19

122 18 8
                                    

Setelah satu Minggu dirawat, Karina diperbolehkan pulang. Karina hanya diam menatap jalanan, ia masih belum menerima apa yang terjadi dengannya. Selama di rumah sakit, Yoshi sering menjaganya bahkan menginap.

"Sayang, kamu gak papa?" tanya Yoshi.

"Gak papa." Karina menjawab dengan cuek. Ia malu dengan kondisinya. Karina takut membuat Yoshi malu tapi, nyatanya Yoshi tetap peduli.

Tak lama, mereka tiba di rumah. Yoshi turun terlebih dahulu, ia mengambil kursi roda Karina di bagasi. Yoshi membantu Karina duduk di kursi roda.

"Biar aku sendiri aja," kata Karina menolak ditolong Yoshi. Ia tidak ingin merepotkan kekasihnya.

"Kamu yakin tau jalannya? Aku bisa bantu kamu."

"Aku bilang aku bisa! Jangan paksa aku!" teriak Karina. Ia mendorong kursi rodanya ke rumah tapi, sayangnya Karina jatuh dari kursi rodanya.

"Sini, biar aku bantu."

Karina terpaksa menerima pertolongan Yoshi, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Yoshi mendorong kursi roda Karina masuk ke rumah.

"Hai, akhirnya kalian sampai juga," kata Irene.

"Kenapa papa dan mama gak jemput Karina? Kalian malu punya anak cacat kayak Karina. Karina bukan anak yang berguna lagi untuk kalian. Karina cacat."

Irene berjongkok di depan Karina, ia mengelus pipinya. Bukannya Irene dan Suho tidak mau menjemput Karina, tapi mereka ada urusan.

"Sayang, maafin mama dan papa, ya. Papa dan mama gak malu punya anak seperti kamu. Apapun keadaan kamu, kamu tetap putri kami."

"Mama," lirih Karina.

"Yoshi, tolong bawa Karina ke kamarnya, ya. Tante mau nyiapin makanan dulu."

"Iya, Tante."

Yoshi kembali mendorong kursi roda Karina ke kamarnya. Setelah tiba di kamar, Yoshi menggendong Karina ke ranjang.

"Kalau ada apa-apa bilang aku, ya."

"Gimana aku bisa bilang ke kamu kalau aku buta? Kamu bisa mikir, gak?" sinis Karina.

"Nih, pakai ini aja." Yoshi memberikan lonceng ke Karina.

"Oke."

Setelah kepergian Yoshi, Karina mengedarkan pandangannya ke kamarnya walaupun ia tidak bisa melihat. Karina meraba sesuatu di samping, ia ingin ke kamar mandi.

Brak!

"Akh, sial!" kesal Karina.

Karina berusaha berdiri tapi nyatanya ia tidak bisa. Ia melupakan jika ia tidak bisa berjalan selamanya.

Prang!

Karina melemparkan semua barang yang ada di dekatnya. Ia berteriak frustasi setelah mendengar tentang kondisi mata dan kakinya. Hidupnya sudah benar-benar hancur, termasuk impiannya menjadi reporter. Ia memukuli kepalanya brutal, dia tidak kuat menahan penderitaannya.

Cklek!

Pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan sosok Yoshi. Yoshi terkejut dengan kondisi kamar kekasihnya. Ia melemparkan tasnya ke sembarang arah dan berlari ke ranjang Karina. Yoshi mendekap tubuh kekasihnya erat agar emosinya tidak meledak kapanpun. Karina memukuli dada Yoshi sembari menangis histeris.

"Aku hancur, Yoshi! Aku sudah tidak sempurna lagi, impianku hancur seketika! Aku tidak tau kenapa Tuhan memberikan aku cobaan seperti ini. Aku buta dan kakiku lumpuh, aku sudah tidak punya harapan hidup lagi."

"Tuhan sayang sama kamu. Kamu harus bersabar, aku akan di sini bersamamu sampai kamu sembuh. Aku yakin kamu bisa sembuh, percayakan dengan takdir Tuhan. Kamu harus kuat, sayang."

Born To Be Yours || Yoshi Karina✔️Where stories live. Discover now