Chapter 24

22.3K 2.8K 139
                                    

***

Entah sudah berapa lama Malvin memandangi foto pigura yang berada di genggaman nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sudah berapa lama Malvin memandangi foto pigura yang berada di genggaman nya. Terlihat sebuah frame foto yang memperlihatkan seorang gadis cantik dengan gaun tipis, bertali spaghetti, berwarna hijau tua di dalamnya.

Jika mengingat kembali Brianna memang terlihat sexy saat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika mengingat kembali Brianna memang terlihat sexy saat itu. Namun pikiran Malvin juga tidak se dangkal seperti yang kalian pikirkan, meskipun dirinya sempat marah karena pakaiannya yang kurang bahan tetapi apa boleh buat demi kebahagiaan adik tersayangnya.

Ah ya, dulu Malvin sempat cemas karena dirinya pernah mengira menyukai adiknya sendiri. This so fucking crazy! Bagaimana bisa dia menyukai Brianna yang notabenenya adik kandungnya. Untuk sesaat Malvin merasa kalut, tak pernah terbesit dalam dirinya untuk menyukai adiknya sendiri. Saat itu memang diluar kendalinya, ia tak paham perasaan apa yang ia miliki pada Brianna. Saat bersamaan pula Brianna pergi meninggalkannya untuk tinggal bersama kakeknya di kota X. Awalnya Malvin tak mengizinkan Brianna untuk pergi, namun entah pikiran darimana bahwa ini lah saatnya Malvin menelisik perasaannya pada Brianna saat ia pergi jauh darinya. Akhirnya setelah beberapa bulan Brianna pergi darinya Malvin menemukan jawabannya.

Malvin merasa lega. Ternyata perasaan yang selama ini ia khawatirkan tidak akan pernah terjadi. Saat berada di dekat Brianna, jantungnya tidak berdetak lebih cepat seperti orang yang mencintai seseorang pada umumnya. Hanya normal-normal saja mungkin hanya sesekali karena tampilan adiknya yang terlihat mempesona. Brianna bukan hanya sekedar adik kesayangannya, tapi dia lebih daripada itu.

Sebenarnya Malvin juga pernah jatuh cinta pada seorang gadis sederhana, saat ia masih duduk di bangku sekolah dulu. Pertemuan singkat mereka mampu menggetarkan hatinya yang beku. Namun saat itu Malvin terlalu acuh hingga mengabaikan gadis itu, gadis yang setiap harinya menunggu di halte bus saat hujan turun. Saat itu Malvin sedang menunggu jemputan, tetapi sang jemputan tak kunjung datang. Akhirnya Malvin menunggunya di halte bus dan saat itu lah pertemuan pertama mereka.

Rintik hujan membasahi kota. Orang-orang yang tadinya berlalu lalang, kini berlarian mencari tempat perlindungan agar tubuh hangat mereka tidak terkena tetesan air hujan yang basah.

BRIANNA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang