Aku tau kau memang berbeda."

Albern maju selangkah untuk memperpendek jarak diantara mereka, tubuhnya mensejajarkan hingga setara dengan Brianna "Persiapkan dirimu dalam beberapa hari kedepan, babe" bisiknya tepat ditelinga.

Brianna dengan cepat memundurkan tubuhnya, lalu mengernyit "maksudmu?"

Tersenyum tipis, Albern kembali menegakkan tubuhnya. Mengambil salah satu tangan Brianna lalu dikecupnya dengan lembut "istirahatlah, terimakasih atas obatnya".

"Dan ciumannya juga" bisiknya serak. Setelah itu dirinya beranjak pergi meninggalkan Brianna yang kini diam mematung.

Blush!

Rona merah kini menjalar dari pipi hingga ke telinga, ditambah jantungnya yang kini mulai berdegup kencang lagi. Brianna menghela nafas menetralkan dirinya yang sudah tidak karuan akibat ulah dari pewaris satu-satunya keluarga Caldwell.

"Sialan!"

"Teringat kejadian semalam hm?"

Terkejut. Brianna sepertinya harus membiasakan diri dengan perlakuan Albern yang selalu saja membuatnya terkejut tiba-tiba "Tidak!"elak Brianna.

Albern terkekeh, dengan pasti ia mendekatkan diri memeluk tubuh mungil gadis itu, Brianna belum sempat menghindar jadilah dirinya pasrah saja.

"Kau mendengarnya kan?"

Brianna mendongak "Apa?" ucapnya tak mengerti.

"Bagaimana jantungku berdegup kencang hanya bersamamu" jawabnya sambil mengelus puncak kepalanya lembut.

Brianna diam membisu, ia tak tahu harus merespon seperti apa. Mulutnya terasa kelu untuk mengeluarkan satu patah katapun.

Albern tersenyum tipis melihat respon gadis itu "Baiklah, sekarang waktunya kita kebawah".

Brianna dengan diam menurut saja. Keduanya berjalan bersama dengan tangan Albern yang masih bertengger di pinggang Brianna.

***

Di luar terasa cerah di pagi hari. Namun entah mengapa di ruang makan saat ini serasa mendung, suasananya hening hanya ada dentingan sendok yang bersuara.

Brianna tak terpengaruh sama sekali ia makan dengan hikmat. Berbeda sekali dengan Liana dan yang lainnya mereka merasakan suasana yang tak nyaman, bahkan sarapan yang ia miliki hanya tersentuh sedikit. Itu di sebabkan karena tiga pria ini, siapa lagi jika bukan Leon-suaminya, Malvin-anak sulungnya dan Albern-yang mungkin menantu masa depannya. Mereka saling melemparkan tatapan membunuh satu sama lain, para maid yang berdiri di samping tuan-tuan nya merasakan keringat dingin mengucur di dahi. Takut dengan insiden semalam terjadi lagi.

Trang!

Suara yang memecahkan keheningan yang terjadi.

"Aku sudah selesai". Brianna menyeka sudut bibirnya menggunakan kain dengan anggun.

Semua yang ada di ruang makan mengalihkan atensinya pada Brianna. Brianna yang merasa di perhatikan merasa ada sesuatu yang salah "Kenapa?" tanyanya polos.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BRIANNA [Proses Revisi]Where stories live. Discover now