Chapter 3

52.2K 5.7K 287
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Saat ini Caitlin sedang berada di tengah kawasan para orang dewasa yang sedari tadi terus saja memperhatikannya. Caitlin tentu saja risih diperhatikan se detail itu, bukan apa hanya aja ia tak terbiasa ditatap se intens itu. Namun apa daya, tubuhnya yang kecil tak bisa bergerak dengan bebas selayaknya orang dewasa, membuat Caitlin mendengus kesal.

"Bukankah dia tellihat sangat kecil aunty" celetuk seorang anak laki-laki.

"Ukulannya sekecil ini" ucapnya polos. Sembari meragakan jari mungilnya berbentuk bulat.

Sebagian dari mereka tertawa lepas, akibat dari penuturan polos anak kecil itu. Terkecuali Catlin ia menatap tajam pada, anak itu "Hei! Bagaimana bisa aku di bandingkan sekecil itu, tidak tahu saja jika badanku yang asli lebih besar darimu!"

'Menyebalkan' batin Caitlin dengan kesal.

"Tentu saja dia masih kecil, dulu juga Darren sekecil ini" ujarnya lembut.

"Benalkah?"

"Iya sayang"

"Lalu kenapa dia kecil telus aunty Liana, tidak besal sepeltiku" tanya Darren polos.

Liana terkekeh pelan mendengar ucapan polos keponakannya"Semuanya butuh proses sayang, tentu saja baby Ann nanti akan tumbuh besar sepertimu" jawabnya gemas.

Sedangkan Darren dia hanya membulatkan mulutnya pertanda mengerti.

"Sangat cantik" takjubnya mengagumi.

Fokus Liana teralihkan pada putra sulungnya yang berumur 9 tahun. Yang sedari tadi tengah memperhatikan putri bungsunya dengan intens.

"Mommy aku ingin menggendongnya" pintanya tiba-tiba.

Liana menatap anak sulungnya dengan ragu. Seolah mengerti dengan kekhawatiran sang ibu "Malvin akan berhati-hati Mom" jawabnya meyakinkan.

Melihat keyakinan putra sulungnya, akhirnya dengan berat hati Liana memberikan putrinya diatas pangkuan Malvin, tentu saja tidak lepas dari pengawasannya.

Sedangkan Caitlin, ia hanya meringis malu. Sungguh... Bagaimana tidak malu, saat ini umurnya sudah 20 tahun dan bisa-bisanya dia duduk di atas pangkuan seorang bocah berumur 9 tahun.

Malvin diam memperhatikan tubuh mungil adik kecilnya yang ada di pangkuannya saat ini. Ia akui adiknya nampak seperti malaikat, sempurna tanpa celah. Saat bayi saja bisa secantik ini bagaimana jika dia sudah beranjak dewasa, itu artinya akan ada banyak pria yang berlomba-lomba untuk mendapatkan adiknya.

Mengingat hal itu, Malvin tiba-tiba kesal "Aku tidak akan membiarkan adikku diambil pria manapun, tanpa seizinku" batinnya dengan posesif.

Plakk!

Caitlin dengan polosnya menampar pipi mulus Malvin pelan menggunakan tangan mungilnya.

'Apa yang dipikirkan bocah kecil ini padaku heh?!'

BRIANNA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang