18

107 17 3
                                    

Brak!

Sebuah truk melaju dengan kecepatan di atas rata-rata dan menabrak satu mobil hingga mobilnya terguling di jalanan. Semua orang berlarian ke arah tempat kejadian, mereka menolong orang di dalam mobil. Sedangkan, truk yang menabraknya kabur begitu saja tanpa ada niatan tanggung jawab. Salah satu dari mereka mencatat plat nomor truk itu. Mereka segera menghubungi ambulance. Tidak lama kemudian, ambulance datang dan membawa korban ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit, dokter dan beberapa suster segera menangani korban kecelakaan. Lampu ruang operasi menyala, tanda operasi sudah mulai. Dokter berusaha keras menolong korban dan menghentikan pendarahan yang keluar dari kepala korban.

Empat jam berlalu, operasi telah selesai. Dokter bisa bernapas lega karena bisa menyelamatkan nyawa korban, sebelumnya korban mengalami gagal jantung dan dokter bisa menanganinya. Dokter melepas sarung tangan, masker, dan pakaian operasi. Kemudian, ia keluar dari ruang operasi, terlihat seorang lelaki manis duduk di kursi ruang tunggu. Menyadari kehadiran dokter, lantas lelaki itu beranjak dari tempat duduknya.

"Bagaimana keadaannya, dokter?" tanyanya dengan nada khawatir dan cemas.

"Apa anda keluarganya?"

Lelaki itu menghembuskan napasnya panjang. "Saya kekasihnya, Yoshi. Keluarganya sedang dalam perjalananan ke rumah sakit. Bagaimana keadaan kekasih saya?"

Dokter menepuk pelan kedua bahu Yoshi. "Operasinya berjalan dengan lancar dan saya sudah menghentikan pendarahan di kepalanya. Namun, ada benturan cukup kuat di kepalanya dan menyebabkan dia tidak bisa melihat, entah itu sementara atau tidak. Dan, kakinya mengalami kelumpuhan total. Anda harus bersabar, tuan Yoshi."

Yoshi terduduk lemas mendengar kabar buruk yang menimpa kekasihnya, Karina. Ia menyalahkan dirinya karena lebih mementingkan orang lain daripada kekasihnya sendiri. Ia berjalan gontai masuk ke ruang rawat kekasihnya. Yoshi menutup mulutnya tidak percaya, kondisi dia jauh dari kata baik. Ada perban di kepala, mata, dan kakinya.

"Maafkan aku, sayang," lirih Yoshi.

Orang tua Karina sudah dihubungi dan sedang perjalanan ke rumah sakit. Yoshi masih setia menjaga Karina—ia merasa bersalah. Seharusnya ia mencegah Karina mengendarai mobilnya.

"Yoshi," panggil Irene.

"Tante." Yoshi takut orang tua Karina marah dengannya karena lalai menjaga putrinya.

"Apa yang terjadi dengan Karina? Cerita sama Om."

Yoshi menjelaskan bagaiamana kejadian ini berlangsung. Tubuh Irene lemas, untung saja ada Suho di belakangnya.

"Ini semua salah aku karena lalai menjaganya. Seharusnya aku mengantarkan Karina pulang."

Suho menepuk bahu Yoshi, ia tidak menyalahkannya. "Ini bukan salah kamu, yang salah orang menabraknya. Jangan salahkan dirimu, ya. Kami berterima kasih karena kamu mau menjaga Karina. Om dan Tante tidak marah sama kamu."

Suho mengambil ponselnya di jaket, ia mengirimkan pesan ke temannya untuk mencari tau kecelakaan yang menimpa Karina. Suho memiliki akses melihat CCTV.

"Kalian tenang saja. Aku sudah meminta Kai mencari penyebab kecelakaan yang menimpanya. Jangan khawatir. Dan Yoshi, kamu boleh pulang—biar kami yang menjaga Karina."

"Tidak, Om. Saya ingin menjaganya."

"Baiklah kalau begitu. Jangan lupa kabari orang tua kamu."

***

"Akh! Sialan!" teriak seseorang saat perutnya ditendang oleh orang lain.

"Dasar bodoh! Kenapa lo salah sasaran? Seharusnya lo hati-hati. Sialan lo!"

Born To Be Yours || Yoshi Karina✔️Where stories live. Discover now