Chapter 22

24.3K 3.2K 107
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Al, sampai kapan kita berada disini?" Brianna berkata dengan kepala menunduk menatap wajahnya yang terpahat sempurna yang saat ini tengah berbaring di pangkuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Al, sampai kapan kita berada disini?" Brianna berkata dengan kepala menunduk menatap wajahnya yang terpahat sempurna yang saat ini tengah berbaring di pangkuannya.

"Albern?"

Hening tidak ada jawaban sama sekali.

'apakah dia tertidur?' batinnya.

Dengan segera Brianna menyandarkan punggungnya kearah sofa, untuk melihat wajah Albern yang saat ini berbaring menyamping menghadap perut ratanya. Ternyata benar Albern tertidur dengan damainya.

Brianna menghela nafasnya. Jika seperti ini bagaimana caranya ia bisa keluar dari ruangan ini, bel masuk juga sebentar lagi akan berbunyi.

Bukan, bukan karena dirinya ingin cepat-cepat pergi ke kelas, tapi hari ini adalah momen pertama pertemuan antara Aluna dengan Ken di kantin. Dengan ketidaksengajaan Aluna menumpahkan minuman ke seragam Ken, ia tak ingin melewatkan tontonan itu. Sekaligus ingin tahu rupa dari tokoh asli di dalam novel, apakah sesempurna yang ia bayangkan seperti yang sudah tertulis di dalam novel, ataupun hanya khayalan penulis saja.

Brianna melirik Albern sekilas. Membangunkan Albern rasanya tak mungkin, karena ia terlihat sangat pulas dalam tidurnya

Dengan ragu Brianna mengangkat pelan kepala Albern untuk ia pindahkan ke sandaran sofa. Namun sepertinya karena gerakan tersebut, membuat Albern terusik dari tidurnya. Dengan gerakan pelan, matanya membuka dengan sempurna.

Menyipitkan matanya memandang Brianna dengan penglihatan yang terlihat samar-samar. "Apa yang kau lakukan?" ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Brianna meringis pelan. Astaga, padahal dia sudah berhati-hati untuk tidak membangunkannya. Tapi pria ini malah terbangun sendiri.

"Kau tak mendengar ucapanku?" Albern menaikan alisnya.

Brianna tersentak seketika "A-ah tidak aku hanya, em-- maksudku sebenarnya aku tak bermaksud untuk membangunkan mu, tadinya aku hanya ingin memindahkan mu ke sandaran sofa".

BRIANNA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang