15. Dependency 🌷

Comenzar desde el principio
                                        

"Tidakkah kita obati Ray di luar negeri saja, Bu?"

Ekspresi Reane langsung membeku.

"Ya, itu benar, Bu. Di sini kita sudah tak mampu lagi dan tak memiliki harapan untuk Ray sembuh. Kita sudah menunggu lama, dan tak sekali dua kali mendengar bahwa Ray menyakiti seseorang di dekatnya saat kambuh. Kejadian semalam lebih parah sehingga hampir membunuh orang yang berniat menyembuhkannya. Tidakkah Ibu membuat keputusan lebih baik untuk Ray kedepannya?" imbuh Hart dengan helaan nafas gusar.

Rose memiliki ekspresi gelisah dan tak berdaya di wajahnya. Menatap Ray penuh kesedihan. Lalu beralih pada Albion yang terdiam. "Bagaimana menurutmu, Albi?"

Albion terdiam dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Kurasa tidak ada pilihan lain."

Neila tersenyum samar. namun hanya Grehen yang memerhatikannya. Matanya tajam dengan rahang mengeras. Dia berusaha menahan emosinya. "Nyo--"

"Apakah kamu memiliki pilihan lain agar putraku sembuh, Grehen? Jika pilihanmu sama seperti sebelumnya, lebih baik tidak perlu dilontarkan. Kita tak butuh mengulang apa yang sudah jelas akhirnya." Neila menyeringai kecil, namun suaranya masih sesendu sebelumnya.

"Nenek." Suara Reane tiba-tiba datang memecah suasana suram. Semua atensi tertuju padanya.

Mereka memerhatikan Reane mengambil tangan Ray dan menggenggamnya erat. Ray terlihat ikut menatap Reane dengan kepala miring terlihat bingung namun senang.

"Tidakkah nenek meminta pendapatku sebagai istri Ray?"

Neila memiliki firasat buruk.

Senyum Rose bangkit, namun terlihat masih redup. "Tentu saja aku memintanya. Lalu bagaimana pendapatmu?"

Reane menoleh terlebih dahulu menatap kedua bola mata suaminya itu. Dia tersenyum membuat Ray berkedip. Dia bereaksi aneh tanpa ada yang memerhatikan karena Reane pun langsung beralih atensi pada Rose.

"Tidakkah kalian semua berpikir saat Ray kambuh, sehingga mengamuk, itu karena memiliki sebab?"

"Apa maksudmu?" Neila bertanya setenang mungkin, padahal firasat buruknya menguat saat melihat ekspreis tenang gadis itu.

Reane mendongak menatap Grehen. "Tidakkah kamu berpikir begitu, Pak?"

Ekspresi tegang Grehen terlihat mengendur. "Ya, Nyonya."

"Mungkin saja Ray kambuh di saat ada orang yang menyinggungnya. Itu masuk akal bukan?"

"Jangan berbicara omong kosong. Ray terkadang kambuh di saat sendirian. Bagaimana kamu menebak begitu sembrono? Apakah kamu menuduh orang yang tidak bersalah?"

Reane masih tenang melihat reaksi keras Neila. "Tolong tenang, Bu. Aku belum selesai berbicara."

Wajah Neila terlihat memerah karena kesal, namun Hart memegang tangannya menenangkan.

"Aku pernah menyaksikan dia bermimpi buruk dalam tidur. Itu mungkin menjadi salah satu penyebab karena ingatan buruk masa lalunya. Namun aku yakin, dia tidak akan menyakiti siapapun karena penyebab kambuh alami itu. Namun sangat tidak masuk akal jika dia tiba-tiba menyakiti seseorang begitu saja. Mungkin, tindakan orang itu sangat kasar dan Ray hanya melindungi diri sendiri. Atau bisa juga orang itu meyinggung masa lalu seingga Ray tidak terima."

Ekspresi Rose berubah serius semenjak Reane berkata tentang ingatan masa lalu. Ekspresi semua orang pun berubah entah dari kalimat mana yang Reane lontarkan.

Neila berdiri dengan wajah marah. "Apakah maksudmu Lawin yang merupakan orang yang berusaha menyembuhkan putraku bertahun-tahun meyinggung masa lalunya?! Tuduhanmu sangat kejam! Kamu hanya orang baru yang tidak tahu apa-apa!"

"Neila!" Peringat Rose dengan tajam. Ekspresi marahnya sekarang sangat berkontradiksi dengan ekspresi biasanya.

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Namun, sepertinya ibu sudah memaparkan jawabanya dengan jelas." Reane tersenyum penuh kepolosan.

Neila tersedak hingga mulutnya tergagap. Wajahnya cukup pucat.

Reane menyela. "Nenek."

Neila tak bisa menahan firasatnya lagi yang bahkan mungkin lebih buruk.

"Apakah nenek yang memerintahkan Emi dan para penjaga untuk mengikat Ray di saat kambuh? Aku yakin, nenek tidak akan pernah setega itu."

Ekspresi Rose berubah gelap. Neila semakin memucat, begitupun ekspresi Hart dan Albion yang mengeras.

"Siapa yang memperlakukan putraku seperti ini?!" Neila bereaksi berlebihan sehingga suaranya begitu melengking.

Ekspresi Rose suram. "Bukankah itu kamu sendiri, Neila?"

Reane menyeringai dalam diam. Begitu pun pria di sampingnya.

~•~

Tbc

Oy, tahu gak sih?

17.27
28 Des 2022

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora