13. Dependency 🌷

Start from the beginning
                                        

Reane menatapnya terkejut.

Grehen sedikit menarik sudut bibirnya melihat ekspresi itu. Namun matanya tidak ikut tersenyum. "Anda juga tahu kan maksud saya mengatakan 'keluarga Helison'? Itu berarti Tuan dan Nyonya Tua pun akan datang."

Reane tidak bisa berpikir jernih. Ia malah bertanya. "Memang apa yang harus saya lakukan, Pak?"

Grehen mengernyit sejenak. Lalu berkata datar. "Jangan berpura-pura lupa."

"Ha?"

Grehen menghela nafas sabar melihat kebingungannya tanpa berpura-pura. "Mungkin Anda memang lupa?"

Reane mengangguk asal.

"Saya mungkin sudah sedikit percaya dengan sikap Anda yang menjadi lebih baik terhadap Tuan Muda. Dan saya pikir Anda tidak perlu berpura-pura lagi setelah melihat ketulusan Anda itu. Saya sudah berusaha sebaik mungkin menutup informasi-informasi sebelumnya bahwa Anda selalu kabur dan mencari kesempatan lainnya untuk berlari jauh dari sini, tapi mereka selalu berhasil mendapatkan informasi tersebut."

"Mereka?"

"Jangan memotong pembicaraan."

Reane menunduk. "Saya diam. Lanjutkan."

"Meskipun saya tidak bisa mengetahui secara langsung pikiran dan maksud Anda apakah itu sebuah ketulusan atau tidak, tapi kuharap itu ketulusan yang sebenarnya."

"Apakah ada ketulusan yang berpura-pura?" gumam Reane dengan bingung.

"Apakah Anda mengatakan sesuatu, Nyonya?"

"Ah, tidak. Saya berbicara dengan meja." Reane menepuk meja didepannya dengan ekspresi polos.

Grehen mengabaikan ucapan tidak masuk akalnya dan melanjutkan. "Tolong bersikaplah sebaik mungkin terhadap Tuan Muda saat mereka semua datang, Nyonya."

Reane menatapnya tidak mengerti. "Bagaimana sikap saya sebelumnya jika keluarga Helison datang?"

"Akting Anda sebaik biasanya. Namun, Anda yang sebenarnya sangat kontradiksi dengan Akting itu. Jangan berpura-pura lupa. Saya paling tahu sekeras apa Anda berjuang untuk pergi dan menjauh dari Tuan Muda."

Reane mengangguk setuju memikirkan itu. Padahal tubuh orang yang dimaksud sedang ia tempati.

"Apakah tidak ada yang lain?"

"Apakah kamu sudah mengerti apa maksud yang saya katakan sedari tadi?"

Reane mengangkat bahu acuh tak acuh. "Saya sebenarnya tidak mengerti siapa 'mereka' yang Anda maksud, Pak. Bukannya 'Mereka' itu tetap keluarga Helison dan sama sekali bukan orang asing?"

Grehen menatapnya diam namun penuh arti. "Anda akan segera tahu, Nyonya."

Reane menghela nafas pelan dan malas menebak atau berpikir. Dia berdiri dan berkata. "Saya akan menjadi diri saya sendiri nanti."

Grehen menatap punggung kecilnya yang mulai berbalik pergi. Dia berkata tiba-tiba. "Apakah Anda akan tetap berada disisi Tuan Muda jika mereka menang?"

Reane menoleh dengan kening berkerut. "Tolong berbicaralah dengan jelas, Pak. Aku tidak tahu apa-apa tentang masalahnya. Tapi perlu Anda ingat, aku tidak akan pernah meninggalkan Ray."

Kedua alis tegang Grehen melunak. Berpikir sejenak,dia bertanya dengan suara dalam. "Meskipun ternyata dia bukan siapa-siapa?"

Langkah Reane berhenti lagi. Dia menghela nafas dan berbalik sepenuhnya. "Berhenti berbicara apa yang tidak saya mengerti. Siapapun dia, aku tidak akan mengubah pikiranku."

Untuk pertama kalinya, Grehen mengangkat sudut mulut dengan tulus. Meletakkan tangan di atas kedua tangan yang menyatu dan siku bertumpu di meja, Grehen berkata lagi. "Apakah Anda akan tetap bersikeras berada di sisinya jika seandainya Tuan Muda tidak menginginkan Anda?"

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now