"Ah... rasanya sudah sangat lama aku tidak datang kemari."

Keramahannya tau-tau mengejutkan Gina.

Gina yang masih mematung di ambang pintu tak ayal beranjak menghampiri. Sedikit ragu dan canggung ia ikut duduk bersisian tak jauh dari Yoongi.

"Apa yang membawamu kemari?"

Jelas Gina tak salah mempertanyakan ini. Yoongi sudah begitu lama tidak pernah mendatangi tempatnya. Sudah tidak saling berkomunikasi dan putus kabar sejak tiga bulan lalu. Lantas pria itu tiba-tiba muncul dan membuat Gina keheranan.

Yoongi pun mengalihkan pandangannya ke Gina sejenak. "Kebetulan aku sedang berada di daerah sini, jadi kuputuska untuk mampir, sudah lama aku tidak berkunjung." Seyum tipisnya merekah tak kentara seiring sinar rembulan di atas sana mengganti gambar wajah Gina dari pandangannya.

Lalu seakan Gina tak memiliki apapun untuk dikatakan selain anggukan bodoh untuk merespon, gadis itu pun ikut larut menggiring pandangan pada benda langit di atas sana, di mana bulan tengah ditutupi gumapalan awan yang melintas.

Entah apa yang sedang mereka pikirkan, namun yang jelas keduanya tak urung membuka suara. Pekatnya kecanggungan semakin terasa menjebak seiring embusan angin membelai dalam kesunyian.

"Apa kau tak ingin kembali?"

Yoongi tau-tau memecah kekakuan yang membelit itu dengan ketenangan suaranya tanpa mengalihkan pandangan. Sedangkan Gina sudah berbalik menilik Yoongi lagi seiring kerutan skeptis tersemat di dahi akan makna ambigu yang ditangkapnya dari pertanyaan Yoongi barusan.

Kembali? Tapi kembali pada apa?

Sorot mata Gina seakan mengutarakan kalimat itu dengan nyaring. Yoongi barangkali tak ingin Gina salah paham mengenai pengertian kembali, yang bisa saja itu berarti kembali padanya, maka tanpa benar-benar memperhatikan Gina, Yoongi kembali melanjutkan, kali ini sedikit lebih ada keceriaan dalam suaranya yang tenang.

"Kau tau? Ada lebih banyak piring yang Namjoon pecahkan bulan ini. Minggu ini saja dia sudah memecahkan empat piring, dus gelas, dan satu mangkuk. Sampai-sampai kami harus memboikotnya dari dapur. Belum lagi Taehyung yang hampir membuat dapur terbakar saat sedang coba memasak minggu lalu. Ah, Jimin dan Jungkook juga. Minggu kemarin mereka berantem perkara baju tertukar. Jadi Jimin pakai baju Jungkook yang disangka itu bajunya. Tau sendiri lah Jungkook. Milikmu miliknya, miliknya miliknya. Jadilah mereka berantem. Saling lempar-lempar baju yang sudah Hoseok rapikan. Alhasil satu rumah kena marah Hoseok semua."

Gina tidak tau apa ia harus tertawa atau bersimpati sekarang. Sedikitnya kekauan telah berhasil luntur dari mereka.

"Itu buruk," katanya menelengkan kepala main-main.

"Yeah, buruk," sahut Yoongi dengan senyum tipis jenakanya. "Kau tidak akan percaya bila kuceritakan seberapa kacaunya dorm sekarang, terlebih orang-orangnya. Mereka sudah terbiasa dengan kehadiranmu yang melakukan segala sesuatunya untuk mereka beberapa waktu belakangan, jadi saat kau pergi, kupikir mereka sedikit kesusahan untuk kembali mengurus semuanya seorang diri seperti sebelum kedatanganmu."

"Terkadang Seokjin Hyung masih suka mengeluh karena harus memasak seorang diri sekarang, ditambah Taehyung yang sering membuatnya kesal karena membandingkan masakannya dengan punyamu, katanya masakanmu lebih enak ketimbang punyanya. Jimin juga, kadangkala masih memanggilmu tanpa sadar saat membutuhkan bantuan, lupa kalau kau sudah berhenti. Sementra Hoseok, aku pernah mendengarnya mendesah sambil berkata, aku harap Gina ada di sini. Kepalanya pusing melihat dorm yang berantakan, terutama buku-buku Namjoon yang ingin pria itu perlihatkan padamu. Setiap kali selesai membaca bukunya, Namjoon pasti selalu berkata, Ah, aku harap Gina bisa membaca ini. Tentu ia kehilangan orang yang bisa ia pamerkan tentang buku-buku miliknya itu. Tapi yang terburuk dari itu semua jelas Jungkook. Dia yang paling kehilanganmu Gina."

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Where stories live. Discover now